Yang pertama otoriter dan yang kedua demokratis, bila keduanya penganut sistem demokratis maka baru dibutuhkan kajian lebih dalam setahap lagi yakni siapa yang pemilik kepemimpinan sistem yang demokratis dengan manajemen yang lebih teratur kemudian siapa yang memiliki kepemimpinan sosial yang lebih baik.
Tidak sulitkan? Dalam kepemimpinan Republik Indonesia masih dapat ditemukan secara sederhana kualifikasi calon pemimpin. Maka rakyat tidak terlalu rumit menentukan pemimpinnya. Justru aneh kalau mereka salah memilih.
Kenapa demikian?
Karena terilustrasi bahwa rakyat Indonesia tergolong tidak menggubris kepemimpinan politik dan bernegara bahkan tergolong rakyat tak peduli.
Karena itu jalan keluarnya maka lebih berguna kompetisi calon presiden dengan adu jotos aja daripada presiden yang terpilih karena ahli tipu atau ahli propaganda. Karena rakyat hanya menjadi korban atau objek pemerasan oleh pemimpin negaranya.
Maka jadilah rakyat Indonesia korban politik selamanya, apa bedanya dengan terjajah? Sama sajakan?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H