Deretan alasan pembenar membuat aku semakin keras kepala mendapatkan elang itu.
Alhasil, ujung-ujungnya duit! Orang itu minta dibayar, ya sudah....ambil!
Perjanjiannya adalah aku akan merawatnya sampai dia cukup kuat untuk kembali ke habitatnya. Membebaskannya terbang tinggi di langit tnll....(padahal aku sendiri tidak yakin dengan statement yang terakhir itu...apa bener neh, aku akan rela bila saatnya nanti?).
EGP, yang penting sekarang bebas dulu...
Aku dengan riang membebaskan elang kecil itu dari tali rafia dikakinya, membawanya pulang.
Untuk aku, kumiliki sendiri - walaupun cuma beberapa saat....hehehee....
akhirnya...aku "punya" elang sulawesi sendiri....
Raka, Anak Baik dan Tidak Bandel
Aku tidak pernah memelihara ayam, kakaktua jambul kuning itu dulu juga tak sampai sehari udah terbang...ya karena emang ikatannya kami lepas...setelah dia terbang, baru nangis-nangis...
Nah, sekarang aku kudu merawat elang sulawesi.
Bila sampai elang ini koit ditanganku...waahhh...alamat perang dunia ketiga akan dimulai!
Sewaktu berkeras membawanya pulang, tak terlintas di kepalaku bagaimana mengurusnya.
Kemaren itu, pokoknya bebas saja dulu dari tali rafia itu!
Nah...sekarang gimana?
Bantuan kemudian datang dari seorang kawan yang bergabung dengan para penjaga unggas
(Bird Life)...hahahaaa...Namanya Piton ...nama yang cukup garang untuk para unggas ;-))
(Piss, bro...)
Menurutnya, Raka masih sangat muda, bahkan mungkin masih bayi, belum bisa terbang, bahkan untuk makan pun masih butuh pertolongan induknya....Woaaalllaaahhh, jadi gimana neh...cara memberinya makan?...begini katanya: daging ayam mati diiris kecil-kecil sekitar 2-3 cm, lalu disuapkan ke Raka.
Ada lagi masalah dengan kotorannya yang berwarna putih, aku pikir itu juga yang membuatnya menjadi begitu lunglai (sok tau...). Benar, katanya. Itu namanya Berak Kapur (Pullorum), ada obatnya berbentuk tablet (aku lupa bagaimana caranya sampai obat itu ada di tanganku) yang jelas obat itu di larutkan ke dalam air minum Raka.
Begitulah, raka makan dengan cara disuapi disaat dia bertengger diatas pangkuanku dan rajin minum obat. Raka belum bisa terbang, dia senang melompat lompat dan bertengger di pohon depan kompleks kos kami. Kadang-kadang aku bawa ke kantor dan membiarkannya bertengger di pohon depan kantor. Sekali-kali kami berjalan-jalan naik motor – Raka bertengger di stir sambil terangguk angguk dan menatap tajam ke jalanan. Raka juga suka kubawa berjalan-jalan sekeliling kompleks. Dia bertengger di bahu atau lenganku, kadang-kadang sambil mematuk telingaku.
Raka tidak rewel. Bila bertengger di bahu atau lenganku, dia suka mematuk-matuk kepala dan telingaku. Hanya suara kucing dan suara sepeda motor yang meraung keterlaluan yang akan membuatnya panik. Bila panik, cakarnya akan mencengkeram lengan atau bahuku, bulu di lehernya akan mengembang, dan sayapnya di kembangkan...seolah-olah dia siap bertarung.