Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jika Pemimpin dan Rakyat Taat Beragama, Dunia Lama Kiamat

25 November 2020   20:03 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:08 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toleransi tidak boleh dipahami semisal di Indonesia bahwa agama Islam yang dominan, sementara yang bertoleransi hanya Islam. Toleransi kualitas dan standarnya sama temasuk hingga pada kebijakan publik dan negara. Jangan sampai sikap-sikap petinggi agama menghambat menghambat prilaku mereka yang dominan dengan menghadapkannya dengan pembuat kebijakan publik. 

Toleransi termasuk di dalamnya ruang protes dan demo terhadap kepemimpinan daerah dan negara. Hal itu sesungguhnya aktifitas normatif dalam bernegara akibat kualitas pelayanan rakyat dan kepemimpinan negara yang dalam pemahaman masyarakat dominan berseberangan dengan harapan rakyatnya. 

Jika pemerintah tidak menginginkan protes rakyat, maka pemerintah harus mendampingi rakyat dan memberikan pendidikan sosial yang lebih memadai sehingga aktivitas ini menjadi ideology suatu bangsa dan sesungguhnya hal itulah yang menjadi tugas utama pemimpin rakyat. Apabila hal ini sudah berjalan normal dengan standar yang ditetapkan secara bertahap maka jika masih juga terjadi yang bertentangan, bisa disebabkan oleh faktor :
a. Masyarakat lemah, lemah gizi, lemah mental, lemah otak, lemah energy dan lain-lain.
b. Masyarakat mentalitas pengacau, kriminal, dan katagori manusia jahat, tentu ada sanksi hukum.

Keempat, Faktor lain yang paling berpengaruh sebagai alat besar untuk persamaan prinsip manusia global adalah kebudayaan, peradaban, tradisi, adat istiadat yang sudah terevaluasi secara terbuka sebagai alat pemersatu. 

Jika hal ini tidak bisa menjadi alat yang mewarnai kehidupan lintas manusia dan ilustrasi masyarakat dalam negara yang hidup dalam kering dan kerontang yang mungkin saja hanya berbasis kerja dan mengejar uang menjadi ukuran bukannya kebahagiaan warga negara, maka ada yang salah dalam sistem pembangunan rakyatnya.

Jika alat-alat pembangunan rakyat ini menjadi terdegradasi fungsinya bahkan menjadi penghambat dalam kehidupan berbangsa bernegara maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemimpin dan rakyat, bangsa dan negara tersebut sedang berjalan di jalan yang sesat.

Maka perlulah kehadiran guru-guru bangsa tidak sebatas mentalitas pekerja. Ibarat pekerjaan dengan penampilan dan penampakan yang eksklusif, dengan dasi, jas dan kelengkapannya, sementara tingkatan fungsi dan tugas serta mentalitasnya dalam katagori Buruh bukan pembuat keputusan dalam pekerjaan-pekerjaan yang berkantor besar dan megah tersebut.

Sekian
*****

107547454-gettyimages-959882036-5fc9375e8ede485fc37b5bc4.jpg
107547454-gettyimages-959882036-5fc9375e8ede485fc37b5bc4.jpg
Sumber Dokumen : BBC News : Presiden Turky Erdogan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun