Oleh : Tarmidinsyah
Tentu saja tidak tepat untuk menyalahkan demokrasi secara keseluruhan, menurut penulis ini sebagai propaganda murahan atas Omong Kosong (Talk Nonsense) Bangsa Israel untuk kebiadabannya.
Yang penting mereka buktikan adalah prilaku rata-rata kualitas pertempuran dalam perang yang bisa menunjukkan mereka bangsa beradab bukan sebaliknya dengan tidak mempedulikan keselamatan masyarakat sipil terutama anak-anak dan perempuan.
Itu sebagai tolak ukurnya, bukan justru mengklaim bahwa tindakan mereka atas nama demokrasi. Padahal prilaku mereka secara total dapat disebut sebagai penjahat demokrasi.
Demokrasi, sebagai sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan pada rakyat, memiliki ruang lebih yang bisa diterjemahkan secara bijak untuk kebaikan bersama oleh para pihak seperti :
 * Keadilan: Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi.
 * Kebebasan: Terdapat kebebasan berekspresi, berorganisasi, dan beragama.
 * Akuntabilitas: Pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat.
Namun, seperti sistem manapun, demokrasi juga rentan disalahgunakan.
Ketika kelompok politik memanfaatkan celah dalam sistem untuk kepentingan pribadi atau kelompok, yang perlu dipertanyakan adalah:
 * Kelemahan sistem: Apakah ada aturan atau mekanisme pengawasan yang perlu diperbaiki?
 * Perilaku individu: Apakah tindakan individu atau kelompok tersebut melanggar hukum atau etika?
 * Kesadaran masyarakat:
Apakah masyarakat cukup kritis dan partisipatif dalam mengawasi pemerintahan?
Solusi yang lebih tepat adalah:
* Penguatan demokrasi: Melalui pendidikan politik, partisipasi aktif warga, dan perbaikan sistem hukum.
 * Pengawasan ketat: Baik dari lembaga negara maupun masyarakat sipil.
 * Sanksi tegas: Bagi siapapun yang melanggar hukum atau menyalahgunakan kekuasaan.
Intinya, bukan demokrasi yang salah, melainkan cara kita menjalankan demokrasi.
Mari kita bahas lebih mendalam mengenai Klaim Israel yang berperang atas nama demokrasi seringkali menjadi perdebatan sengit di ranah internasional.
Ada beberapa poin penting yang perlu kita perhatikan:
 * Definisi Demokrasi yang Berbeda: Setiap negara memiliki interpretasi yang berbeda mengenai demokrasi.
Israel seringkali mengklaim tindakannya sebagai bentuk pertahanan diri dan menjaga keberadaan negara Yahudi.
Namun, banyak pihak yang berpendapat bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan Israel justru bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi universal seperti keadilan, kesetangan, dan hak asasi manusia.
Konteks Sejarah dan Politik
Konflik Israel-Palestina memiliki akar sejarah yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai kepentingan politik.
Tindakan kekerasan yang terjadi seringkali dipicu oleh berbagai faktor, termasuk pendudukan, diskriminasi, dan ketidakadilan.
Dalam konteks ini, penggunaan istilah "demokrasi" oleh Israel seringkali dianggap sebagai upaya justifikasi tindakan militernya.
Standar Ganda Internasional
Respons internasional terhadap konflik Israel-Palestina seringkali dianggap tidak konsisten.Â
Kebenaran dan keadilan seringkali menjadi korban kepentingan politik negara-negara besar.
Hal ini menyebabkan banyak pihak mempertanyakan kredibilitas klaim Israel yang berjuang atas nama demokrasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita renungkan:
Pertama, Apakah demokrasi hanya milik satu kelompok tertentu? Atau apakah demokrasi adalah nilai universal yang harus dihormati oleh semua pihak dengan tanpa memperhatikan kualifikasi objek yang menafikan benar dan salah.
Kedua, Bagaimana kita bisa membedakan antara tindakan yang dilakukan atas nama demokrasi dan tindakan yang hanya sekadar kedok untuk kepentingan politik?
Ketiga, Apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong perdamaian dan keadilan di wilayah konflik Israel-Palestina?
Keempat, bukankah lebih tepat kita sebagai bangsa dan negara merdeka meminta PBB untuk menerapkan demokrasi secara benar dengan mengadili pelaku berprilaku sebagai penjahat perang. Daripada kita menanggapi bangsa yang menyerang dengan demokrasi.Â
Menurut penulis hal ini sebagai keterjebakan pihak lain dalam permainan opini menyesatkan negara Israel, apalagi anda sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas Islam. Tentunya harus paham betul bahwa klaim mereka karena demokrasi sama dengan mensahkan kebrutalan mereka, yang juga sebagai perang brutal terhadap demokrasi itu sendiri.
Pola Propaganda Untuk Menyesatkan Ideology
Kelompok politik yang mengklaim tindakan kekerasannya demi demokrasi maupun kelompok dalam Islam yang mengklaim tindakan tidak senonohnya demi kepentingan agama, keduanya menggunakan justifikasi ideologis untuk membenarkan tindakan yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang mereka klaim perjuangkan.
Pola Propaganda Untuk Menyesatkan Ideology
 * Penyalahgunaan Ideologi: Keduanya menggunakan ideologi (demokrasi atau Islam) sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, tanpa mempertimbangkan konsekuensi tindakan mereka terhadap nilai-nilai inti dari ideologi tersebut.
 * Relativisme Moral: Mereka cenderung merelativisasi nilai-nilai moral yang universal demi kepentingan kelompok atau tujuan yang mereka yakini benar. Tindakan kekerasan atau tidak senonoh dianggap sebagai "jalan yang benar" jika dilakukan demi tujuan yang lebih besar.
 * Propaganda dan Manipulasi: Keduanya menggunakan propaganda dan manipulasi untuk membenarkan tindakan mereka di mata publik. Mereka akan berusaha menciptakan narasi yang menguntungkan mereka dan menjustifikasi tindakan mereka sebagai tindakan yang heroik atau suci.
 * Mengabaikan Korban: Keduanya cenderung mengabaikan penderitaan korban dari tindakan mereka. Mereka akan berusaha meminimalkan atau bahkan menjustifikasi kekerasan yang mereka lakukan terhadap kelompok lain.
Kesimpulan Antara
 * Tidak semua tindakan yang dilakukan atas nama agama atau ideologi tertentu adalah salah. Banyak orang yang melakukan tindakan kebaikan dan kemanusiaan atas nama agama atau ideologi mereka.
 * Setiap kasus memiliki konteks yang berbeda. Penting untuk menganalisis setiap kasus secara individual dan tidak melakukan generalisasi.
Kesimpulannya, baik kelompok politik yang mengklaim tindakan kekerasannya demi demokrasi maupun kelompok dalam Islam yang mengklaim tindakan tidak senonohnya demi kepentingan agama, keduanya adalah contoh Kejahatan ideologi.
Tindakan kekerasan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.
Kesimpulan Inti
 * Kritis terhadap setiap klaim yang diajukan. Jangan mudah terpengaruh oleh propaganda dan manipulasi.
 * Memperhatikan tindakan nyata seseorang atau kelompok, bukan hanya kata-kata mereka.
 * Menganut nilai-nilai kemanusiaan universal. Keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia harus menjadi prinsip dasar dalam bertindak.
gram#
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H