Perjalanan Agama Katolik Di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Keberadaan agama Katolik di Nusantara (NTT) ini tidak terlepas dari kehadiran bangsa Portugis. Yang menariknya bahwa kehadiran bangsa Portugis di Nusantara ini membawa dua misi, mencari rempah dan sekaligus membawa misi penyebaran agama Katolik. Nusa Tenggara Timur yang kala itu di kenal dengan sebutan Sunda kecil bersama Bali dan NTB juga tidak luput dari perhatian bangsa barat (Portugis).
Lahirnya Iman Katolik di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak terlepas dari kehadiran para Misionaris Portugis di Kepulauan Maluku, tepatnya tahun 1534.
Seiring berjalannya waktu, Sunda kecil juga tidak luput dari perhatian bangsa Portugis. Kapal-kapal Portugis yang datang ke NTT sering disertai misionaris, seperti Ordo Fransiscan dan Dominican. Angin segar itu lahir dimana tahun 1561, Uskup Malaka mengirim empat misionaris Dominikan untuk menyebarkan agama Katolik ke Flores, NTT. Namun di tahun 1556 Pater Antonio de Tavaeiro sudah mulai penyebaran iman Katolik di Larantuka. Larantuka merupakan Kerajaan Katolik pertama di Nusantara yang berdiri sejak abad 13.
Sumber lain menyebut, bahwa antara tahun 1555-1603 misionaris Portugis mendarat di Solor, Flores Timur. Di Pulau Solor ini bangsa barat ini membangun benteng yang disebut "Port Henricus XVII". Benteng inilah yang belakangan menjadi cikal bakal misi Katolik Portugis di Flores dan sekitarnya dan boleh jadi pulau Solor rupanya menjadi tempat pertama penyebaran agama Katolik di bumi Flobamora. Berkat kegigihan P.Ten Brink,SJ dan bantuan raja Larantuka ini, 454 orang Solor memberi diri di baptis.termasuk raja Solor yang dilakukan oleh seorang saudagar sebagai karya misionaris pertama.
Kemudian keberhasilan misi penyebaran agama Katolik berkembang tidak hanya sebatas di pulau Solor saja akan tetapi kemudian berlanjut ke Larantuka dan wilayah-wilayah sekitarnya seperti Tonggo, Sikka, Paga, Ende, Adonara, Lamakera bahkan ke daratan Timor.
Dari Larantuka para Misionaris mengadakan perjalanan ke Pulau Timor dan mendarat di Oekusi (Timor Leste) tepatnya di Lifau. Kita sepakat bahwa di Oekusi-Lifau ini menjadi tempat perdana penyebaran agama Katolik di Pulau Timor ini, tepatnya Agustus 1515. Di Lifau ini ada sebuah monument berdiri kokoh di pinggir pantai sebagai pertanda lahirnya iman Katolik pertama di pulau Timor.
Kehadiran misionaris di tanah Timor membawa angin segar bagi tumbuhnya benih iman Katolik di pulau Timor ini, dimana tahun 1556, 5000 orang Timor dibaptis oleh Pastor Antonio Taveira, OP di Jenilu, Atapupu, Pantai Utara Pulau Timor. Inilah awal mula hidupnya Gereja Katolik di Pulau Timor. Sumber lain menyebut bahwa di tahun 1587 tercatat seorang pastor bertugas di Mena, Timor. Pastor tersebut berhasil mempermandikan putera raja Mena dan mengirimnya untuk belajar di Malaka.
Benih  iman yang di taburkan oleh para Misionaris barat ini mulai menghasilkan buah seperti tertulis diatas mendapat perhatian lebih dari YM.Uskup Malaka. Pada tahun 1561 dikirim tiga orang misionaris yaitu Peter Simao Das Chagas, Peter Antonio da Cruz dan bruder Alexio dikirim ke Pulau Solor.
Untuk di ketahui bahwa pulau Solor dijadikan pusat kegiatan misionaris di NTT sampai 1646. Untuk mendukung kegiatan misionaris di Solor maka untuk pertama kali didirikan sebuah seminari rendah dengan 50 orang siswa.
Para Misionaris terus menabur benih ke tempat-tempat lain di NTT, Tahun 1641 Peter Antonio Jacinto berlayar ke Pulau Rote, kemudian ke Batuputih dan Amarasi. Dalam kapal pesiar tersebut berhasil, seperti dikisahkan di atas bahwasannya para misionaris berhasil mempermandikan putra mahkota Raja Mena. Pelayaran dilanjutkan perjalanan ke Lifao, dan Amanuban. Pada tahun 1642 pergi ke Kupang dan mendirikan benteng di Kupang(Kampung Solor).
Strategi yang digunakan para Misionaris untuk menyebarkan agama Katolik adalah pendekatan dengan para tokoh kunci seperti para raja, bangsawan dan keluarganya. Ternyata strategi itu berhasil, dimana pada abad 17 hampir sebagian besar raja di pedalaman Pulau Timor dan keluarganya telah memeluk agama Katolik.
Bukan hanya di pedalaman P.Timor, di P.Flores strategi itu juga berhasil, sebut saja misalnya Larantuka ada seorang raja yakni; Raja Ola berhasil dipermandikan pada tahun 1645 dengan nama Don Konstantino dan raja Gustinyu da Gama Raja Sikka juga dipermandikan di tahun 1607.
Sampai abad ke-17 agama Katolik menyebar ke Pulau Flores bagian Tengah (Ende, Sikka) dan Flores Timur serta Pulau Timor. Pada tahun 1646 pusat kegiatan misionaris dipindahkan dari Solor ke Larantuka sampai 1702, kemudian dipindahkan dari Larantuka ke Lifao(Oekusi) sampai 1769.
Penyebaran iman Katolik tidak terbatas di Flores dan Timor namun para misionaris mencari lahan lain untuk menaburkan benih sabda itu. Lahan itu adalah Pulau Sandelwood. Dalam sebuah tulisan dikatakan antara tahun 1561-1572 para misionaris Dominikan membuka stasi Katolik dekat Melolo, Sumba Timur. Dikatakan bahwa kegiatan misionaris baru muncul kembali setelah 3 abad, sejak 21 April 1889 ketika Pater Bern Sweitz bersama Broder Busch datang dari Larantuka mendarat di Laura, Sumba Barat dan berhasil dipermandikan 610 anak di Laura.
Disebutkan di tahun 1898 para misionaris meninggalkan pulau Sumba dan semenjak 1898-1921 umat di Sumba tanpa adanya pelayanan.
SMPK Sta.Theresia Kupang
4 November 2024
Tanus Korbaffo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H