Jawabannya adalah kalau anda paham ilmu politik kemungkinan anda memakluminya, akibat kebiasaan dalam politik kita.
Sebaliknya kalau masyarakat buta politik maka janji itupun menjadi harapan yang ditunggu-tunggu sepanjang hidup pemilih tersebut.
Nah, apakah pemilih bersangkutan tidak akan memilih lagi calon legislatif atau eksekutif yang menjanjikan tersebut?
Tunggu dulu, mungkin saja orang yang terpilih dimaksud pada masa kampanye selanjutnya memprioritaskan pemilih tersebut misalnya dengan memberikannya fasilitas atau uang yang sangat  dibutuhkan. Kemudian ketika nyaris semua pemegang jabatan juga berlaku sama tentu bahkan ada yang korupsi pemilih tersebut berujar bahwa masih lumayan sifulan minimal dia mendatanginya atau mengirim uang kepadanya ketika keadaan mendesak.
Nah, apa pemilih bersangkutan tidak memilih orang politik tersebut?
Akhirnya strategi yang baku di siapkan oleh politisi karena memahami benar kondisi sosial pemilihnya dan pemilih melakukan hal yang sama secara berulang apalagi sudah mengenal orang dipilihnya.
Kesimpulannya, para politisi selamanya melakukan hal tersebut para pemilih juga sama akan menjalani prilaku sebagai pemilih yang sama tabiatnya.
Pertanyaannya, apakah kehidupan sosial dalam politik akan mudah diubah?
Pasti rumit bukan? Kecuali;
Pertama, Jika pemilih atau rakyat cepat menyadarinya atau tajam pikirannya dalam mengevaluasi setiap permasalahan yang timbul dalam politik.
Kedua, Jika tingkat kesejahteraan pemilih atau rakyat meningkat drastis dimana mereka melewati kebutuhan primernya dan rakyat berada secara rata-rata pada tahapan kebutuhan sekundernya.