Parahnya mereka elit yang paham tentang hal tersebut tapi mereka sengaja mengeksploitasi Islam untuk kepentingan partai politiknya. Pemimpin politik semacam ini biasanya pada waktunya akan terjebak dan mereka sebahagian besar akan menjadi pecundang. Karena apa? Â Karena pikirannya fokus dalam mengekplotasi Islam maka keahliannya pada urusan lain menjadi tertutupi. Â
Sehingga mereka cenderung menempatkan kegagalannya karena Allah atau mereka yang belum dajal selalu menyampaikan Allah belum merestuinya. Begitupun dalam prilaku agama lain misalnya ada partai politik yang ruh hidupnya dengan agama baik kristen, Â budha dan hindu serta agama lainnya.
Sebenarnya Islam bisa saja digunakan untuk ideology politik oleh orang-orang amanah tetapi karena keterlibatan orang yang tidak mungkin bisa terkontrol keimanannya, kita perlu kuatir dan mencurigai karena manusia itu tidak sempurna, politisi jaman ini tentu tidak bisa menyamai prilaku seorang nabi. Maka dalam negara lintas agama sangat rawan mereka membawa Islam ke altar pertaruhan moral dan mental apalagi dalam politik partai yang sempit yang berorientasi pada kekuasaan negara dan daerah.
Kenapa? Â Karena Islam adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi (agama samawi) yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab.[1] Islam diestimasi tahun 2020 dianut oleh lebih dari 1,9 miliar orang di seluruh dunia sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.[2] (Wikipedia).
Lalu, demokrasi berpihak kemana? Tentu saja liberalis yang mana demokrasi bisa melindungi aspirasi dalam berbagai perspektif termasuk semua agama. Kalau komunis tentu saja mereka lebih otoriter dengan sistem politiknya, apalagi kemudian menganut sistem politik partai tunggal dalam bernegara.
Salam
Â
Oleh : Tarmidinsyah Abubakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H