pribadi)
Seorang anak idealnya bisa melakukan hal-hal sesuai dengan kemampuannya. Ketika masih kecil dia harusnya bisa melakukan hal-hal sederhana dengan sesuai dengan tenaganya. Seseorang tidak selalu pada umur yang sama. Umurnya akan bertambah sesuai dengan perkembangannya. Jika masih bayi dia masih dilayani oleh orang tuanya seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dan lainnya. Dia tidak akan selalu seperti itu.
Semakin bertambah umurnya iya harus melakukan hal-hal itu sendiri. Orang tuanya tidak mungkin lagi melakukan itu untuknya. Seorang anak dituntut untuk mandiri minimal untuk keperluan dirinya sendiri. Namun itu tidak serta-merta bisa dilakukannya. Biasanya seseorang berproses dulu. Kemandirian pun seperti itu. Harus dilatih dan dibiasakan.
Saat kecil seorang anak tidak langsung bisa buang air ke toilet. Orang tua biasanya mengajarinya toilet training. Dalam proses ini mungkin tidak langsung berhasil tetapi melalui beberapa kegagalan, anak masih belum bisa sesuai dengan yang kita harapkan. Secara umum kemandirian dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar seseorang.
Orang tua perlu mengedukasi anak pentingnya kemandirian. Ketika menginginkan anak mandiri, orang tua juga harus memahamkan mengapa setiap orang perlu mandiri. Kapankah seorang anak diajari untuk mandiri? Kemandirian sangat penting dibentuk dan ditumbuhkan sejak dini.
Ketika usia 5 sampai 7 tahun diajarkan untuk mengurusi keperluan nya sendiri misalnya makan sendiri, menyiapkan baju sendiri, dan semisalnya. Tentu berproses. Mungkin tidak langsung semuanya dikerjakan oleh mereka. Anak mungkin hanya bisa setengah dari pekerjaan itu.
Kalau baru bisa sejauh itu ya tidak apa-apa. Ketika anak berumur 7 sampai 10 tahun diupayakan sudah tidur mandiri atau di kamar sendiri. Mereka perlu ditemukan keberanian tidur sendiri. Mungkin tidak langsung berhasil tetapi orang tua bisa menemani anak dulu sampai tertidur baru ditinggalkan. Seorang anak perlu juga ditumbuhkan kemandirian ekonomi. Lebih jelasnya anak perlu diajarkan mencari uang sendiri.
Mereka perlu diajarkan untuk berwirausaha atau menjadi entrepreneur. Mulai berjualan apa saja tidak harus langsung dalam skala besar. Misalnya menjual mainan, makanan, minuman dan lainnya. Mungkin tidak langsung mendapatkan untung atau mencukupi kebutuhannya sendiri tapi ketika sudah mendapatkan penghasilan walaupun seberapa jumlahnya itu sangat baik.
Dalam hal berwirausaha bukan jumlah keuntungan yang menjadi fokus kita tetapi semangat berwirausaha dan berproses itu yang perlu ditumbuhkan.Mereka mungkin bahkan mengalami kerugian. Tapi tidak apa-apa. Pelajaran dari berwirausaha itu sangat penting dari sekedar mendapatkan keuntungan. Pengalaman berwirausaha ini perlu sering dilakukan supaya mereka mendapatkan banyak lagi pengalaman.
Kalau sudah biasa mereka bisa mendapatkan strategi agar mendapatkan keuntungan. Kalau sudah banyak pengalaman mereka tidak canggung lagi ketika dewasa. Pengalaman itu menjadi bekal dalam hidup mereka. Beberapa waktu lalu ada postingan orang tua yang mengabarkan saat ini orang tua mahasiswa baru ada grup whatsapp-nya. Katanya untuk membantu mahasiswa baru kalau ada keperluan atau informasi.
Mungkin ada kaitannya dengan kemandirian mahasiswa. Padahal seusia mereka harusnya sudah bisa mandiri mengatur dan melakukan kebutuhan pribadinya. Mereka sudah menjadi seorang pemuda. Perbaiki kebutuhan harusnya dilakukan sendiri seperti memenuhi kebutuhan perkuliahan, membayar uang kuliah, menerima jadwal perkuliahan dan lainnya.
Banyak juga orang tua yang mendampingi anaknya mendaftar kuliah, mencari kos, atau memilih jurusan saat kuliah. Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, anggaplah generasi milenial atau gen Y, mereka jauh lebih mandiri dibanding generasi sekarang atau generasi Z. Termasuk saya pribadi dulu memilih jurusan, mendaftar kuliah, atau mencari kos banyak dilakukan sendiri.
Orang tua tidak terlalu banyak membantu karena dalam rangka menumbuhkan kemandirian. Ada bahaya kalau orang tua terlalu turun tangan membantu anaknya yaitu kurangnya kemandirian pada sang anak. Padahal orang tua perlu tega kepada anaknya. Biarlah anaknya merasakan perjuangan untuk mencapai kesuksesan.
Sebab hidup banyak sekali tantangan yang harus dilalui. Orang yang lemah, dalam hal kemandirian juga, akan sulit menghadapi kerasnya hidup, padahal kehidupan semakin keras tantangannya. Kalau bisa orang tua harus berkomitmen menumbuhkan kemandirian pada anak. Sebelum semuanya terlambat, sehingga anak menjadi generasi yang lemah menghadapi tantangan masa depan.
Mumpung belum terlambat, orang tua harus mendidik anaknya jadi mandiri. Meskipun untuk itu, orang tua harus tega, melihat anaknya merasakan perih dan pedih berjuang serta berusaha. Ingat pepatah, belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air. Sebelum terlambat, ayo serius mendampingi anak agar menjadi sosok yang mandiri. Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI