Lalu, apakah ulama sekarang sedang dalam politik memperjuangkan dan memperluas pengaruh agamanya? Ada ulama yang diposisi tersebut ada juga ulama dengan pemikiran dan wawasan yang sempit terjebak dalam politik pragmatis hanya sebatas kekuasaan negara.
Kemudian bagaimana seharusnya mereka yang membawa agama dalam politik pragmatis? Tentu saja mereka harus seseorang yang dipercaya mampu melakukan kebijakan, kesabaran sebagaimana ajaran nabi. Supaya agama tidak menjadi tumbal dalam game of politik dalam batasan urusan bernegara. Misalnya mereka ingin memperjuangkan nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara maka mereka sebagai tokohnya pastilah terbuka dengan mendirikan partai politik.
Bagaimana seharusnya menggunakan agama untuk politik pragmatis? Lebih baik nilai-nilai agama itu yang dijadikan dan diperjuangkan oleh mereka untuk menjadi aturan-aturan dalam kehidupan suatu bangsa dan negara. Sebelumnya prilaku para politisi dan pemimpin politiknya juga menggunakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya dan dalam politiknya untuk kebaikan hidup makhluk Tuhannya.
Para tokoh yang berani bersikap untuk opsi politik agama ini maka mereka adalah manusia yang mempertaruhkan hidupnya antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Karena mereka tidak akan menempatkan kekuasaan negara sebagai prioritas tetapi komunikasi dengan Tuhannya menjadi tujuan prioritas hidupnya. Oleh karena itu sulit mendapat kepercayaan besar masyarakat apalagi masyarakatnya dalam kondisi lemah dalam beragama.
Jika melihat politik di Indonesia kita mendapatkan partai-partai politik berlandas agama belum mampu menjaga prilaku dan nama baik partainya yang membawa nama agama dengan sejarah politik Indonesia.Â
Namun bukan berarti hal ini tidak bisa dilakukan, mungkin saja suatu ketika muncul partai Islam yang berkonsentrasi membuat perubahan pada tataran konsep kenegaraan yang tinggi dan menunjukkan moralitas serta mentalitasnya sesuai ajaran agama yang justru dapat merubah sistem politik dan pemerintahan yang lebih baik. Kualitas dalam politik berpotensi merubah sikap masyarakat untuk memberi dukungan secara luas sebagaimana partai Masyumi pada pemilu tahun 1955.
Politik Budaya
Kedua, Budaya adalah suatu kebiasaan hidup dalam suatu masyarakat yang menjadi ajaran masyarakat untuk memberi semangat, contoh, ilustrasi prilaku yang menunjukkan kesopanan, kesantunan, perjuangan, pengorbanan, pengabdian, ketaaatan, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat yang maju. Namun budaya dapat dibagi dalam berbagai bidang termasuk didalamnya seni yang dirawat hingga kini oleh daerah dan negara-negara dimana saja.
Pertanyaannya, apakah budaya dalam pengembangannya menggunakan strategi politik? Tentu saja demikian adanya, dan yang melakukan itu adalah mereka yang disebut budayawan. Mereka juga berpolitik yang terkonsentrasi pada budaya bukan bertujuan politik pada batasan kursi parlemen dan jabatan presiden serta jabatan menteri dan lainnya. Karena jika budayawan terseret kesana maka mereka sudah merubah profesinya sebagai politisi atau negarawan.
Para budayawan dalam politiknya tentu saja mereka akan terlihat lebih lembut dan tenang, karena mereka menyelami budaya yang merupakan karya atau hasil cipta dari manusia yang berpikir secara halus dan mendalam. Maka mereka tidak gampang terpengaruh dengan advokasi dan daya tarik outout dari kekusaaan politik pragmatis.
Politik Peradaban