Mohon tunggu...
Tantrini Andang
Tantrini Andang Mohon Tunggu... Penulis - penulis cerpen dan buku fiksi

menulis itu melepaskan hal-hal yang biasa menjadi luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selendang Ningratri

26 September 2020   13:23 Diperbarui: 26 September 2020   13:43 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sebenarnya apa hubungan kakek buyut dan Ningratri ini, Om? Sepertinya mereka punya kedekatan khusus," tanyaku penasaran. Om Seno tertawa lagi.

"Benar sekali dugaanmu. Ningratri adalah  kekasih kakek buyutmu. Sayang kisah cinta mereka tidak seindah yang mereka inginkan." Wajah  Om Seno kini  terlihat serius.

"Maksudnya gimana Om?" Aku makin penasaran.

"Terlalu banyak lelaki yang memuja penari ayu itu. Salah satunya adalah seorang bangsawan kaya raya yang telah banyak memberi bantuan pada ayah Ningratri. Kakek buyutmu hanya seniman miskin. Beliau tak ada apa-apanya dibanding bangsawan kaya itu."

"Kenapa Ningratri  bersedia?" tanyaku ikut merasa geram. Aku membayangkan betapa patah hatinya kakek buyutku ditinggal kekasihnya menikah dengan lelaki lain.

"Keadaan yang membuatnya begitu. Meskipun cinta Ningratri hanya untuk kakek buyutmu, namun ayah Ningratri tak mampu melunasi utang-utangnya pada lelaki bangsawan itu. Kamu bisa bayangkan bagaimana perasaan seorang anak jika ayahnya diancam akan dibunuh kalau tidak melunasi utang-utangnya? Ningratri tidak punya pilihan selain menerima pinangan lelaki bangsawan itu."

"Itu kah yang membuat kakek buyut memutuskan untuk tidak menikah selamanya?" tanyaku.  Om Seno mengangguk.

"Namun jangan salah. Meskipun tidak bisa meminang Ningratri, konon kakek buyutmu diam-diam sering mengadakan pertemuan dengan  kekasih hatinya itu lewat lukisan ini," ujar Om Seno lagi. Aku mengerutkan keningku.

"Maksud Om gimana?" Aku semakin penasaran. Om Seno menghela napas sebentar sebelum melanjutkan lagi ceritanya.

"Kakek buyutmu menjalani puasa yang sangat berat selama melukis lukisan ini. Lukisan ini dipoles berulang-ulang setiap hari sampai hampir enam bulan lamanya. Orang bilang kakek buyutmu itu  membuat semacam pintu bagi  jiwa Ningratri untuk hadir melalui lukisan ini. Namun tak ada yang tahu di bagian mana pintu itu dibuat. Yang jelas kakek buyutmu dan kekasihnya itu bisa saling bertemu setiap saat melalui lukisan ini.  Itulah sebabnya lukisan ini terlihat sangat hidup."

"Ah, bagaimana mungkin?" Tiba-tiba tengkukku merinding mendengar cerita itu. Membuat pintu untuk menghadirkan jiwa? Secara refleks mataku nyalang mencari-cari bagian mana kira-kira yang menjadi pintu  bagi jiwa Ningratri dalam lukisan itu. Mungkinkah di  bagian sudut atas lukisan, tepat pada bulan yang bersinar itu? Atau disembunyikan di antara kerumunan para penonton? Atau mungkin di bagian mata bening Ningratri yang selalu tampak berkilau itu?  Om Seno tertawa lagi melihat tingkahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun