Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Paksa Rakyat Bayar dan Tes Swab Covid 19 Seperti Bangsa Budak, Pemimpin dan Politisi?

20 Februari 2021   11:06 Diperbarui: 20 Februari 2021   11:35 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Seminggu yang lalu saya mengalami gejala sakit ginjal, akibat kebanyakan begadang dan kurang konsumsi air putih. Dugaan itu disampaikan oleh beberapa dokter dan teman yang mengetahui sisi penyakit itu karena pernah menemani anggota keluarganya.

Yach,,,maklum saja standar kehidupan kita warga daerah di Indonesia yang sangat sederhana dan tidak pernah bisa hidup normal sebagaimana warga di negara-negara scandanavia yang teratur, nyaman serta lebih terkesan senang, bahagia dan rakyatnya sepertikan menemukan tahapan kesejahteraan sebagai skenario kehidupan suatu bangsa yang merdeka.

Apalagi bagi kalangan politisi, ketika tidak memiliki jabatan, tentunya akan kelimpungan karena akses-akses kepada keuangan daerah dan negara secara perlahan juga semakin jauh, karena politisi di Indonesia mentalitasnya korup, keki, dan penjilat. Ketika anda jatuh anda akan dipijak dan tidak dihargai meski ilmu anda segunung.

Kurang yakin? Lihat sejarah kehidupan para tokoh PKI misalnya Soebandrio yang masa berkuasa garangnya luar biasa tapi ketika jatuh seperti orang awam yang tidak mengerti apapun tentang politik. Begitulah ranah politik kita, politisi yang hebat akan dianggap setingkat dengan penipu bila sudah tidak berkuasa apalagi jatuh dan ditangkap dalam suatu masalah.

Sebahagian besar mereka tidak bergaul secara normal tapi gaul kepentingan politik, tidak berguru secara normal tetapi berguru karena kepentingan politik. Demikian pula dalam keharmonisan hubungan antara politisi sebahagian besar dipenuhi dengan kamuplase dan bagaikan fatamorgana. Pertahananan hubungan hanya ada ketika bisa saling memberi dukungan secara politis begitupun sebaliknya. Kenapa demikian?

Karena mentalitas anda sesungguhnya adalah demagog bukan negarawan, anda adalah yang fenomena dipaksakan sebagai pemuka-pemuka masyarakat egois yang merampas hak-hak orang lain demi kemapanan hidup anda. Pada akhirnya memang anda adalah pemain sandiwara profesional ditengah panggung hiburan rakyat dan perlu diingat bahwa anda penghibur tetapi hanya sebatas penari telanjang.

Oleh karena itu jangan pernah tersanjung oleh politisi kecuali orang yang teruji, misalnya ketika anda kuat dalam politik tapi dia lebih mandiri tanpa mengandalkan kedekatan dengan anda, meskipun anda melindunginya. Ketika anda lemah  dia juga menjadi orang yang sangat memahami diri anda sebagaimana memahami dirinya sendiri. Jika tidak demikian maka hubungan anda berkait dengan politik adalah ibarat bangunan kebohongan meskipun mereka bahagian dari keluarga kandung anda secara langsung.

Adapun yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana sesungguhnya dinamika kehidupan anda sebagai politisi di negeri ini yang penuh dengan batu cadas dan terjal, perjalanan politik anda ibarat orang berlari ketika anda jatuh maka anda akan terpijak, sepenuh apapun otak anda dalam politik dan sosial. Apakah ini kesalahan anda? Menurut saya sama sekali bukan karena yang salah adalah mereka pemimpin-pemimpin politik negeri ini yang tidak memiliki cukup wawasan dan ilmu pengetahuan dalam politik. Buktinya apa?

Buktinya, orang awam atau orang yang tidak berkecimpung dalam dunia politik dan kepemimpinan dapat ditukar posisinya dengan pemimpin yang politisi kalau dibarter dengan uang. Orang biasa jadi pemimpin sementara yang pemimpin bisa sempurna menjadi orang biasa. Normalkan? Tanpa residu.

Maksudnya apa? Antara politisi dan orang awam sama saja, ukurannya adalah uang (cash money), kalau punya uang maka orang awam juga bisa menjadi pemimpin dan politisi. Jadi orientasinya salah kaprah, padahal orang yang punya uang tersebut hanya karena punya tanah warisan yang kebetulan tanah itu mengandung kimia yang dibeli mahal. Itu sama dengan kekayaan suatu daerah yang tanahnya memiliki kadar tambang yang tinggi menjadi daerah kaya, setelah barang itu habis diapun akan miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun