A. PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, termasuk dalam hal kuliner. Setiap daerah memiliki makanan tradisional yang mencerminkan identitas dan sejarahnya. Makanan tradisional ini tudak hanya memiliki ketampakan, citra rasa, dan aroma yang sangat dikenal dan disukai bahkan dirindukan oleh masyarakat setempat ,tetapi juga memiliki  nilai filosofis dan budaya yang mendalam sehingga makanan tradisional menjadi identitas kelompok masyarakat asal makanan dan dapat digunakan sebagai sarana pemersatu bangsa dan membangun rasa cinta tanah air (Harsana & Triwidyati, 2020). Namun, di tengah arus globalisasi dan modernisasi, keberadaan makanan tradisional menghadapi berbagai tantangan serius. Pola konsumsi masyarakat yang beralih ke makanan cepat saji, dominasi produk pangan impor, serta rendahnya apresiasi terhadap kuliner lokal menyebabkan eksistensi makanan tradisional semakin terpinggirkan.
Kesadaran dalam berbudaya sebagai pewaris budaya yang mencakup merawat, melindungi, dan mendalami makna peninggalan leluhurnya adalah bagian dari kesadaran berbangsa dan bernegara maka dari itu , kesadaran berbangsa menjadi hal yang sangat penting (Rosyid, 2020). Kesadaran ini mengajak setiap masyarakat untuk memahami dan menjaga warisan budaya kuliner sebagai bagian dari identitas bangsa. Selain itu, makanan tradisional perlu untuk dikembangkan dengan pendekatan modern agar tetap diminati oleh masyarakat. Pelestarian dan pengembangan makanan tradisional tidak hanya menjadi upaya mempertahankan budaya, tetapi juga berperan dalam memperkuat ketahanan pangan lokal dan meningkatkan perekonomian rakyat.
B. ISI
Makanan tradisional merupakan salah satu peran penting dalam menjaga identitas bangsa. Setiap hidangan mempunyai kisah dan nilai yang berkaitan erat dan menggambarkan kehidupan sosial masyarakatnya. Salah satu masakan Rendang khas dari Minangkabau yang bukan hanya sebuah masakan berbahan dasar daging yang berbumbu rempah rempah yang melimpah, tetapi juga merupakan representasi nilai-nilai budaya Minangkabau seperti solidaritas, gotong royong, dan penghormatan terhadap tradisi. Selain itu juga terdapat contoh lain berupa nasi tumpeng yang sering digunakan dalam acara syukuran sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa makanan tradisional bukan sekadar kebutuhan biologis, melainkan juga mencerminkan tradisi panjang dalam mengolah bahan-bahan alami menjadi hidangan yang bagian dari identitas budaya yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang (Angeline, dkk, 2021).
Namun, pelestarian makanan tradisional merupakan masalah yang tidak mudah. Makanan tradisional semakin terpinggirkan dikarenakan terdapat berbagai tantangan yang membuat. Makanan cepat saji menjadi lebih populer daripada makanan tradisional yang membutuhkan waktu lama untuk dimasak, karena perubahan gaya hidup masyarakat modern, terutama di kota-kota. Selain itu, resep makanan tradisional sering kali hanya ditransmisikan secara lisan dari generasi ke generasi. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya pengetahuan tentang cara memasak makanan tersebut seiring berjalannya waktu. Makanan tradisional juga sulit bersaing dengan produk pangan modern yang lebih praktis dan menarik karena kurangnya inovasi dalam penyajian dan pengemasan (Rusdi, dkk, 2024).
 Pemanfaatan Teknologi Pangan dengan melakukan pengembangan terhadap makanan tradisional bisa menjadi salah satu solusi di tengah tantangan tersebut. Teknologi pangan mempunyai peran penting dalam mempertahankan kualitas, meningkatkan daya tahan, dan memperluas jangkauan produk makanan tradisional guna pengembangan produk yang lebih baik. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah  Fermentasi, dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas dan keamanan makanan, mulai dari memperpanjang umur simpan, mengurangi volume, meningkatkan rasa, mempersingkat waktu memasak, meningkatkan ketersediaan gizi, dan dianggap sebagai makanan yang baik untuk kesehatan. Selama bertahun-tahun, proses fermentasi telah digunakan untuk membuat makanan tradisional seperti tempe, tape, dan oncom. Sekarang, dengan teknologi modern, produk fermentasi ini dapat dikembangkan menjadi makanan yang lebih sehat, efisien, dan bervariasi. Sejak dahulu, makanan fermentasi telah dikenal untuk pengawetan, meningkatkan cita rasa, dan menghasilkan produk baru. Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dari fermentasi dibandingkan dengan bahan bakunya, dalam berbagai hal, seperti nilai jual, pengawetan, nilai nutrisi, cita rasa, dan pengembangan produk baru (Fuadah & Hijriyani, 2022). Selain itu, pengawetan juga menjadi solusi untuk meningkatkan umur simpan makanan tradisional. Metode pengawetan seperti pengeringan, pengemasan vakum, dan pasteurisasi dapat menjaga cita rasa dan kualitas makanan tradisional sehingga lebih tahan lama dan meningkatkan potensi pasar yang lebih luas.
Selain teknologi pengolahan, modernisasi promosi dan penyajian sangat penting untuk menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda. Makanan tradisional dapat dikemas ulang dengan cara yang lebih menarik tetapi tetap mempertahankan keasliannya. Misalnya, klepon dapat dikemas dalam kemasan kontemporer dengan berbagai isian, seperti cokelat atau keju, sementara rendang dapat dikemas dalam kalengan atau pun kemasan vakum sehingga mempermudah penyajian dengan lebih efisien dan produk yang tahan lama. Promosi melalui media digital serta platform e-commerce memiliki peran yang besar dalam memperkenalkan makanan tradisional ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar internasional. Dengan cara ini, makanan tradisional tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman (Rohim & Rahman, 2024).
Pemerintah, masyarakat, dan generasi muda semuanya harus bekerja sama untuk melestarikan makanan tradisional. Kebijakan yang mendukung kemajuan kuliner tradisional harus dibuat secara strategis oleh pemerintah. Meningkatkan apresiasi terhadap kuliner Nusantara dapat dibantu oleh program pelatihan bagi pelaku UMKM kuliner, penelitian tentang pangan lokal, dan promosi makanan tradisional dalam acara nasional dan internasional. Masyarakat juga mempunyai tugas untuk mempromosikan konsumsi makanan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat harus menyadari bahwa memilih makanan lokal merupakan dukungan nyata terhadap keberlanjutan budaya dan ekonomi lokal selain sekadar pilihan konsumsi.
Generasi muda memegang peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan makanan tradisional. Sebagai pewaris budaya, generasi muda harus memiliki kebanggaan terhadap kuliner lokal dan berperan aktif dalam mempelajari serta mengembangkan inovasi berbasis makanan tradisional. Dengan kreativitas dan teknologi, generasi muda dapat menciptakan variasi produk makanan tradisional yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, tanpa menghilangkan keaslian cita rasanya.
C. KESIMPULAN
Makanan tradisional adalah bagian penting dari identitas budaya bangsa Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Di tengah tantangan globalisasi dan perubahan gaya hidup modern, kesadaran berbangsa menjadi kunci utama dalam menjaga dan mengembangkan makanan tradisional agar tetap hidup dan relevan. Melalui pemanfaatan teknologi pangan seperti fermentasi dan pengawetan, serta inovasi dalam penyajian dan promosi, makanan tradisional dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Upaya ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang merumuskan kebijakan strategis, masyarakat yang menjaga konsumsi lokal, hingga generasi muda yang menciptakan inovasi kreatif. Dengan kesadaran kolektif dan kolaborasi yang baik, makanan tradisional Nusantara tidak hanya akan bertahan, tetapi juga dapat menjadi kekuatan budaya dan ekonomi yang membanggakan di tingkat nasional maupun internasional.
Pelestarian makanan tradisional bukan sekadar upaya mempertahankan resep nenek moyang, tetapi juga langkah strategis dalam membangun ketahanan pangan, menjaga keberlanjutan sumber daya lokal, dan memperkuat jati diri bangsa Indonesia di tengah dinamika perubahan zaman.
REFRENSI :
Angeline,  Engelica,  E.,  &  Samosir,  D.  L.  (2021).  Makanan  Tradisional  Nasi  Lemak  Suku Melayu Sebagai Dayatarik Wisata Kuliner di Kota Batam. Jurnal ALTASIA, 3(2), 50--56
Fuadah, L., & Hijriyani, Y. S. (2022). Pengembangan pakan ternak melalui fermentasi sampah organik sebagai swadaya masyarakat pada sektor peternakan di desa Pulosari kecamatan Jambon Ponorogo. PERDIKAN (Journal of Community Engagement), 4(2), 58-72.
Harsana, M., & Triwidayati, M. (2020). Potensi makanan tradisional sebagai daya tarik wisata kuliner di DI Yogyakarta. Prosiding Pendidikan Teknik Boga Busana, 15(1).
Rusdi, M., Hamza, A., Nurjannah, N., & Akil, M. Y. (2024). Juku Tapa'sebagai Simbol Budaya: Peluang dan Tantangan dalam Promosi Kuliner Tradisional. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(5), 4679-4693.
Rohim, A., & Rahman, T. (2024). IMPLEMENTASI PEMASARAN SYARIAH BERBASIS DIGITAL DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM DI PASAR LOKAL (Studi Pelaku UMKM di Kabupaten Pamekasan). Jurnal Media Akademik (JMA), 2(10).
Rosyid, M. (2020). Makna Bubur Sura Dalam Tradisi Buka Luwur Makam Sunan Kudus Prespektif Budaya. Sosial Budaya, 17(1), 73-82.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H