Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Idealnya Agama, Budaya, dan Peradaban Menjadi Tool Politik Negara untuk Pengembangan Rakyat

22 November 2020   19:16 Diperbarui: 23 November 2020   07:05 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: parallelprojecttraining.com

Oleh: Tarmidinsyah Abubakar

Politik itu terdiri dari berbagai tingkatan dalam teori maupun implementasinya. Mulai politik pada personal, kelompok, organisasi, partai politik, daerah dan negara memiliki dinamika politik yang membawa kemudahan untuk menjalankan pemerintahan dan pengembangan masyarakat dalam kehidupan yang  lebih luas.

Politik personal itulah yang disebut sumber politik pada rakyat, semakin banyak warga negara yang paham akan hak-hak politiknya maka akan semakin ramailah rakyat yang memperjuangkan kehidupannya dalam politik.

Politik pragmatis itu adalah politik yang sempit yang batasannya merebut kekuasaan politik biasanya dalam bernegara. Lalu politik pragmatis ini memiliki alat politik yang disebut partai politik. Kemudian dimulailah merebut pengaruh pada masyarakat untuk menentukan siapa yang terbaik untuk ide, gagasan dan konsep bernegara yang bertujuan pensejahteraan rakyat.

Politik sesungguhnya begitu luas jangkauannya bahkan semua elemen yang hidup dalam berbangsa dan bernegara berada dalam kebijakan politik. Lalu bagaimana dengan agama, budaya dan peradaban? Hal itu juga berkembang dengan politik secara universal, global dan bukan sebatas mempengaruhi sikap warga negara dalam politik pragmatis.

Untuk menerangkan luasnya jangkauan politik kita bisa menggunakan indikator-indikator terbesar dalam kehidupan manusia, di antaranya adalah agama, budaya dan peradaban.

Politik Agama

Pertama, Agama adalah suatu konsep kepercayaan yang menghubungkan antara makhluk dan penciptanya, kemudian para pemimpin agama yang diyakini dapat lebih berkomunikasi dengan Tuhan mempersiapkan berbagai tatacara penyelenggaraan ibadah dan cara hidup dalam agama dimaksud. 

Sebahagian besar agama bertujuan mengarahkan kehidupan ummatnya untuk menjauhkan niat dan perbuatan jahat serta mempersembahkan perbuatan baik kepada makhluk lainnya termasuk sesama manusia sendiri, sering disebut sebagai amar makruf nahi mungkar dalam masyarakat Indonesia.

Pertanyaannya, apakah agama juga menggunakan politik? Tentu saja agama dikembangkan dengan komunikasi sosial dan global yang jangkauannya adalah seluruh isi bumi. 

Berhadapan dengan usaha peyakinan manusia, merubah prilaku dan kebaikan untuk peradaban hidup, maka agama juga perlu menggunakan strategi politik yakni politik mengembangkan dan memperluas agama. Karena ada beberapa agama lain maka juga terjadi politik lintas agama yang memperebutkan pengaruh ummat manusia meskipun kondisi lintas agama terilustrasi bersanding.

Lalu, apakah ulama sekarang sedang dalam politik memperjuangkan dan memperluas pengaruh agamanya? Ada ulama yang diposisi tersebut ada juga ulama dengan pemikiran dan wawasan yang sempit terjebak dalam politik pragmatis hanya sebatas kekuasaan negara.

Kemudian bagaimana seharusnya mereka yang membawa agama dalam politik pragmatis? Tentu saja mereka harus seseorang yang dipercaya mampu melakukan kebijakan, kesabaran sebagaimana ajaran nabi. Supaya agama tidak menjadi tumbal dalam game of politik dalam batasan urusan bernegara. Misalnya mereka ingin memperjuangkan nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara maka mereka sebagai tokohnya pastilah terbuka dengan mendirikan partai politik.

Bagaimana seharusnya menggunakan agama untuk politik pragmatis? Lebih baik nilai-nilai agama itu yang dijadikan dan diperjuangkan oleh mereka untuk menjadi aturan-aturan dalam kehidupan suatu bangsa dan negara. Sebelumnya prilaku para politisi dan pemimpin politiknya juga menggunakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya dan dalam politiknya untuk kebaikan hidup makhluk Tuhannya.

Para tokoh yang berani bersikap untuk opsi politik agama ini maka mereka adalah manusia yang mempertaruhkan hidupnya antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Karena mereka tidak akan menempatkan kekuasaan negara sebagai prioritas tetapi komunikasi dengan Tuhannya menjadi tujuan prioritas hidupnya. Oleh karena itu sulit mendapat kepercayaan besar masyarakat apalagi masyarakatnya dalam kondisi lemah dalam beragama.

Jika melihat politik di Indonesia kita mendapatkan partai-partai politik berlandas agama belum mampu menjaga prilaku dan nama baik partainya yang membawa nama agama dengan sejarah politik Indonesia. 

Namun bukan berarti hal ini tidak bisa dilakukan, mungkin saja suatu ketika muncul partai Islam yang berkonsentrasi membuat perubahan pada tataran konsep kenegaraan yang tinggi dan menunjukkan moralitas serta mentalitasnya sesuai ajaran agama yang justru dapat merubah sistem politik dan pemerintahan yang lebih baik. Kualitas dalam politik berpotensi merubah sikap masyarakat untuk memberi dukungan secara luas sebagaimana partai Masyumi pada pemilu tahun 1955.

Politik Budaya

Kedua, Budaya adalah suatu kebiasaan hidup dalam suatu masyarakat yang menjadi ajaran masyarakat untuk memberi semangat, contoh, ilustrasi prilaku yang menunjukkan kesopanan, kesantunan, perjuangan, pengorbanan, pengabdian, ketaaatan, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat yang maju. Namun budaya dapat dibagi dalam berbagai bidang termasuk didalamnya seni yang dirawat hingga kini oleh daerah dan negara-negara dimana saja.

Pertanyaannya, apakah budaya dalam pengembangannya menggunakan strategi politik? Tentu saja demikian adanya, dan yang melakukan itu adalah mereka yang disebut budayawan. Mereka juga berpolitik yang terkonsentrasi pada budaya bukan bertujuan politik pada batasan kursi parlemen dan jabatan presiden serta jabatan menteri dan lainnya. Karena jika budayawan terseret kesana maka mereka sudah merubah profesinya sebagai politisi atau negarawan.

Para budayawan dalam politiknya tentu saja mereka akan terlihat lebih lembut dan tenang, karena mereka menyelami budaya yang merupakan karya atau hasil cipta dari manusia yang berpikir secara halus dan mendalam. Maka mereka tidak gampang terpengaruh dengan advokasi dan daya tarik outout dari kekusaaan politik pragmatis.

Politik Peradaban

Peradaban adalah berhubungan dengan budaya namun peradaban itu lebih kompleks, atau cirinya menjelaskan tentang kualitas hidup manusia yang berilmu pengetahuan dan dapat hidup dengan lebih sejahtera. 

Pertanyaannya, Apakah peradaban itu juga butuh strategi politik dalam pengembangannya. Tentu saja butuh politik meski mereka tidak menyebutnya politik tetapi strategi pengembangan yang mempertaruhkan nama masyarakatnya pada dunia.

Inilah indikator-indikator yang menyebabkan luasnya politik dalam suatu masyarakat dunia, mereka akan saling terkomunikasi dan berinteraksi ketika berkonsentrasi pada bidang yang sama dan pengembangan hal-hal global ini tentunya jauh lebih luas dan tidak terbatas dibanding politik pragmatis yang bertujuan pragmatis juga.

Atas dasar itulah maka rakyat perlu dikembangkan profesinya secara profesional dalam bernegara sehingga masyarakat tidak hanya berkonsentrasi dalam rebutan kekuasaan negara yang dapat mempersempit hidup berbangsa dan bernegara. Kalau peran-peran kekuasaan negara dapat diperluas dengan wawasan kebangsaan maka masyarakat akan berpikir untuk membangun bangsanya secara luas untuk membangun budaya, peradaban dan agamanya yang lebih baik.

Lalu jika suatu pemerintah berhadapan dengan agama dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengelolaan kekuasaan dalam wawasan yang sempit dan menoton. Sehingga mata masyarakat hanya bisa melihat kekuasaan negara sebagai jangkauan yang paling luas dalam bernegara.

Justru karena sistem pengelolaan kekuasaan yang sempit akhirnya semua profesi tidak berkembang secara profesional dan global, akhirnya semua profesi terjebak dalam politik pragmatis yang akhirnya dapat merongrong kekuasaan pemerintah itu sendiri.

Pada kondisi ini ketika rakyat paham tentang kelemahan pengelolaan negaranya, maka wajarlah lahir wadah-wadah politik dan ormas agama yang merupakan wadah perjuangan masyarakat, akibat tersumbat dalam pengembangannya. Seharusnya pemerintah melakukan berbegai upaya dalam menampung aspirasi masyarakat dan tidak melihat ekspresi dan apresiasi masyarakat serta gerakannya sebagai musuh politik, tetapi aktivitas masyarakat yang butuh pengembangan yang lebih luas.

Oleh karena itulah maka pemimpin itu memerlukan ilmu memimpin dan wawasan yang luas agar masyarakatnya tidak terbelenggu hidupnya dalam ruang yang sempit. Karena hidup berbangsa dan bernegara idealnya adalah kehidupan global yang mengkomunikasikan warga diseluruh dunia. Disinilah tugas pemimpin untuk membuka dan mengembangkan hubungan masyarakatnya secara luas sehingga tanpa menjabat pada negarapun mereka berprofesi penting dalam manajemen hidupnya yang profesional.

Lalu kenapa kita terlihat dalam kesempitan bernegara? Karena memang kita berpikir sempit sehingga bangsa ini tumbuh dan berkembang tanpa kepemimpinan yang mengarahkan hubungan global dan lagi pula alat-alat komunikasi kita yang terbatas. Maka dibutuhkan terobosan agar masyarakat Indonesia bisa keluar dari kondisi yang terbatas ini.

Tool politiknya apa? Sebahagian besar itulah budaya, peradaban dan agama. Kalau agama, budaya dan peradaban dianggap menjadi penghambat pembangunan bangsa maka ada yang salah dengan cara pikir suatu bangsa. Perlulah evaluasi agar tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan rakyatnya.

Sekian
*****

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun