Nah,,,kalau saya mengatakan bahwa bagaimana rakyat Aceh secara rata-rata maka pemimpin Aceh adalah indikator atau cerminan rakyatnya.
Apabila anda menyaksikan dunia politik kita baik dalam pemilihan ketua partai, pemilihan kepala daerah, pemilihan DPR diwarnai oleh Uang maka sudah pasti yang dipilih itu juga 100 persen orang korup. Jika pemimpin pelawak maka sebagian besar masyarakat itu menganggap masa depannya juga sebatas candaan.
Maka seharusnya ketika rakyat ingin memilih pemimpinnya mereka seharusnya mempertimbangkan pandangan pihak yang memahami melihat rakyat secara keseluruhan. Ketika pemimpin anda orang yang layak memimpin maka nilai dan marwah masyarakat juga akan terangkat dan anda akan dihargai dimata siapapun.
Politik Adu Uang
Mungkin akan aneh bagi anda yang belajar dan memahami dunia politik yang normatif ketika menyebut politik adu uang. Tapi dinegeri kita hal ini justru menjadi  normatif dan biasa saja. Padahal hal inilah yang telah mendegradasi politik kita ke jurang yang bobrok.
Kenapa?
Karena seharusnya politik itu, diwarnai dengan ukuran kemampuan atau kapasitas dan kualitas ilmu politik pemimpin dan warga. Jika ada pemilihan rakyat maka yang menjadi indikator adalah kecerdasan intelektual. Ketika seseorang mendapat pengakuan dalam hati sebahagian besar orang maka dialah yang seharusnya menjadi standar pemimpin.
Kenapa karena secara kapasitas, kualitas, kecerdasan ia akan paham bagaimana seharusnya masyarakat melepaskan kebuntuan dalam pembangunannya. Faktor-faktor lain itu seperti jujur, amanah dan lain-lain yang standarnya normatif sering tidak mampu diukur menjadi syarat setelah prioritas kemampuan otaknya.
Kalau kita melanggar hukum ini tentu kita juga dengan sendirinya kita telah menafikan pentingnya ilmu di dunia ini, sementara agama mengajarkan kita untuk menuntut ilmu dalam wahyu yang diturunkan kepada nabi kita.
Logikanya ketika kita tidak mengedepankan ilmu maka kita juga telah menghadapkan Tuhan dengan segala problema duniawi. Padahal orang yang berilmu juga memiliki tuhan sebagaimana diri kita rakyat.
Jika kita menafikan ilmu dalam kepemimpinan dan politik dan mengedepankan uang itu tidak berbeda juga dengan kita mendegradasikan kepemimpinan dan kita rakyat hanya mencari Tuan.