Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Idealnya Agama, Budaya, dan Peradaban Menjadi Tool Politik Negara untuk Pengembangan Rakyat

22 November 2020   19:16 Diperbarui: 23 November 2020   07:05 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: parallelprojecttraining.com

Peradaban adalah berhubungan dengan budaya namun peradaban itu lebih kompleks, atau cirinya menjelaskan tentang kualitas hidup manusia yang berilmu pengetahuan dan dapat hidup dengan lebih sejahtera. 

Pertanyaannya, Apakah peradaban itu juga butuh strategi politik dalam pengembangannya. Tentu saja butuh politik meski mereka tidak menyebutnya politik tetapi strategi pengembangan yang mempertaruhkan nama masyarakatnya pada dunia.

Inilah indikator-indikator yang menyebabkan luasnya politik dalam suatu masyarakat dunia, mereka akan saling terkomunikasi dan berinteraksi ketika berkonsentrasi pada bidang yang sama dan pengembangan hal-hal global ini tentunya jauh lebih luas dan tidak terbatas dibanding politik pragmatis yang bertujuan pragmatis juga.

Atas dasar itulah maka rakyat perlu dikembangkan profesinya secara profesional dalam bernegara sehingga masyarakat tidak hanya berkonsentrasi dalam rebutan kekuasaan negara yang dapat mempersempit hidup berbangsa dan bernegara. Kalau peran-peran kekuasaan negara dapat diperluas dengan wawasan kebangsaan maka masyarakat akan berpikir untuk membangun bangsanya secara luas untuk membangun budaya, peradaban dan agamanya yang lebih baik.

Lalu jika suatu pemerintah berhadapan dengan agama dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengelolaan kekuasaan dalam wawasan yang sempit dan menoton. Sehingga mata masyarakat hanya bisa melihat kekuasaan negara sebagai jangkauan yang paling luas dalam bernegara.

Justru karena sistem pengelolaan kekuasaan yang sempit akhirnya semua profesi tidak berkembang secara profesional dan global, akhirnya semua profesi terjebak dalam politik pragmatis yang akhirnya dapat merongrong kekuasaan pemerintah itu sendiri.

Pada kondisi ini ketika rakyat paham tentang kelemahan pengelolaan negaranya, maka wajarlah lahir wadah-wadah politik dan ormas agama yang merupakan wadah perjuangan masyarakat, akibat tersumbat dalam pengembangannya. Seharusnya pemerintah melakukan berbegai upaya dalam menampung aspirasi masyarakat dan tidak melihat ekspresi dan apresiasi masyarakat serta gerakannya sebagai musuh politik, tetapi aktivitas masyarakat yang butuh pengembangan yang lebih luas.

Oleh karena itulah maka pemimpin itu memerlukan ilmu memimpin dan wawasan yang luas agar masyarakatnya tidak terbelenggu hidupnya dalam ruang yang sempit. Karena hidup berbangsa dan bernegara idealnya adalah kehidupan global yang mengkomunikasikan warga diseluruh dunia. Disinilah tugas pemimpin untuk membuka dan mengembangkan hubungan masyarakatnya secara luas sehingga tanpa menjabat pada negarapun mereka berprofesi penting dalam manajemen hidupnya yang profesional.

Lalu kenapa kita terlihat dalam kesempitan bernegara? Karena memang kita berpikir sempit sehingga bangsa ini tumbuh dan berkembang tanpa kepemimpinan yang mengarahkan hubungan global dan lagi pula alat-alat komunikasi kita yang terbatas. Maka dibutuhkan terobosan agar masyarakat Indonesia bisa keluar dari kondisi yang terbatas ini.

Tool politiknya apa? Sebahagian besar itulah budaya, peradaban dan agama. Kalau agama, budaya dan peradaban dianggap menjadi penghambat pembangunan bangsa maka ada yang salah dengan cara pikir suatu bangsa. Perlulah evaluasi agar tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan rakyatnya.

Sekian
*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun