Setelah vakum selama satu tahun lebih, barulah pada 1949, datang seorang Katolik bernama Mathias Magung, dan melanjutkan penyebaran ajaran Katolik di Belo. Mathias Magung mengajarkan ajaran Katolik kepada beberapa umat perdana saat itu, seperti kepada Marthinus Toasu dan istrinya Elisabet Toasu Hoenbalan, kepada Nikodemus Takene dan istrinya Ester Bilaut, kepada Benyamin Toasu dan istrinya Anaci Patnaj, kepada Katarina Ibu dan suaminya Petrus Bilaut, dan kepada Korinus Tuan (pemuda).
Upaya pengajaran ajaran iman Katolik ini dilakukan Mathias Magung. Sampai dengan tahun 1950. Hasilnya beberapa keluarga di Bello pun menjadi orang Katolik Perdana di Bello.
Pada tahun 1950, bapak Samuel Bekon Saijuna, kembali lagi ke kampung halamannya di Bello Kota Kupang bersama istri yakni Mama Ma'a dan seorang putra mereka bernama Sete Bekon. Kemungkinan saat ini Samuel Bekon Saijuna, telah pensiun dari tugas pekerjaannya sebagai tentara KNIL.
Saat itu Agama Katolik mulai dikenal warga, maka dibangun sebuah bangunan sederhana dan rewot di atas tanah milik Marthinus Toasu, sebagai kapela kecil untuk tempat ibadat. Ukuran bangunan kapela kecil Cuma kurang lebih 4x6 meter persegi, beratap daun gebang, berdinding bambu dan lantai tanah. Saat ini, di lokasi bekas kapela perdana itu telah menjadi bangunan rumah bapak Stefanus Toasu.
Samuel Bekon Saijuna dan istrinya Mama Ma'a pun kembali aktif melanjutkan karya mereka mengajarkan iman agama Katolik. Samuel Bekon Saijuna, dan istri secara bergantian mengajarkan agama Katolik kepada umat dibantu oleh seorang bernama Kornelis Kase dan seorang pemuda saat itu Bernama Korinus Tuan.
Kegiatan pengajaran agama Katolik oleh mama Maria Martha atau Mama Ma'a berlangsung hingga tahun 1955. Pada saat itu umat sesekali dikunjungi oleh Pater Iku, SVD dari Gereja Katedral Kristus Raja Kupang, bersama seorang Guru Agama Katolik bernama Matias Magung, yang sempat melanjutkan pengajaran saat pengajaran vakum akibat Mama Ma'a dan suaminya kembali ke Pulau Jawa .
Kemudian pada tahun 1955 ini, datang seorang pastor bernama Pater Vefer, SVD dari Gereja Katetral Kupang. Pater Vefer, SVD datang di suatu hari Minggu lalu memberi pelayanan misa bagi umat setempat. Beberapa tahun kemudian, kira-kira tahun 1956 sampai 1960 datang. Seorang pastor Bernama Pastor Andreas Matutina dan memberi pelayanan misa hari minggu datang bagi umat Bello.
Selanjutnya pada tahun 1960 datang lagi Pater Piet Manehat, SVD, lalu Pater Iku,SVD dan Herman Kaiser, SVD secara bergantian untuk melayani umat. Umat pun membangun kapela baru di lokasi tanah milik bapak Nikodemus Takene.
Masih di tahun 1960, seorang guru agama Katolik dari Gereja Katedral Kristus Raja Kupang bernama Mathias Magung datang lagi dan mendata semua umat untuk di permandikan dan sambut baru. Dan saat itu, umat Katolik sudah mulai berkembang menjadi kurang lebih 11 KK.
Saat itu, ukuran Kapela baru yang dibangun umat sudah sedikit lebih besar yakni menjadi 6X12m2, dengan atap seng dan dinding bebak, meski masih dengan lantai tanah. Ibadat setiap hari minggu dipimpin oleh seorang imam Katolik Bernama Pater Kornelis.
Jumlah umat Katolik pun terus bertambah seiring bergantinya paroki dari awalnya Paroki Katetral Kristus Radja Kupang, menjadi bagian dari Paroki Santo Yosep Naikoten, lalu berganti lagi menjadi bagian dari Paroki Santa Familia Sikumana, hingga kini menjadi Stasi Santo Agustinus Bello yang berada di bawah wilayah Paroki Santo Fransiskus Asisi Kolhua Kota Kupang.