"Gapapa kok, lagian kan ini cuma sebulan sekali. Bapak dan Ibuk lebih sering mendengar kita mengaji saat subuh dan maghrib. Ga hanya satu yang mengaji, tapi banyak."
"Iya juga ya."
Begitulah, pada akhirnya kami terbiasa dengan hal ini. Bapak dan Ibuk juga baik sekali. Mereka memiliki kebun yang setiap kali panen, mereka selalu membagikannya dengan semua anak kos. Hingga semalam, ada ibadah di rumah mereka dan mengundang kami, anak-anak kos untuk makan seusai tamu undangan pulang.
Sampailah pada satu keputusan di mana kami meng-iya-kan permintaan Ibuk, mengundang makan di rumah. Di sana tersedia nasi, ayam, telur, sayur, dan buah-buahan. Kami pun makan bersama. Kami ada bertujuh dan semuanya memakai jilbab. Beberapa tamu Ibuk belum pulang dan masih mengobrol. Ku lihat petugas catering yang sibuk menyiapkan makanan.
"Gapapa kok dek InsyaAllah."
Aku meyakinkan adik kos yang dari wajahnya sudah dapat kubaca raut kecemasan.
"Kenapa dek?" sedikit berbisik aku bertanya kepadanya yang dari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Ga kemakan sama aku Mbak" (Maksudnya dia ndak bisa makan karena masih ragu)
"Yaudah ke atas aja, disalin aja nasinya"
Dia pun ke atas untuk menyalin (membuang) makanan yang ada di piring. Tidak berapa lama, ia kembali ke bawah membawa piring dengan kondisi makanan yang sudah ludes.
Selesai makan, kami mengumpulkan piring menjadi satu. Dua orang temanku membawa ke belakang dan mencucinya. Sementara yang lain masih duduk sambil minum air putih dan memakan buah. Setelah selesai, kami pun pamit dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibuk kos. Beberapa dari kami membawa buah salak dan pisang yang tersisa.