Mohon tunggu...
Tara Puspita
Tara Puspita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Adalah Kata Kerja

25 Oktober 2016   15:16 Diperbarui: 31 Oktober 2016   12:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencintai adalah sebuah kata kerja. Satu kalimat itu mampu menyadarkanku, setidaknya mengajariku dengan telak bahwa mencintai pekerjaan yang saat ini kita miliki adalah suatu keharusan.

Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya aku berangkat kerja semepet mungkin dengan waktu mobil jemputan datang. Tempat tinggalku yang berjarak sekitar 20 km dari tempatku bekerja membuat kami yang ikut mobil jemputan harus standby lebih pagi.

Jalan raya lintas timur sumatera selalu padat dengan kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk besar, maklum jalanan ini adalah akses yang menghubungkan pulau jawa dengan kota-kota besar di pulau sumatera. Aku begitu menikmati pagi itu, udara pagi selepas hujan semalaman beradu dengan kaca mobil hingga memunculkan titik titik embun. Aku melihat pemandangan yang berhasil menyentuh hatiku pagi itu. Aku melihat seorang bapak paruh baya yang sedang membonceng anak kecil-mungkin kelas satu atau dua SD- dengan sepedanya. Sepeda itu ia tuntun menuruni jalanan berbatu dari arah perumahan bukit yang ada dikiri jalan. Sepedanya tidak bagus, anak kecil itu juga nampak normal seperti anak SD pada umumnya tapi saat itu aku tiba-tiba tersentuh, ingin menangis rasanya. Mataku melihat ketulusan dari tali lusuh yang ia ikatkan pada kaki anak kecil itu ke rangka sepeda miliknya. Aku merasakan ketulusan dari urat-urat yang terlihat dipunggung tangannya ketika ia mendorong sepeda. Bahkan ia tidak beralas kaki ketika anak kecil yang diboncengnya itu memakai sepatu hitam yang bersih dan seragam merah putih yang warnanya sama sekali belum pudar.

Entahlah, aku hanya merasa itu begitu indah.

Setelah hampir setengah jam didalam mobil, kami pun sampai dikantor. Pagi itu ada acara senam pagi, semua nampak seperti jumat pagi biasa sampai ketika manager kami memanggil salah satu pegawai outsourcing untuk maju kedepan.

Namanya pak Eko. Tempat tinggalnya berjarak sekitar 22 km dari kantor. Selepas shalat subuh, mandi dan sarapan beliau langsung berangkat bekerja. Tiap hari Pak Eko berangkat pukul 05.30 WIB naik angkutan umum dan sekitar pukul 06.00 WIB beliau sudah mulai bekerja sebagai Office Boy di kantor kami.  Usianya mungkin sekitar 50 tahun, badannya kecil dan tidak terlalu tinggi. Ketika beliau dipanggil kedepan, Pak Eko masih mengenakan sepatu boot dan peci shalat andalannya. Kata manager kami, Pak Eko ini bukan sekali dua kali sampai dikantor pukul 6 pagi, tapi itu ia lakukan secara konsisten setiap hari.

Pukul berapa jam masuk kantor kami?

Pukul 07.30 WIB dan kenyataannya masih ada pegawai yang datang pukul delapan bahkan lebih.

Ketika beliau ditanya apakah perusahaannya memberikan gaji lebih ketika dia berangkat lebih awal?

Beliau menggeleng.

Aku menunduk dalam, aku terlalu malu. Sungguh rasa syukurku masih sangatlah kurang selama ini.

Kenapa bisa aku dikalahkan oleh beliau. Beliau bukan pegawai PLN, beliau adalah tenaga bantu di perusahaan kami yang sehari-harinya bekerja membersihkan mushala dan halaman disekitar lingkungan pembangkit. Aku jauh lebih  muda darinya, pekerjaanku sungguh lebih ringan darinya tapi untuk berangkat ke kantor saja masih dengan niat yang setengah-setengah.

Aku merasa kalah dan malu.

Lalu apa korelasinya dengan cerita singkatku itu?

Menurutku semua itu adalah tentang ketulusan. Ketulusan yang sangat murah apabila dinilai oleh orang hanya karena rupiah saja. Ketulusan yang seperti itu berawal dari sebuah kata kerja bernama mencintai.

Ya.. Mencintai adalah kata kerja. Tidak menjadi sebuah mencintai apabila tidak ada sebuah usaha didalamnya. Karena kata kerja adalah sebuah kata-kata yang mengandung makna untuk melakukan suatu berbuatan. Jadi bila kita mengatakan kita mencintainya, tidak lantas itu cinta yang sebenarnya apabila tidak diikuti dengan suatu perbuatan.

Disini aku belajar bahwa hal-hal yang baik lahir dari sebuah ketulusan. Ketulusan melakukan pekerjaan yang kita lakukan setiap hari. Ketulusan yang dimulai dengan mencintai apa yang kita kerjakan saat ini.

Maka sudahkah kita mencintai dengan benar pekerjaan kita saat ini?

Disini aku tidak sedang menceritakan sebuah kisah yang hebat, aku yakin diluar sana masih sangat banyak cerita tentang pengabdian karyawan PLN yang sangat menginspirasi dan berada pada level hebat yang lebih tinggi. Tapi untuk apa kisah-kisah itu diceritakan kepada kita?

Mereka yang bekerja dengan dedikasi tinggi untuk PLN, yang siang malamnya untuk PLN, yang waktu tidurnya berkurang atau bahkan habis demi PLN, ahh rasa-rasanya bukan untuk PLN. Mereka melakukannya untuk negeri ini, lebih tepatnya untuk membuat lampu dan peralatan dapur dirumah-rumah bisa digunakan. Mereka sungguh merelakan waktunya untuk melakukan inspeksi jaringan, memangkas pohon-pohon tinggi yang menimpa jaringan, atau masuk ke dalam furnace hingga elevasi tigapuluh sekian untuk mengganti tube boiler yang pecah.

Dan alangkah sayang sekali kalau itu semua hanya dihargai dengan kalimat umpatan atau kritikan setiap kali ada pemadaman listrik. Seandainya pengkritik itu tahu waktu adalah hal terbaik yang dapat diberikan manusia karena waktu adalah suatu hal yang manusia miliki tanpa mereka tahu kapan akan berakhir kepemilikan itu.

Maka dariku teruntuk siapa saja yang membaca tuisan ini, apapun pekerjaan yang saat ini kita kerjakan bila peran kita masih kecil, bersungguh-sungguhlah memainkan peran itu. Dan apabila peran kita besar, bertanggungjawablah dalam melakukannya. Tidak ada pekerjaan yang tidak penting, semua sudah diatur untuk memerankan bagiannya masing-masing. Karena mencintai apa yang kita kerjakan adalah satu-satunya cara untuk melahirkan ketulusan dan ketulusan akan melahirkan hal-hal baik lalu berdiaspora menjadi inspirasi bagi mereka yang sedang mencari cara untuk mencintai pekerjaan mereka. Berbesarhatilah menjalani peran itu sekalipun sulit karena pasti hal baik akan mendatangimu disaat yang tepat.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2016

Tara Puspita Sari (94162157ZY)

Junior Engineer Perencanaan dan Pengendalian Pemeliharaan PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tarahan

facebook : tara puspita sari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun