Mari evaluasi pikiran anda tentang harapan pada presiden sebelumnya yang pernah terpilih. Lalu evaluasi dengan harapan anda dan janji pembangunan oleh presiden terakhir.
Berikutnya mari kita tinjau kehidupan anda yang jauh dari kesejahteraan dan janji politik presiden dan seluruh calon eksekutif dan anggota legislatif, semua kontestan tidak ada yang menjanjikan kehidupan masyarakat yang mundur kebelakang. Pastinyan seluruh calon dalam pemilu dan orang politik yang ingin mendapat kursi semua mereka menjanjikan harapan perbaikan hidup kepada masyarakat.
Lalu, apakah janji mereka semua terpenuhi atau semua mereka hanya mengingkari dan melupakan ucapan saat berkampanye?
Kesimpulannya, jika semua legislatif dan eksekutif yang pernah dipilih rakyat menepati janjinya, tentu rakyat di negara ini sudah lebih dari sejahtera atau bisa disebut sudah makmur.
Lantas, apa yang menjadi catatan di pikiran anda?
Pertama, Bahwa seluruh calon hanya ingin mendapatkan jabatan terus mendapat fasilitas dan gaji untuk kepentingan dirinya dan keluarganya, bahkan tidak juga untuk teman dan kelompok politiknya.
Kedua, Bahwa anda cukup memahami dan bersabar supaya tidak terbawa dengan pikiran negatif maka anda tidak ingin mengatakan secara vulgar tentang peran mereka yang anda anggap sebagai pecundang, karena mungkin saja anda bisa memanfaatkan peluang terhadap potensi keberadaan mereka.
Ketiga, Karena rata-rata mereka yang pernah menjadi calon adalah pecundang, maka kemudian mereka juga tidak mungkin melakukan janji-janji yang kebalikan dari tujuan yang bernama kampanye politik. Tidak mungkin mereka mengajak rakyat untuk mengkampanyekan agar tidak memilihnya yang justru akan terlihat aneh. Misalnya ada calon presiden mengatakan bahwa dirinya tidak baik dan tidak pinter maka jangan memilih dirinya. Hal ini akan melawan kecenderungan politik secara umum.
Keempat, Anda akan mendapatkan mereka juga dengan janji yang lebay (berlebihan) maka ada adagium materi kampanye yang berbunyi : Saya akan membangun jembatan pada sungai di wilayah kita, kalau tidak ada sungai kita bangun sungai-sungai sekalian.
Pertanyaannya, apakah janji kampanye tersebut tidak masuk akal?
Jawabannya adalah kalau anda paham ilmu politik kemungkinan anda memakluminya, akibat kebiasaan dalam politik kita.
Sebaliknya kalau masyarakat buta politik maka janji itupun menjadi harapan yang ditunggu-tunggu sepanjang hidup pemilih tersebut.
Nah, apakah pemilih bersangkutan tidak akan memilih lagi calon legislatif atau eksekutif yang menjanjikan tersebut?
Tunggu dulu, mungkin saja orang yang terpilih dimaksud pada masa kampanye selanjutnya memprioritaskan pemilih tersebut misalnya dengan memberikannya fasilitas atau uang yang sangat  dibutuhkan. Kemudian ketika nyaris semua pemegang jabatan juga berlaku sama tentu bahkan ada yang korupsi pemilih tersebut berujar bahwa masih lumayan sifulan minimal dia mendatanginya atau mengirim uang kepadanya ketika keadaan mendesak.
Nah, apa pemilih bersangkutan tidak memilih orang politik tersebut?
Akhirnya strategi yang baku di siapkan oleh politisi karena memahami benar kondisi sosial pemilihnya dan pemilih melakukan hal yang sama secara berulang apalagi sudah mengenal orang dipilihnya.
Kesimpulannya, para politisi selamanya melakukan hal tersebut para pemilih juga sama akan menjalani prilaku sebagai pemilih yang sama tabiatnya.
Pertanyaannya, apakah kehidupan sosial dalam politik akan mudah diubah?
Pasti rumit bukan? Kecuali;
Pertama, Jika pemilih atau rakyat cepat menyadarinya atau tajam pikirannya dalam mengevaluasi setiap permasalahan yang timbul dalam politik.
Kedua, Jika tingkat kesejahteraan pemilih atau rakyat meningkat drastis dimana mereka melewati kebutuhan primernya dan rakyat berada secara rata-rata pada tahapan kebutuhan sekundernya.
Ketiga, Jika pendidikan politik pada partai politik berjalan normal, tidak hanya mengajarkan kerangka partai politik semata. Perangkat partai politik itu perangkat paling keras dalam politik.
Bila tiga syarat ini terpenuhi kemungkinan perubahan dapat berjalan dan menjadi kecenderungan sosial karena kebutuhan semua orang.
Jika tiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka semua urusan politik berjalan sebagaimana adanya pada pemikiran masyarakat. Tentu saja politik permainan uang  (money game politic).
Maka status quo sosial akan bertahan lama dan akan disebut stabil.
Kenapa?
Tentu saja karena mereka yang berpolitik tidak paham dan sebaliknya rakyat juga tidak mengerti terhadap indikator apa mereka memilihnya selain terjerumus dalam money game.
Karena itu penjajahan semakin lama bertahan, bisa saja selamanya atau sampai negara ini bangkrut dan bubar.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H