Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pegiat Literasi Juga Layak Disebut Pahlawan

10 November 2018   16:33 Diperbarui: 10 November 2018   18:03 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit Bangsa Kita Hari Ini
Lalu kita berbicara dalam konteks masa sekarang yaitu di zaman reformasi, kita tetap akan menemukan persoalan yang sama. Karena permasalahan sebuah negara, cenderung untuk kembali terulang walau dalam bentuk yang berbeda

Jika di zaman kemerdekaan kita berhadapan dengan buta huruf, maka di zaman sekarang kita berhadapan dengan sebuah penyakit yaitu "Rendahnya Minat Baca"

Secara sekilas, dua permasalahan di masa kemerdekaan dan reformasi ini terlihat berbeda. Namun jika kita tilik dari jauh dan dalam pandangan yang lebih luas, maka kita akan lihat dua hal ini berasal dari bidang yang sama yaitu permasalahan literasi.

Kalau dahulu kita mengeluh karena sedikitnya masyarakat kita yang bisa membaca dan menulis, di masa sekarang kita mengeluhkan karena sedikitnya rakyat Indonesia yang mau membaca dan menulis.

Saat zaman kemerdekaan, rakyat kita memiliki minat terhadap bacaan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya pondok pesantren dan banyak masyarakat dari segala kalangan usia ingin belajar di pondok pesantren ini. Wajar jika dahulu para santrinya sudah berumur bahkan banyak yang sudah berkeluarga.

Sekarang kita bandingkan dengan zaman sekarang, di mana minat dan kemauan untuk baca itu yang sudah hilang dalam kehidupan bermasyarakat kita. Dalam salah satu survey lemabaga internasional, negara kita berada di urutan dua terbawah dari enam puluh negara yang memiliki minat baca yang tinggi.

Kita berada di posisi 60 dari 61 negara yang disurvey. Sungguh ini adalah sebuah pukulan bagi kita sebagai bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang memiliki banyak orang hebat dan diakui dunia.

Minim Baca sebagai Sebab Maraknya Hoaks
Setelah survey dari CSCC itu beredar, baru banyak orang yang menyadari betapa lemahnya bangsa kita dalam membaca buku. Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir ini, kita dihantui oleh banyak berita hoaks yang menganggu kenyaman kita di dalam republik ini.

Sebenarnya hoaks ini ada di setiap negara. Akan tetapi, yang berbeda adalah sikap dari penduduknya terhadap hoaks. Di negara-negara maju, masyarakatnya masih mengutamakan buku dan koran sebagai sumber informasi tepercaya, walaupun di tengah gempuran teknologi seperti saat ini.

Informasi di media sosial atau media online itu hanya dijadikan sebagai bahan pengantar informasi saja. Setelah itu mereka akan lansung melihat dan cross check kebenaranya melalui koran, radio, atau siaran televisi.

Wajar saja jika kita jarang mendengar berita hoaks menjadi trending topic di negara-negara maju tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun