Hal ini menyebabkan sistem kekuasaan yang absolut pada suatu kelompok yang menguasai politik dan kekuasaan negara-negara. Karena pemimpin mutlak berkuasa maka mereka kurang memperhitungkan kondisi, perasaan, sakit dan sengsara rakyatnya akibat kebijakan dan keputusannya yang mengatasnamakan demi bangsa dan negara.
Pemimpin negara secara garis besar dibagi dalam dua model kepemimpinan yaitu Otoiter sebagaimana penulis ilustrasikan diatas.Â
Berikutnya ada pemimpin yang demokratis yang menempatkan hak-hak hidup rakyat ditempat yang paling urgen. Mereka menempatkan kesetaraan sebagaimana priambul UUD 1945, bahwa kehidupan semua bangsa harus bebas dari penjajahan. Semua manusia yang terlahir ke muka bumi dalam keadaan telanjang maka mereka berlaku dan diperlakukan sama dihormati dan dihargai karena prilakunya masing-masing.
Meskipun ia lahir dari kandungan permaisuri atau istri kepala negara dalam demokrasi tetap saja dianggap setara dengan manusia lain dan mereka hanya akan menjadi lebih ketika mereka memiliki prestasi dan berbuat baik bagi mesyarakat lainnya.
Jika semua pemimpin negara dan rakyat secara global dalam kehidupan demokratis, namun masih terjadi juga hal yang sama perang dan segala kekacauan lain, bagaimana? Faktor itu disebabkan :
a. Salah memahami arti, makna dan esensi demokrasi
b. Pemimpin dibawah Standar (bodoh)
c. Pemimpin bermental drakula (Pampire) penghisap darah manusia lain.
Kedua, Agama adalah suatu rujukan yang mengantarkan hidup manusia yang lebih terarah baik menjauh dan berlawanan dengan niat dan prilaku jahat dalam hidup sesama makhluk (habluminannas) dan menjalani komunikasi dengan Tuhannya (habluminallah) dalam ajaran Islam. Demikian juga kandungan isi ajaran agama lain yang mengarahkan kehidupan manusia dalam esensi yang tidak berbeda. Perbedaan lintas agama hanya terjadi dalam teknis penyelenggaraan ibadah dan pendekatan dalam kehidupan dengan tuntunannya (teology).
Kita ketahui, hampir semua negara memiliki agama dan pemimpin serta masyarakatnya beragama (percaya kepada keberadaan Tuhan).
Lalu, kenapa juga manusia masih melakukan cara-cara yang secara prinsip berlawanan dan bertentangan dengan nilai dan ajaran agamanya? Membuat keputusan-keputusan politik yang melahirkan perang dan kekacauan, mengapa?
a. Tidak taat beragama (liar)
b. Salah dalam memahami agama
c. Sombong, angkuh dalam agama
d. Agama hanya topeng mereka
e. Mereka sesungguhnya makhluk diluar manusia bisa jin atau binatang.
Ketiga, Tolerasi, Semua orang apalagi pemimpin harus memberi ruang untuk kehidupan beragama secara lebar, asalkan tidak mengganggu ketertiban umum dan mengganggu kenyamanan agama yang satu dengan lainnya.Â