"Nis, kau mau ke mana?"
"Mau kajian Din."
"Ikut Nis."
"Ayoklah, aku sholat Isya dulu ya."
"Oke, aku siap-siap ya."
Sementara Nisa sholat Isya, aku buru-buru meletakkan buku yang baru setengah aku baca, ingin sekali untuk melahapnya hingga larut malam, tapi kajian malam ini nampaknya lebih menggoda. Aku jarang ikut kajian seperti ini. Padahal Yogyakarta pusatnya ilmu, di mana anak-anak muda semangat mendatangi majelis-majelis ilmu. Masjid di kota ini juga sangat hidup dengan kajian Islam. Memakmurkan dan dimakmurkan masjid menjadi jargon salah satu Masjid.
"Hati-hati ya."
"Yuhu, Rin."
"Cantik kali kau Din."
"Udah syar'i belum Rin, wkwk?"
"Udah kok."
Sengaja aku pakai pakaian dan jilbab yang lebih dalem dari biasanya. Aku memang masih dalam proses belajar, belum memakai pakaian yang longgar dan dalam, tapi aku selalu berdoa semoga Allah istiqomahkan hati ini. Karena hidayah itu kita yang jemput, jelas-jelas Allah sudah kasih hidayah itu lewat Al Quran. Jelas-jelas perkataan Allah ada di setiap rumah kita. Doakan ya :"
Cukup jauh kami menelusuri trotoar. Jalanan malam itu ramai sekali. Sesampai di sana sudah tersedia angkringan (makanan di dalam gerobak khas kota Jogja). Kami dipersilahkan mengambil sesuka hati lengkap dengan minuman yang pada malam itu saya memilih wedang jahe.
Setelah acara dibuka dengan basmallah dan mukadimah, mc menyilahkan ustadz Zamil Firdaus, lulusan Al Azhar University untuk memberikan materi mengenai akidah, ibadah, dan akhlak. Berikut saya rangkum materi beliau, semoga dapat diambil manfaatnya.
Jadi, dalam Islam ada tiga pilar penting yakni akidah, ibadah, dan akhlak, di mana antar ketiganya sangat berhubungan. Jika diibaratkan sebuah pohon, maka akidah merupakan akarnya, sedangkan ibadah dan akhlak merupakan ranting dan mahkotanya.
Akidah merupakan ikatan kepercayaan yang sifatnya mengikat. Artinya ada pertanggungjawaban terhadap apa yang diyakini. Dalam hal ini jika akidah kita adalah Allah, maka berarti berhubungan dengan segala tentang Allah, segala tindakan yang diridhoi Allah. Jika akidah kita baik, maka baik pula akhlak kita, begitu juga sebaliknya.
Lalu bagaimana akidah kita saat ini? Jawab dalam hati saja karena manusia tidak bisa mengukur akidah seseorang. Seperti gunung es, ia tidak tampak, jauh sekali dari permukaan laut.
Kalau kita merasa akidah kita masih lemah lalu gimana? Maka perkuatlah dengan;
1. Ma'rifatullah (Mengenal Allah)
Bagaimana bisa kita tidak mengenal Allah sedangkan Allah sudah memperkenalkan dirinya dengan ciptaan-ciptaan-Nya. Allah perkenalkan diri-Nya melalui ayat pertama dalam kitab terakhir yang diturunkan-Nya. Bismillahirrohmanirrohiim...(Al Fatihah :1)
2. Rububiyah (Kesadaran bahwa Allah satu-satunya Sang Pencipta)
Manusia juga bisa menciptakan kok, menciptakan mobil, pesawat, dan semua benda-benda yang ada. Eh siapa bilang? Manusia itu hanya bisa merubah bentuk, dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Tapi Allah membuat tiada menjadi ada. Pakaian yang kita pakai, meskipun dikerjakan oleh manusia, tapi Allah tumbuhkan pohon kapas. Pohon tersebut tidak akan tumbuh tanpa sinar matahari, tanpa air yang turun dari langit. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
3. Uluhiyah (Menyembah satu-satunya Allah)
"Iyyaka na'budu wa iyyakan nasta'in" (QS Al Fatihah:5)
Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.
Hanya Allah yang patut kita sembah.
Allah yang menguasai hari pembalasan. (Maliki yaumiddin)
Hari di mana segala amalan kita dihisab. Dalam hal ini kita harus menghitung amal kita. Artinya ketika berbuat sesuatu, kita harus tahu tindakan itu mengarahkan kita masuk ke syurga atau malah neraka.
Dalam ayat tersebut, kata Din tidak dimaknai sebagai agama, tetapi pembalasan atau hisab. Karena ada banyak makna dalam kata "Din". Salah satunya adalah ketaatan. Karena tujuan manusia diciptakan adalah untuk taat kepada Allah.
Mengapa Allah ciptakan manusia padahal ada malaikat yang super taat kepada Allah?
Karena manusia taatnya spesial. Jika dianalogikan, ada seorang sipir penjara yang mempunyai tahanan A dan B. Sipir tersebut akan bepergian selama sepuluh tahun dan berpesan kepada tahanannya untuk tetap di penjara selama ia pergi. Tahanan B diberikan amanah untuk memegang kunci penjara. Sekembalinya sipir tersebut, ternyata keduanya masih berada di tempat dan tidak kabur dari penjara. Lalu tahanan yang mana yang seseungguhnya taat?
Tahanan B yang benar-benar taat, karena meskipun ia diberi kunci yang artinya ia bisa saja membebaskan diri kapanpun, ia tidak melakukannya karena ia mematuhi perintah sipir. Begitu juga dengan manusia.
Mari kita ukur lagi akidah kita. Jika masih lemah, kita perkuat dengan lebih mengenal Allah, menyadari bahwa Allah yang menciptakan kita, dan menyembah satu-satu-Nya Allah.
Wallahu a'lam bishawab..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H