Sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan diluncurkan oleh Kementrian Pendidikan Indonesia.Â
Nadim Makarim selaku nahkoda Kementrian pendidikan kabinet Indonesia Maju, meluncurkan sebuah kurikulum baru "Merdeka" sebagai kurikulum pengganti dari "Prototipe"(Kurikulum darurat).
Konsep kurikulum ini menekankan bahwa siswa harus bisa mendalami apa yang menjadi minat dan bakatnya. Berkaitan dengan minat dan bakat anak, Nadiem juga mengatakan , bahwasanya bakat anak itu berbeda -beda, maka tolak ukurnya pun berbeda.
"Jika dalam satu keluarga ada dua anak yang memiliki minat dan bakat yang berbeda maka tolak ukur yang dipakai untuk menilai juga berbeda," ujar Nadiem Makarim saat meresmikan kurikulum merdeka.
Sosok yang kerap disapa "Mas Mentri tersebut menjelaskan kurikulum ini sudah diujicobakan di berbagai sekolah. "Kurikulum Merdeka ini sudah teruji dan telah diujicobakan di 2.500 sekolah penggerak," jelas Nadiem saat peluncurannya.
Kendati demikian, menteri 37 tahun tersebut tidak serta merta mewajibkan seluruh sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum ini secara serentak.Â
Sekolah diberikan tiga opsi kurikulum: kurikulum 2013, kurikulum prototipe(darurat), dan kurikulum Merdeka bagi sekolah-sekolah yang telah siap.
Merujuk kepada statement-statemen dan apa yang menjadi landasan berpikir dari Mas Mentri Nadim, Ingatan penulis melayang pada  sebuah buku yang berjudul "Teach Like FindLand", Sebuah buku International Best Seller.Â
Buku tersebut membuat penulis beropini bahwa kurikulum Merdeka Belajar sedikit banyaknya mengadaptasi kurikulum belajar ala Finlandia tersebut. Atau setidaknya mengambil referensi-referensi yang berasal dari kurikulum Finlandia.
Jika benar Finland adalah "kiblat" dari merdeka belajar, maka buku teach like finland ini bisa menjadi salah satu referensi untuk guru-guru yang akan mengajar dalam kurikulum Merdeka.
Teach Like Finland menceritakan bagaimana pengalaman seorang guru sekolah dasar Finlandia asal Amerika bernama Timothy D. Walker.Â
Semula Timothy adalah seorang guru sekolah dasar di Alington Masachusetts yang sangat bersemangat dan berdedikasi. Ia meyakini bahwa ia akan mampu dan mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru.Â
Namun, kenyataannya menjadi berbeda. Ia merasakan beban yang begitu berat, dengan segudang tanggung jawab. baik yang sifatnya administratif maupun non administratif. Beban tersebut berdampak terhadap kondisi kesehatannya.
Sang Istri yang bernama Johanah merasa khawatir terhadap apa yang menimpa suaminya. Wanita asal Finlandia tersebut beranggapan bahwa sang suami terlalu memforsir diri terhadap tugas mengajarnya.Â
Kemudian ia menceritakan pengalamannya beberapa bulan selama menjadi guru pengganti di Finlandia. Memang selepas lulus SMA Johanah pernah menjadi guru pengganti.
Timothy menganggap Cerita-cerita Johanah sebuah kekeliruan.
Ia tidak bisa mempercayai, ketika istrinya bercerita tentang beban mengajar seorang guru sekolah dasar di Helsinki hanya 6 Jam dan itu sudah termasuk 1 jam atau dua jam untuk persiapan.
Atau cerita istrinya yang lain, bahwa di sekolah Finlandia ada waktu istirahat 15 menit dalam setiap 1 jam. Dimana para guru menghabiskan waktu istirahat itu untuk minum kopi dan bercengkrama dengan sesama rekan guru.
Kalaupun istrinya menyampaikan fakta, ia meyakini bahwa sang guru adalah guru yang tidak bertanggung jawab.
Setelah tiga tahun yang berat mengajar di Amerika Timothy memutuskan untuk pindah ke negeri asal istrinya, Finlandia. Tahun pertama mengajar ia menemukan gambaran yang sama persis dengan yang diungkapkan oleh istrinya.Â
Beban mengajar guru yang begitu ringan, jam istirahat yang bertebaran disetiap 1 jam. Membuat dirinya merasa aneh.Â
Mengapa, negara nordic kecil ini berhasil menduduki peringkat pertama dalam PISA (Programme for International Student Assesment/Program Penilaian siswa Internasional)?
Buku Ini mengulas beberapa poin atau catatan-catatan penting dalam pembelajaran kurikulum Ala Finlandia berdasarkan pengalaman penulis.
Kurikulum Finlandia menekankan bahwa kegembiraan dalam kegiatan belajar dan mengajar adalah hal yang paling utama. Kita dapat menemukan pengalaman-pengalaman menarik serta kegiatan belajar mengajar yang begitu "merdeka" baik bagi guru maupun siswa.
Ada Lima hal yang menurut penulis buku Teach Like Finland penting dalam pendidikan di Finlandia. Lima hal itu disebut sebagai bahan kegembiraan dalam belajar mengajar.Â
Empat bahan kegembiraan merupakan kutipan dari Raj Raghunathan seorang professor dari Universitas Texas. Yaitu Rasa memiliki (Keterlibatan), Kemandirian, penguasaan dan pola pikir. Sedangkan satu bahan lagi diajukan oleh penulis yakni kesejahteraan (Kedamaian).
lima bahan itu dielaborasi menjadi 33 strategi untuk mencapai kebahagiaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tentu saja apa yang telah dicapai oleh kurikulum Finlandia adalah proses yang panjang. Kerjasama semua pihak baik pemerintah dan masyarakat mewujudkan sekolah yang bisa memberikan kebahagiaan dalam belajar dan mengajar.Â
Sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasi minat dan bakat anak. Serta instrumen pembelajaran dan penilaian yang bisa mengakomodir semua kebutuhan dalam rangka menumbuhkan keahlian atau keterampilan siswa.Â
Patut kita tunggu apakah 'Merdeka' dapat menjadi kurikulum yang tepat untuk siswa kita. Bukan hanya menjadi beban administratif baru untuk guru.
Oleh : Tapa Shidiq Pamungkas,S.Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H