Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mismanajemen dalam Rumah, Bikin Pusing Tujuh Keliling

24 Desember 2020   13:10 Diperbarui: 25 Desember 2020   05:32 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Hidup sehari-hari dalam rumah tangga kelihatannya berjalan normal, tidak rumit, karena dalam pandangan orang lain rumahnya bersih dan tertata rapi. Padahal penataan rumah itu sangat bergantung pada seorang ibu yang selalu menajaga dan menempatkan barang-barang di rumah pada tempatnya.

Rumah secara tradisional hanya suatu tatanan yang memperlihatkan keindahan, kerapian yang memberi kesan bahwa si pemilik memiliki karakteristik yang mapan dan berwibawa.

Padahal rumah adalah salah satu media yang sangat mempengaruhi mentalitas pemiliknya. Ada banyak kita temukan orang disuatu rumah yang sedang stress, pusing tujuh keliling, karena ada suatu barang yang ingin digunakan dirumahnya tapi pada saat diperlukan tidak ditemukan meski dia mengingat secara pasti bahwa barang itu ada dalam rumahnya.

Contohnya begini, seorang siswa atau siswi yang kemampuan otaknya normal bahkan ia tergolong cakap dalam kehidupan sehari-hari, namun pada saat menghadapi ujian ia sedang dalam urusan lain sehingga tidak sempat belajar. 

Pertanyaan-pertanyaan ujian itu sebahagian besar tidak bisa dijawab dengan benar. Sehingga hasil pada laporan pendidikannya berangka merah atau minus. Sementara indikator kemampuan siswa ada pada laporan sekolah tersebut. Lalu dalam pendidikan siswa ini kemampuannya tetap saja pada laporan tersebut bahwa ia seorang yang bodoh dalam pendidikannya, meski dia tidak pintar dalam pandangan banyak orang.

Begitu pula dalam rumah, semua barang dipunyai, mulai obeng, tang, gunting kuku, obat maag, obat pilek, pulpen, pinsil dan barang kebutuhan lainnya sudah tersedia di rumah itu. Tetapi ketika dibutuhkan obeng untuk memperbaiki sepeda motornya ternyata barang itu tidak ditemukan pada saat dibutuhkan. Lalu kesimpulannya adalah tidak berbeda dengan tidak punya, pada akhirnya pinjam pada tetangga.

Oleh karena itu manajemen dalam rumah itu dibutuhkan oleh setiap anggota keluarga sejak mereka masih kecil, sehingga kebiasaan semua anggota keluarga menempatkan barang-barang dalam rumahnya pada tempatnya secara disiplin. 

Beberapa tip penting untuk menata isi rumah, agar tidak menjadi masalah yang mengganggu pikiran orang sehingga usianya tidak dihabiskan untuk berpikir tentang keberadaan barang yang dimilikinya, diantaranya :

Pertama, membuat file (tempat) untuk penempatan barang, perlengkapan dan peralatan yang cukup untuk menyimpan barang kebutuhan tersebut. Misalnya obat demam pada suatu tempatnya yang tidak dicampur dengan tepung atau obeng dan lainnya.

Kedua, Budayakan melakukan rapat keluarga agar semua anggota keluarga paham, disiplin dan bertanggung jawab terhadap penggunaan barang atau bertanggung jawab terhadap peminjamnya agar barang-barang itu kembali pada tempatnya.

Ketiga, Memberikan sanksi, agar anggota keluarga yang menghilangkan barang untuk mengganti barang tersebut jika perlu dua kali dari harga barang yang dihilangkannya.

Keempat, jadwalkan evaluasi, pembersihan dan penataan, misalnya setiap tahun satu kali sehingga barang-barang kebutuhan rumah tangga itu tetap awet dan tidak harus selalu dibeli.

Pada jaman modern sekarang ini rumah butuh pengelolaan dengan manajemen bersama, sehingga setiap anggota keluarga menjadikan rumah sebagai media berlatih tanggung jawab, kemandirian dan kedisiplinan. Berbeda dengan rumah tradisional yang batasannya hanya memperlihatkan seni atau keindahan dalam interiornya, sementara fungsinya pada urutan yang jauh pada nomor berikutnya. 

Orang-orang yang tumbuh dalam rumah yang memiliki manajemen sebagaimana penulis terangkan pasti lebih teratur hidupnya dan berhati-hati dalam menjalani masa depannya dibanding anak-anak yang sama sekali tidak terdidik dalam manajemen rumahnya sejak ia kecil. 

Ini akan menjadi perbedaan rumah orang yang memiliki pengetahuan yang memudahkan cara hidup dengan mereka yang tidak memiliki ilmu yang rumahnya amburadul dan berpotensi menjadi sumber masalah dalam rumah tangga.

Lalu, jika rumah tangga kecil, misalnya masih dengan satu anak, apakah bisa diterapkan manajemen rumah sebagaimana ilustrasi diatas? Tentu saja bisa, meski anda sendiri atau hanya berdua dengan istri, karena tujuannya adalah kedisiplinan diri yang perlu dibudayakan dalam hidup.

Hal ini tentu saja menjadi berlebihan bagi masyarakat yang tidak paham untuk mengatur kenyamanan hidupnya dengan ilmu pengetahuan. Sehingga dalam peekara kebutuhan barang dalam rumah tangga tidak membutuhkan energi dan peras otak untuk mencari barang-barang kecil dalam kesehariannya.

Bayangkanlah, jika ada suatu rumah yang anggota keluarganya setiap hari menghabiskan waktu untuk satu atau dua jam hanya untuk urusan mencari kunci mobil atau sepeda motor, maka dalam setahun berapa waktu yang mereka habiskan untuk sebatas mencari kunci. Padahal jika manajemen dalam rumahnya baik tentu mereka tidak akan mensia-siakan umurnya hanya untuk mencari barang-barang yang lupa menaruhnya.

Hal ini kita anggap sepele, padahal secara psikologis dan emosional bisa saja hal ini menjadi suatu perkara besar yang mengundang pertengkaran dan malapetaka bagi keluarga. Misalnya surat nikah, ijazah atau surat tanah dalam suatu rumah harus dicari karena istrinya lupa menyimpannya atau dibakar oleh anak yang paling kecil dalam mainannya. Bagaimana kita ingin menggaransinya jika orang atau pemiliknya tidak lalai dan tidak disiplin dalam rumah tangganya.

Kenapa penulis mengangkat hal yang seakan remeh temeh dalam kehidupan sehari-hari? Karena hal kecil ini mempengaruhi mental dan psikologis setiap warga yang mempengaruhi juga cara berpikirnya.

Lalu, jika kita ganti perangkat-perangkat kebutuhan dalam keluarga tersebut dengan perangkat dalam bernegara, tentunya hal ini juga menjadi cerminan manajemen dan mis manajemen dalam bernegara. 

Kesimpulannya rumah tangga atau negara yang dikelola secara tradisional sudah pasti bisa menimbulkan masalah dan malapetaka dengan sumber dan akar masalah yang kecil. 

Tapi jika dikelola dengan manajemen yang baik sumber masalah yang kecil dapat dihilangkan dan sumber masalah yang besar dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. 

Disitulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki cukup ilmu pengetahuan dan wawasannya dalam manajemen negara dan manajemen sosial yang senatiasa dihadapi oleh masyarakat di semua negara.

Dengan manajemen yang baik dalam kehidupan sehari-hari maka semua orang akan fokus pada hal-hal yang lebih besar dalam hidupnya, demikian pula negara tentunya mereka sebagai pemimpin akan melahirkan kebijakan-kebijakan publik yang lebih holistik untuk fokus dan mengarahkan kehidupan rakyatnya yang memiliki masa depan. Tidak larut dalam permasalahan remeh-temeh sehari-hari yang berputar-putar dalam lingkaran yang tidak habisnya.

Sekian
*****

Sumber : payaku.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun