Mohon tunggu...
Herdiyana Setiawan
Herdiyana Setiawan Mohon Tunggu... Pekerja Biasa, yang punya sampingan pekerjaan sebagai Desaigner Kartu Undangan, banner dll. -

Pekerja Biasa yang punya hobi Desaign & Cetak Kartu Undangan Perkawinan, Banner, Kartu Nama dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Pertamaku serta Solusi yang Ditempuh saat Kesulitan Bayar Cicilan KPR

21 September 2017   18:41 Diperbarui: 21 September 2017   19:01 5721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Percontohan Cidura (dok.marketing)

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dari rumahlah bermula aktivitas manusia. Dalam perspektif Islam dikenal konsep baity jannaty, "rumahku surgaku".  

Bagi yang belom punya rumah sendiri, pastinya udah tahu deh rasanya, gimana hidup ngontrak. Setiap habis masa kontrakan atau harus pindahan rumah itu, rasanya melelahkan dan tidak nyaman deh. Barang banyak yang rusak saat pindahan. Belum selesai adaptasi di lingkungan baru, sudah harus pindah lagi, adaptasi lagi, Beuh... Belum selesai beres-beres barang bekas pindahan, sudah harus beres-beres barang lagi untuk pindah ke kontrakan lainnya. Capek deh..

Apalagi saat-saat  kemudian keluargaku hidup numpang, duh gimana deh rasanya, sungkan nih ngrepotin nenek sama saudara-saudara yang baik hati.

Berangkat dari latar belakang tersebut, Ketidaknyamanan tersebut sangat berbekas di pikiran. Tekadku saat itu pengen cepat mandiri, begitu bisa mandiri, maka hal pertama yang harus kubeli adalah rumah. Biar ibu dan adikku merasakan nikmatnya tinggal di rumah hunian sendiri tanpa rasa sungkan dan tidak merepotkan siapapun.

Rumah Percontohan Cidura (dok.marketing)
Rumah Percontohan Cidura (dok.marketing)
Masa muda adalah masa yang sangat menyenangkan, apalagi saat sudah memiliki penghasilan sendiri untuk dinikmati, namun di lain sisi, saya khawatir bila tidak dialokasikan untuk rumah, uang saya habis tak karuan, maklumlah lajang pengennya jalan-jalan mulu sambil bergaya dikit. Jadi itulah yang membuat saya berkomitmen kepada diri sendiri untuk memiliki rumah.

Awal tahun 2014, setelah sekian tahun bekerja dan punya sedikit tabungan, akhirnya saya bulatkan untuk mencari rumah hunian buat keluarga. Berhubung gak punya cash ratusan juta rupiah dan bukan anggota DPR, maka membeli rumah, kredit pemilikan rumah atau KPR merupakan solusi yang paling ideal bagi buruh pekerja biasa seperti saya.

Tinggal siapin uang muka atau DP, impian memiliki rumah sendiri pun bisa terwujud. Sisanya, bisa cicil harga rumah setiap bulan sampai lunas deh.

Pengennya sih beli rumah itu lokasinya tidak jauh dari tempat bekerja, pusat kota dan dekat tempat sekolah adik-adikku, serta harganya terjangkau. Namun realitanya, rumah dekat dengan pusat kota harganya tidak terjangkau untuk kantong pekerja biasa seperti saya.

Kenyataan lainnya, harga properti terus menanjak tanpa bisa direm. Sehingga saat mengumpulkan uang untuk membeli rumah, hunian yang diincar harganya terus naik. Sakit deh...heu..heu..heu

Akhirnya saya berpikir realistis untuk membeli rumah. Bahwa rumah-rumah berharga terjangkau berada di lokasi yang tidak dekat dengan pusat kota. Yang penting pokoknya punya rumah. Titik gak pake koma.

Dapat KPR: Resonansi dari niat dan doa. Thanks god

Di tengah keinginan yang sangat kuat itu, mungkin ada Resonansi dari niat, keinginan serta dibantu doa yang kuat. Singkat ceritanyo... tiba-tiba aku ditawari perumahan KPR daerah Ciwidey dekat terminal lama, Tenjolaya, Kabupaten Bandung. dekat dengan tempat wisata di Bandung Selatan. Kebetulan teman tante adalah marketingnya. Kalau sekarang sih harganya kisaran Rp 200 jutaan dengan promo uang muka Rp 20 juta dan DP 5 juta dua ratusan.

Dari uang seadanya di tabungan, disertai dorongan restu doa dari ibu dan nenekku yang baik hati, saya nekat mengambil rumah tanpa berlama-lama menabung. Saya ingin sebelum usia 30 tahun dan menikah sudah memiliki rumah.

Aku tidak khawatir karena untuk uang muka karena biasanya boleh dicicil hingga beberapa kali, umumnya sih 6 kali perbulan atau tergantung dari kesepakatan dengan pihak pengembang.

Tertarik dengan tawaran itu, saya pun langsung survey ke lokasi. Kesan pertama, awal-awal rada seram juga sih lihat lokasinya, namun saya langsung suka karena rumah tersebut sudah jadi alias sudah ada dan ready stock dan tinggal menghuni, lingkungannya hijau, bebas banjir, jalan lebar euy, banyak hantu jadi security aman deh. Minimalis deh...

Maaf HP kameranya jelek, saat renovasi kusen jendela dan pintu, blom dicat (dok.Pri)
Maaf HP kameranya jelek, saat renovasi kusen jendela dan pintu, blom dicat (dok.Pri)
Kemudian fisik bangunannya menurut saya lumayanlah, ntar ada sedikit pekerjaan rumah buat akhir pekan. Rumah sudah siap ditempati tinggal dibenahi sana-sini agar layak dihuni. Maklum namanya KPR udah pada taukkan.. mesti ada Renovasi dikit-dikit hehehe..

Setelah mengajukan KPR ke bank yang ditunjuk, akhirnya proposal KPR saya disetujui oleh pihak bank. kemudian saya melaksanakan akad perjanjian kredit KPR.

Oh iya, yang membuat saya sreg karena rumah ini sertifikatnya sudah SHM, dan diasuransikan. Loh, kok asuransi? Jadi gini. Ternyata Bank menerapkan kewajiban perlindungan asuransi buat nasabah yang mengakses layanan kreditnya, termasuk KPR.

Asuransi tersebut antara lain kebakaran dan jiwa. Dengan demikian, rumah bakal terlindungi dari risiko kebakaran. Sedangkan cicilan rumah aman ketika nasabah meninggal saat KPR belum lunas. Hal ini diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 35 /DPNP tanggal 23 Desember 2010.

So, jikalau terjadi kenapa-kenapa dengan diriku sebagai nasabah, dipanggil Yang MahaKaya tiba-tiba, maka rumah akan tetap menjadi milik ahli waris,  jadi tidak akan jadi beban keluargaku tersayang. Heu...

Bank Menerapkan Kewajiban Asuransi bagi nasabah (ilustrasi gambar)
Bank Menerapkan Kewajiban Asuransi bagi nasabah (ilustrasi gambar)
Singkat cerita, aku kasih duit tanda jadi (booking fee) ke marketingnya. Kucicil DP-nya dan kuambil KPR-nya selama 15 tahun. Adapun lokasinya, dekat dengan Jalan Raya Pasir Jambu. Dan untuk ke terminal lama hanya membutuhkan waktu kisaran 7 menitan pakai motor.

Jarak tempuhnya sekitar satu jam dengan situasi jalan lancar dan macet-lecet lumayanlah. Jika kena macet di Sayati, jarak tempuhnya bisa 1 jam 30 menit.

Jika tidak dipaksakan untuk membeli rumah, maka tak akan terbeli sampai kapan pun. Ada niat, ada jalan. Ada kemauan pasti ada peluang. Ada nasi pasti ada lauknya. Hal itulah yang  menguatkan bathin saya untuk mengambil rumah.

Akhirnya saya harus mengangsur sebagian pendapatan untuk KPR selama 15 tahun ke depan, sekarang sih nilai tanahnya udah merambat naik.

Dengan demikian, saya tak dapat lagi berleha-leha menghamburkan uang. Secara tidak langsung lewat KPR ini juga saya dituntut untuk lebih giat bekerja dan lebih cerdas mengatur financial.

Mengalami masalah financial,

Pernah baru-baru ini saya mengalami kesulitan keuangan, karena tiba-tiba ada suatu keadaan darurat, sehingga dana dialokasikan dulu ke hal lain yang urgent untuk keluarga, 2 bulan belum terbayarkan, sempat panik sih saat dapat surat peringatan, karena takut di cap merah dan takut kehilangan rumah,  akhirnya saya dengan berani malu nekat, datangi pihak bank untuk menjelaskan alasan kesulitan keuangan yang dihadapi, disitu saya bicarakan permasalahannya, dan meminta solusinya, akhirnya mereka memberi keringanan dengan membuat pembaharuan. Lewat Rescheduling dan Restructuring, jadwal cicilan KPR akan diatur kembali sesuai dengan hitungan petugas bank dan kemampuan bayar saya.

Alhamdulilah, petugas banknya baik banget, kok. Ternyata asalkan mau datang bernegosiasi, pasti akan disambut dengan tangan terbuka. Thanks God.

Namun dokumen semua harus disiapkan kembali seperti dari awal, mulai dari materai 6 ribuan 2 buah, slip gaji, KTP, KK, isi lembaran, dan lain-lain, akhirnya yang kudu 3 bulan bayar, saya dibolehkan untuk bayar 1 bulan, bulan berikutnya normal seperti biasa. Itulah pengalaman pertama kali saya mengenal istilah rescheduling, reconditioning dan restructuring dari pihak bank.

Tiga pilihan yang bisa ditempuh saat Kesulitan bayar cicilan KPR

Berikut ini langkah-langkah yang bisa ditempuh ketika kesulitan bayar cicilan KPR:

1. Rescheduling

Penjadwalan ulang pembayaran KPR bisa menjadi opsi yang ditawarkan pihak bank maupun kita sendiri. Lewat rescheduling, jadwal cicilan KPR akan diatur kembali sesuai dengan hitungan petugas bank dan kemampuan bayar kita.

Penjadwalan itu mencakup perpanjangan periode kredit (tenor) dan masa tenggang pembayaran cicilan (grace periode). Selama masa tenggang ini, kita dibolehkan menunda pembayaran cicilan tanpa terkena denda atau penalti.

2. Reconditioning

Dalam penetapan syarat ulang ini, tidak hanya jadwal pembayaran yang bisa ditata kembali. Suku bunga bisa diatur lagi. Contohnya dari floating menjadi fixed untuk beberapa bulan, lalu floating lagi. Keringanan bunga juga bisa diberlakukan lewat reconditioning.

Waktu petugas bank menjelaskan ini pikiran saya malah ingat ke kata REBONDING &, REVITALISASI melulu, entahlah mugkin waktu itu sedikit banyak saya rada banyak pikiran. Heueheu....

3. Restructuring

Bila penjadwalan ulang dan penetapan syarat ulang tidak cukup membantu. Yang bisa ditata ulang antara lain besaran suku bunga serta tunggakan bunga dan pokok kredit. Misalnya, suku bunga dari 10 persen diturunkan jadi 9 persen. Tunggakan bunga mungkin bisa dihapus, sehingga tersisa pokoknya saja.

Selain tiga pilihan di atas, bisa juga mengkombinasikan semuanya. Tinggal nanti bagaimana negosiasi dengan pihak bank. Yang pasti, bank akan menilai kemampuan bayar kita lagi sebelum memberikan keringanan.

Jika kita dinilai bakal susah bayar cicilan terus-menerus, permohonan keringanan kemungkinan besar bakal ditolak. Pada saat itu, mungkin cara terbaik yang ditempuh adalah menjual rumah sendiri sebelum disita bank alias over kredit.

Harapannya, bisa mendapatkan selisih dari harga penjualan rumah. Apalagi kalau kredit sudah berlangsung lama, lebih dari 3 sampai 5 tahun. Harga rumah jelas sudah naik dibandingkan saat pertama kali beli.

ilustrasi betapa pentingnya rumah
ilustrasi betapa pentingnya rumah
Memiliki rumah pasti merupakan dambaan setiap orang, apalagi rumah sendiri, dibeli sendiri dengan usaha sendiri pula, pasti bangga dong. Gak perlu pakek nunggu warisan segala. Pun demikian. Aku ingin memiliki rumah idaman untuk keluarga kami karena itu memang perlu kenekatan. Untungnya ada KPR sebagai solusi.

Saya berharap ke depan impian saya punya rumah kedua dan ketiga, sehingga suatu saat bisa jadi juragan kontrakan.  heuheuheu....,

So, Maybank..., bisakah engkau bantu wujudkan keinginan saya untuk rumah kedua, next time. Heuheuheu...

Dan mungkin bener kata orang, tempat tinggal itu kaya jodoh. Ada yang gampang banget dapat jodoh, ada yang sulit sampai butuh perjuangan. Dan mudah-mudahan rekan pembaca semua digampangkan jodohnya, so mari perbaiki diri kita supaya dapat jodoh yang baik. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun