Lalu apa yang disebut ketegasan? Disiplin, konsisten dan bersikap atas kehendak bersama. Sehingga lebih memenuhi aspirasi banyak pihak dan mencerminkan harapan banyak orang. Partai akan sulit dijadikan alat kepentingan pribadi para pihak dalam berpolitik.Â
Seharusnya Rakyat Memilih
Dari kedua uraian diatas antara partai politik yang dipimpin secara otoriter dan dipimpin secara demokratis dapat mengilustrasikan profil masyarakat Indonesia dalam politik.
Jika partai politik otoriter masih besar maka pemahaman demokrasi pada masyarakat tergolong masih lemah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memahami tentang hak-hak politiknya sendiri.Â
Berikutnya ada indikasi bahwa masyarakat belum merasa berdampak dalam pengambilan keputusan partai politik terhadap hidupnya. Masyarakat cenderung menjadi penonton suka atau tidak suka dengan batasan kompetisi politik di negerinya sendiri. Akibat kelamaan sebagai penonton maka karakter masyarakatpun terbentuk sebatas pendukung yakni sebagai si kalah dan si menang.
Lalu, kehidupan sehari-hari akan diwarnai dengan klaim pendukung yang memecah belah masyarakat, sebagaimana yang terjadi beberapa waktu lalu hingga saat ini antara cebong dan kampret. Berikutnya sentimen inilah yang menjadi modal sosial dalam pembangunan rakyat yang pada akhirnya pertarungan hidup hanya mengenal klaim baik dan buruk, sementara kreatifitas dan produktifitas serta pemikiran untuk membangun bangsa terhambat atas opini si baik dan si buruk.
Dalam pertimbangan mendasar rakyat memilih partai politik maka semestinya dapat bersikap untuk memilih partai politik yang bagaimana demi membangun masa depan dirinya agar dihargai oleh negara secara terhormat sebagaimana sebutan terhormat kepada wakil rakyat di parlemen.
Setidaknya dalam evaluasi sederhana sikap rakyat terhadap partai politik dimasa transisi dari alam otoriter ke alam demokratis dapat dinilai berubah, indikatornya setengah jumlah rakyat Indonesia dalam tiga kali pemilu terakhir sejak pemilu tahun 1999.
Namun perubahan ini belum mencerminkan perubahan dalam politik meski sebatas dukungan moral kepada para pihak yang pro perubahan dalam politik Indonesia. Lalu, apakah ada harapan untuk perubahan atau jangan-jangan kita sebagai rakyat Indonesia belum paham bagaimana partai politik rakyat yang sebenarnya.
Lalu, kalau anda tanya partai apa yang harus dipilih? Jawabnya tentu saja setelah cerdas memilih kedua katagori jenis partai tersebut. Jika belum bisa melewati ujian pada pilihan ini maka kemungkinan rakyat akan sulit memilih partai politik, jika pun selama ini melakukan pilihan tentu mereka berada dalam faktor  sentimen dan emosional melihat baik dan buruk partai politik berdasarkan issu sosial dan jauh dari sikap politik rakyat yang sesungguhnya.
Sekian
*****