Lalu bayangkanlah bahwa kepala anda sebesar buah kelapa dan masalah anda sebesar kios, lalu anda masukkan kios itu kedalam kepala anda, maka sudah pasti kepala anda pecah. Lalu bagaimana caranya? Masalah yang sebesar kios itu dipecahkan dan diatur elemen pentingnya barulah dimasukkan kedalam kepala yang sebesar kelapa tersebut. Maka untuk mencapai keilmuan dan produktifitas yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat, seharusnya orientasi dan konsentrasi pada bidang-bidang kehidupan. Jika sudah memilih politik maka berkonsentrasilah untuk kepala kita diisi dengan politik atau jika kita pilih dagang maka managelah isi otak kita dengan dagang tersebut hingga detailnya.
Politik Ngaur
Tidak yakin dengan pemikitan ini? Maka lihatlah bagaimana fenomena masyarakat kita dalam politik dan pemerintahan. Ada seseorang artis yang populer dan dipandang mapan serta banyak uangnya dengan gaya hidup yang berkecukupan. Lalu dielu oleh masyarakat melalui media, misalnya karena memperlakukan pembantunya secara bijak, kemudian para pimpinan partai politikpun menyahutnya secara gegap gempita.Â
Kemudian seniman itu mulai terseret dan berorientasi dalam politik dan birokrasi, akibatnya adalah profesinya mulai pudar, seharusnya ia bisa melahirkan ratusan hiburan dalam setiap tahun tapi kondisi itu justru telah melemahkan hasil-hasil produksinya, karena ia sudah menjadi politisi atau negarawan kagetan.
Kemudian ketika ada seseorang yang populer dan membuat sikap anti langsung menjadi viral, padahal sikap itu normal aja sebagai seseorang yang lebih melihat hidup dalam kebebasan individu. Termasuk sikap artis Nikita Mirzani pada acara penyambutan Habib Riziq yang menurut penulis normal-normal saja dengan profesi dan cara pikirnya dan seharusnya ada evaluasi tentang fenomena sosial politik tersebut. Untuk apa? Supaya orang lain yang berpikir sebagaimana artis itu tidak menjadikan fenomena itu sebagai lelucon.
Lalu, kenapa para petinggi politik juga merapat dalam isu keramaian massa, tentu saja yang namanya politisi dan mengetahui kondisi sosial pasti dianggap tidak berbakat oleh masyarakat bila tidak merapat pada issu yang dianggap populer oleh masyarakat  awam.Â
Di negeri kita sedikit saja kita menemukan tokoh yang secara langsung menyatakan sikap dengan konsep pemikiran yang jelas tentang pelanggaran konstitusi negara dilakukan oleh pemerintah. Kajian dan pernyataan para tokoh yang mengedepankan nilai-nilai intelektual justru tidak ampuh untuk membangkitkan gerakan politik.Â
Tetapi masyarakat hanya terpengaruh dalam pandangannya terhadap seseorang yang dianggap bermentalitas adil dan mampu menjadi pemimpin dan belum terlibat dalam politik secara langsung. Padahal semua itu masih kamuplase dalam perspektif strategi pembangunan rakyat sebagaimana tujuan keberadaan negara dan konstitusinya. Menurut penulis bahkan itu sikap politik yang konyol dan jauh dari nilai profesional dalam politik. Jika mereka ingin berpolitik, maka jelaskan sikap untuk mendeklarasikan partai politik sebagai alat perjuangannya. Sikap tokoh yang tidak berpolitik secara langsung itu yang sekarang, ibarat ahli internet tetapi webpun dia tidak punya. Kondisi itu yang membuat tujuan dan sikapnya sebagai banci dalam kehidupan bermasyarakat.
Lalu, apa pandangan anda tentang demokrasi di negeri ini? Jawabnya adalah bahwa demokrasi di negeri ini masih pada tahapan mencari pemimpin yang adil. Sementara kualitas demokrasi tahapannya adalah untuk mencapai hidup rakyat mandiri atau kebebasan, agar tidak dibelenggu dalam kebebasan berpikir dan bersikap dalam politik. Jadi netizen itu tidak lagi dipengaruhi dengan isu-isu bodoh dalam politik yang memberi harapan palsu. Kemudian negara akan terurus sebagaimana harapan terbaik bagi kehidupan masyarakat.
Bagaimana Orang Dipersatukan?
Tentu mempersatukan orang banyak setidaknya ada dua faktor yang utama,