Kelima, partai politik juga harus dikawal dan melaporkan aktifitasnya sehingga mereka dipastikan berfungsi sebagaimana mestinya dalam pendidikan politik masyarakat. Jangan sampailah partai politik itu sebagaimana biasa seperti menyusun rencana seperti kelompok gengster untuk kemudian melakukan perampasan-perampasan dukungan masyarakat, mengumpulkan uang negara sebanyak mungkin kemudian di pemilu membeli suara masyarakat.
Kalau demikian caranya kapan berubah rakyat dinegara ini apalagi di daerah, karena partai politik yang merupakan instrumen penting dalam membangun rakyat justru menjadi lembaga semacam kelompok yang membuat rencana dan strategi sebatas merebut suara rakyat, yang sama sekali tidak berguna dalam membangun rakyat Indonesia dari Sabang sampai Mauroke.
Kenapa penulis menyampaikan dengan tegas pesan kepada masyarakat pembaca kompasiana ini bahwa tidak perlulah berhabis-habisan dalam partai politik di negeri kita karena tidak memberi jaminan terhadap sikap dan perjuangan masyarakat dalam berjuang membangun rakyat.
Kenapa?
Karena partai politik hanya perlu suara rakyat bukan bermisi dan visi pada platform perjuangan membangun masa depan rakyat dalam politik. Partai politik dalam fungsinya kering kerontang dengan berbagai nilai yang sesungguhnya perlu mereka pelihara demi membangun bangsanya dan mengeluarkan rakyat dari kesengsaraan hidup yang terus berlanjut.
Maksud jangan habis-habisan dalam tulisan ini adalah jangan sampai kita sebagai warga masyarakat mengorbankan hidup kita untuk berjuang dengan partai politik, misalnya bermusuhan dengan kualuarga, bermusuhan dengan teman, sahabat karena partai politik, mengorbankan pekerjaan dan memilih berjuang bersama partai politik secara totalitas.
Tinggalkan sikap diatas jika ingin hidup anda selamat dan tidak sengsara karena partai politik dan pimpinan politik di negeri kita masih dalam mentalitas terjajah (inlanders) bukan sikap politik normatif. Ketika pimpinan partai politik menutupi kebrokannya dan menyelamatkan dirinya maka anda sebagai kader dan warga masyarakat juga keluarga anda adalah obyek sesempurna-sempurnanya tumbal politik.
Kesimpulannya jika pemimpin politik dan partai politik pengelolaannya sebagaimana sekarang dan tidak memberi ruang untuk apresiasi hak-hak politik rakyat secara demokratis maka sebaiknya berhenti dalam berjuang karena hari-hari warga tidak berbeda menghadapi bom waktu untuk jatuh dan mati dalam kebijakan politik.
Lalu kenapa orang-orang yang paham diam?
Menurut penulis begini, politik itu tidak secara komprehensif dikuasai oleh seseorang karena ilmu politik dilengkapi barbagai ilmu lain yang berkait secara langsung dengannya dalam kehidupan warga negara. Karena luasnya ilmu politik itu sehingga tidak ada orang yang sempurna dalam politik. Sebagai contoh pemimpin politik di negeri kita mulai Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudoyono yang berhasil bertahan dalam kekuasaan minimal dua periode. Mereka telah menjadi pemimpin politik rakyat Indonesia selama sepuluh tahun keatas (sebagaimana presiden negara lain dimana dua periode dianggap sukses meski delapan tahun). Mereka juga masih terjebak dalam kekurangan dipolitik secara vulgar.
Di awal masa kekuasaan politik tiga presiden ini tentu berjalan baik dengan beban dan harapan rakyat dipundaknya. Tetapi akhirnya mereka terjebak dengan masalah alamiah yang sering menimpa para pemimpin politik dunia dan muaranya absolutisme kekuasaan.