Mohon tunggu...
Tantrini Andang
Tantrini Andang Mohon Tunggu... Penulis - penulis cerpen dan buku fiksi

menulis itu melepaskan hal-hal yang biasa menjadi luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pintu Nomor Sebelas

7 September 2020   09:19 Diperbarui: 26 September 2020   13:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mulutnya seakan ingin meneriakkan itu. Namun ia ingat Sonia. Ia tak akan rela membebani perempuan yang dicintainya itu dengan berbagai perkara.

Perasaannya bergolak hebat. Ia sangat mencintai perempuan itu. Bahkan ia tak pernah melupakannya sehari pun selama sepuluh tahun di dalam penjara. Mengapa hanya seperti ini akhirnya? Mengapa hanya penghinaan dan kekecewaan yang didapatnya?

"Pergi kamu! Ataua kulaporkan polisi agar kamu kenali ke penjara lagi?" Suami Sonia kembali mengancam.

Baskara menunduk lesu. Ia pun berbalik arah, melangkah gontai sambil membawa hati remuk berkeping-keping. Lelaki itu berusaha tegar untuk menahan perih dari luka di dadanya. 

Lelaki yang sedang hancur itu tak tahu, tak akan pernah tahu bahwa dari balik korden pintu rumah nomor sebelas itu, Sonia mendesiskan namanya dengan hati tak kalah terlukanya,

"Baskara, maafkan aku. Aku terpaksa berpura-pura melupakanmu meskipun sesungguhnya aku tak pernah mampu. Aku harus belajar untuk sungguh-sungguh melupakanmu. Aku tak mungkin menyakiti hati suamiku. 

Ia yang membuatku bangkit dari keterpurukanku. Ia juga yang telah mencintaiku dan mengikatku dalam sakramen suci. Kuharap kamu menemukan seseorang lain yang melebihi segalanya dariku. Biarlah kamu tetap tinggal dalam hatiku, namun tidak di hidupku."

Cerpen ini dimuat di Majalah Hidup no 33/ 16 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun