Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Islam dan Partai Politik yang Mengeksploitasi Islam

17 Februari 2022   12:16 Diperbarui: 17 Februari 2022   12:41 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai politik yang ideal dalam negara yang penduduknya multi etnis, suku bangsa dari berbagai daerah mulai Sabang sampai Meuroke adalah partai yang menganut sistem demokrasi. 

Tetapi syaratnya harus lebih banyak orang yang paham demokrasi dan haknya dalam bernegara bukan masyarakat terjajah. Tentu beragam karakter dan prilaku serta pemahaman politik dan faktor yang mewarnainya dalam dunia politik tersebut.

Ketika orang-orang telah digabungkan dalam sebuah partai politik, maka dalam pikirannya terbersit berbagai cakrawala sesuai dengan backgroud pekerjaannya. Mereka yang dikalangan pebisnis yang hampir bangkrut merasa terbuka kembali peluangnya karena ada harapan pada sekumpulan yang mungkin saja berminat bekerjasama. 

Pebisnis yang sukses tentu langka masuk ke partai politik, jika bergabungpun mereka akan menguasai atau sebagai pompinan dan biasanya juga menjadi penyokong utama partai politik untuk politik mereka. Sebahagian besar tentu kontraktor pemerintah menengah bawah yang mencari peluang di partai politik.

Mereka yang memiliki pekerjaan tetapi juga langka bersedia ke partai politik karena kuatir terganggu aktifitasnya dan karirnya, misalnya dokter biasanya ya dokter yang bebas dan bermental kuat, kalau dosen ya sudah pasti juga bermental yang sama,  atau dosen rada nakal dan ambisius. 

Demikian juga profesi yang lain ketika mereka bergabung atau harus bergabung karena orang dekatnya atau keluarganya yang memimpin partai, dimana mereka berpolitik untuk sekedar menyokong.

Lalu pertanyaannya adalah apakah mereka memiliki visi dan misi dalam membangun negara. Misi mungkin saja ada tapi sebatas semangat, biasanya mereka beesikap ambigu dan berkelompok untuk meningkatkan dan mencari peluang untuk mendapatkan banyak uang. 

Karena mereka tidak berlatar belakang pendidikan bernegara maka pikiran dalam membangun hanya berkisar antara prilaku baik dan buruk selanjutnya menjadi ideology tanpa disadarinya. 

Karena pengetahuan politik yang terbatas maka politik partai mereka berjalan secara alami tanpa pemikiran pemimpin tentang politik karena dalam pemikiran pemimpin hanya bagaimana ia bisa membangun jaringan berantai yang kuat ditengah masyarakat.

Lalu terbuka pilihan dihadapannya, apa yang terbaik untuk pengikat emosi kumpulan masyarakat tersebut? Sedaearah terlalu sempit, satu suku juga sempit, satu nusa satu bangsa luas tapi tak ada pengikat yang spesifik dan tidak menimbulkan emosi, yang paling mudah adalah satu agama meski luas tapi bisa bangkitkan emosi masyarakat kita di negara ketiga ini. 

Agama dan budaya adalah alat yang tidak hanya membangkitkan emosi masyarakat tapi juga bisa memicu emosi dan meluapkan masyarakat di negara ketiga bila agama dan budayanya disentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun