Kenapa bisa aku dikalahkan oleh beliau. Beliau bukan pegawai PLN, beliau adalah tenaga bantu di perusahaan kami yang sehari-harinya bekerja membersihkan mushala dan halaman disekitar lingkungan pembangkit. Aku jauh lebih  muda darinya, pekerjaanku sungguh lebih ringan darinya tapi untuk berangkat ke kantor saja masih dengan niat yang setengah-setengah.
Aku merasa kalah dan malu.
Lalu apa korelasinya dengan cerita singkatku itu?
Menurutku semua itu adalah tentang ketulusan. Ketulusan yang sangat murah apabila dinilai oleh orang hanya karena rupiah saja. Ketulusan yang seperti itu berawal dari sebuah kata kerja bernama mencintai.
Ya.. Mencintai adalah kata kerja. Tidak menjadi sebuah mencintai apabila tidak ada sebuah usaha didalamnya. Karena kata kerja adalah sebuah kata-kata yang mengandung makna untuk melakukan suatu berbuatan. Jadi bila kita mengatakan kita mencintainya, tidak lantas itu cinta yang sebenarnya apabila tidak diikuti dengan suatu perbuatan.
Disini aku belajar bahwa hal-hal yang baik lahir dari sebuah ketulusan. Ketulusan melakukan pekerjaan yang kita lakukan setiap hari. Ketulusan yang dimulai dengan mencintai apa yang kita kerjakan saat ini.
Maka sudahkah kita mencintai dengan benar pekerjaan kita saat ini?
Disini aku tidak sedang menceritakan sebuah kisah yang hebat, aku yakin diluar sana masih sangat banyak cerita tentang pengabdian karyawan PLN yang sangat menginspirasi dan berada pada level hebat yang lebih tinggi. Tapi untuk apa kisah-kisah itu diceritakan kepada kita?
Mereka yang bekerja dengan dedikasi tinggi untuk PLN, yang siang malamnya untuk PLN, yang waktu tidurnya berkurang atau bahkan habis demi PLN, ahh rasa-rasanya bukan untuk PLN. Mereka melakukannya untuk negeri ini, lebih tepatnya untuk membuat lampu dan peralatan dapur dirumah-rumah bisa digunakan. Mereka sungguh merelakan waktunya untuk melakukan inspeksi jaringan, memangkas pohon-pohon tinggi yang menimpa jaringan, atau masuk ke dalam furnace hingga elevasi tigapuluh sekian untuk mengganti tube boiler yang pecah.
Dan alangkah sayang sekali kalau itu semua hanya dihargai dengan kalimat umpatan atau kritikan setiap kali ada pemadaman listrik. Seandainya pengkritik itu tahu waktu adalah hal terbaik yang dapat diberikan manusia karena waktu adalah suatu hal yang manusia miliki tanpa mereka tahu kapan akan berakhir kepemilikan itu.
Maka dariku teruntuk siapa saja yang membaca tuisan ini, apapun pekerjaan yang saat ini kita kerjakan bila peran kita masih kecil, bersungguh-sungguhlah memainkan peran itu. Dan apabila peran kita besar, bertanggungjawablah dalam melakukannya. Tidak ada pekerjaan yang tidak penting, semua sudah diatur untuk memerankan bagiannya masing-masing. Karena mencintai apa yang kita kerjakan adalah satu-satunya cara untuk melahirkan ketulusan dan ketulusan akan melahirkan hal-hal baik lalu berdiaspora menjadi inspirasi bagi mereka yang sedang mencari cara untuk mencintai pekerjaan mereka. Berbesarhatilah menjalani peran itu sekalipun sulit karena pasti hal baik akan mendatangimu disaat yang tepat.