Jawabannya ada pada grade atau kualitas kesadaran pemimpin partai politik yang menjadi "pemimpin politik" pada suatu bangsa dan negara. Jika orientasi pemikiran mereka berpusat kearah itu maka kompetisi dalam demokrasi berorientasi pada wawasan dan ilmu pengetahuan kebangsaan dalam melahirkan pemimpin negara.Â
Bedanya penguasa dilahirkan dengan rekayasa kekuasan uang dan pembodohan rakyat, sementara pemimpin dilahirkan dengan kualitas, kapasitas ilmu pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang tinggi dalam kehidupan rakyat.
Turunan lanjutan sebagai kecenderungannya dari penguasa adalah pragmatisme buta yang membangun politik tanpa fatsun dan etika atau politik buta yang menghalalkan segala cara, sebagaimana pemikiran tokoh politik Niccol'o Machiavelli.
Niccol Machiavelli lahir di Florence, Italia, 3 Mei 1469 -- meninggal di Florence, Italia, 21 Juni 1527 pada umur 58 tahun) adalah diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf.[1] Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan Il Principe (Sang Pangeran), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H