Maksudnya, pembelajaran di Al-Azhar itu tidak hanya di Universitas saja, namun juga mempertahankan sistemn perkuliahan Turats (tradisional) yang berlansung di masjid Al-Azhar.
Sehingga tanpa system absensi ini, mahasiswa bisa belajar dan mengikuti majlis keilmuan yang diadakan didalam Masjid Al-Azhar.
Hal ini akan saya uraikan secara mendalam di fakta selanjutnya.
Al-Azhar itu Masjid (Jami') dan Universitas (Jami'ah)
Nah inilah alasan kuat kenapa Al-Azhar tidak menerapkan system absensi di kampus. Karena Al-Azhar itu memiliki Unsur Masjid dan Universitas, dan 2 hal ini tidak terpisahkan sejak 1000 tahun yang lalu.
Sebelumnya sudah saya jelaskan bahwa dahulu dari awal berdiri hingga abad 19, Universitas Al-Azhar menggunakan motede pembalajaran Tradisional (Turast) dalam mendidik para mahasiswanya.
Metode Turast ini maksudnya sebuah metode pendidikan yang berbentuk seperti halaqah keilmuan dimana para murid mendengarkan syekh atau guru menjelaskan materi keilmuan, dan media yang digunakan pun kitab-kitab Turast dari abad pertengahan.
Didalam Masjid Al-Azhar pun terdapat Ruwaq (Kelas) yang digunakan para mahasiswa untuk belajar keilmuan umum dan sains.
Sedangkan Masjid Al-Azhar digunakan untuk pembelajaran Agama dan Syariat. Nah ketika Muhammad Abduh mengusulkan agar Universitas ini menggunakan kelas dan dibuat lokasi kampus khusus yang terletak disebelah masjid Al-Azhar agar bisa menampung lebih banyak mahasiswa lagi.
Baca juga: Sejarah Singkat Berdirinya Masjid dan Universitas Al-Azhar
Sehingga semua majlis keilmuan dipindahkan ke lokasi kampus yang baru dengan system administrasi yang baru.
Walaupun begitu, Pihak Al-Azhar masih mempertahankan system pendidikan Turast (cara pembelajaran berbentuk halaqah dan majlis) yang telah digunakannya selama hampir 1000 tahun. Tak heran Masjid Al-Azhar tetap eksis hingga sekarang dengan halaqah keilmuannya.