Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana Membedakan Tokoh Politik dan Tokoh Partai Politik?

2 Januari 2021   17:07 Diperbarui: 2 Januari 2021   17:23 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka menjadi tokoh politik karena kepentingan mereka lebih luas terutama dalam konsepsi mentalitas dan moralitas masyarakat dan membangun manusia berakhlatul karimah atau melakukan pekerjaan baik dan menjauhkan pekerjaan jahat dan mereka hidup digaris agama dengan muara kepada tuhannya.

Lalu, apakah tokoh agama juga berpolitik? Tentu saja begitu adanya. Karena politik itu sangat luas sementara partai politik hanya alat politik dalam kekuasaan negara. Bahkan ada yang dipergunakan untuk sebatas merebut jabatan dalam negara misalnya sebatas kursi parlemen. Sementara semua sisi hidup manusia membutuhkan politik yang terkadang sebahagian dari kita justru tidak memahami bahwa  tujuan-tujuan dalam kehidupan kita beraroma politik secara langsung.

Tokoh agama idealnya perlu berpolitik tetapi bukan berpartai politik, karena dengan memilih menjadi kader partai politik justru telah mendegradasi fungsinya sebagai ulama dan berposisi sebagai orang atau tokoh yang dibelenggu dalam hidupnya untuk tujuan-tujuan kekuasaan yang pragmatis. Tetapi menjadi pemimpin partai, pemimpin ideology dan teology akan lebih baik bagi tokoh agama dan ulama atau sebutan lain untuk tokoh agama lain dalam politik, karena mereka bisa fokus membawa ummat bermasyarakat, berbagsa dan bernegara dengan nilai dan budaya agamanya yang diyakini akan lebih baik dalam membangun warga negara atau warga masyarakat.

Tokoh politik biasanya ada dalam lintas partai politik meski dasarnya berawal dari pimpinan partai politik, atau mereka biasanya memilih dan memimpin partai politik sesuai dengan konsep pemikirannya terhadap kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Disamping itu mereka juga dikenal sebagai politisi yang memiliki ilmu yang mumpuni. Tokoh politik berpeluang menjadi pemimpin rakyat karena posisi dan cara pandang mereka yang lepas dari suatu kelompok politik.

Pada negara yang sudah lebih modern sistem partai politiknya terutama kualitas demokrasinya maka ketua partai politik hanya menempati posisi jabatan di parlemen sebagai pengawal kebijakan publik dan pada demokrasi yang lebih baik pimpinan partai itu mendapatkan kursi gratis tanpa mengikuti pemilu asalkan partainya memenuhi syarat pemenangan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Kenapa demikian? Karena mereka sebagai pimpinan yang aktivitasnya secara total mengurus manjemen partai politik dan kader partai politik yang disiapkan sebagai calon-calon pemimpin rakyat.

Tentu saja pemimpin partai politik tersebut bukan beberapa orang yang biasa saja dalam ilmu politik dan bernegara dan mereka tergolong negarawan di negaranya. Pemikiran dan ilmu mendapat nilai yang lebih sehingga mereka dipercaya sebagai pemimpin partai politik dan pemimpin politik dinegaranya.

Kekuasaan partai politik idealnya bukanlah pengurus partai politik sebagaimana kita saksikan di negara kita, sebagai bukti pernah terjadi dalam kepemimpinan opera dalam ranah hiburan, justru mereka meminta penonton memberi suara dalam pemilihan pimpinan opera terpopuler di Italy.  Secara datar kita lihat penonton  tidak berpengaruh untuk kelangsungan dan kelancaran opera, padahal penonton adalah elemen paling penting dalam hidup matinya seni opera tersebut.

Dijaman sekarang "youtube" justru membayar pada kuantitas pemilik viewer yang tinggi, seorang penghibur dipengaruhi sepenuhnya oleh penontonnya maka penghibur yang paling tinggi memperoleh penonton akan dibayar dengan sangat tinggi pula. Dengan begitu wajarlah tokoh partai politik berorientasi pada kuantitas dukungan pemilih meski tanpa kualitas, mereka juga belum pasti mendapat pelajaran dalam kecerdasannya tetapi justru menjadi obyek pembodohan sosial karena ilmu para tokoh partai politik yang tidak berorientasi pada ilmu kepemimpinan, politik dan pemerintahan. Tetapi lebih berorientasi kepada sebatas strategy mengikat pemilih dengan berbagai cara bahkan dengan menyogok. Tetapi mereka juga tidak memahami justru politik telah terdegradasi nilainya ke posisi yang rendah bahkan berada pada posisi hukum dagang dalam demokrasi.

Partai politik seharusnya bisa membangun asset, misalya menciptakan tokoh politik secara perlahan, mereka yang senior atau berpengalaman dalam dunia pemerintahan dan berilmu yang tinggi dalam politik dapat mereka dorong menjadi tokoh politik.

Dengan cara apa? Melepaskan mereka untuk tidak diikat oleh partai politik, tetapi ikatannya berada dalam bathin tokoh politik dimaksud. Ia dengan pengalamannya atau seseorang dengan ilmunya yang tinggi senantiasa memberi solusi dan bersikap atas nama tokoh masyarakat untuk kepentingan rakyat dan partai bisa memanfaatkan pengaruhnya untuk membesarkan dukungan partai politik.

Sulit memang untuk sampai pada pemikiran yang matang dalam politik kita yang berbasis sistem feodal, dimana organisasi politik mengikat anggota dan pengurusnya dengan sistem komando yang dibanggakan, bahkan pemimpin partai politik bangga dengan kesanggupannya membuat sistem komando yang pemilik aslinya adalah militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun