Mohon tunggu...
Tanti MegaSanjaya
Tanti MegaSanjaya Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ibu rumah tangga. Fokus dan serius mendidik dua anak. Penyuka pengembangan diri

Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang suka dengan tantangan dan pernak perniknya. Mendambakan kehidupan di dunia dan akhirat semakin baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bunda Berdaya Melalui Komunitas Berbudaya

20 Maret 2019   13:07 Diperbarui: 20 Maret 2019   13:19 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi memudahkan kita untuk berkomunikasi. Kita dapat berkomunikasi tanpa harus bertatap muka. Kehadiran media sosial seperti whatsapp, facebook, telegram, twitter, instagram, atau line menjadikan komunikasi menjadi sarana yang memudahkan dalam berinteraksi. Bukan hanya digunakan oleh kalangan remaja, pekerja, atau golongan tertentu tapi juga ibu rumah tangga banyak yang menggunakan media komunikasi tersebut.

Kemudahan berkomunikasi ini hendaknya dimanfaatkan betul oleh para bunda untuk kegiatan positif. Walaupun 'hanya' beraktivitas di rumah, banyak informasi yang didapat dan berbagai ilmu yang bisa dipelajari untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill) yang dapat meningkatkan peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Tidak hanya dari kegiatan secara online saja namun juga dengan temu langsung atau kopi darat (kopdar).

Salah satu komunitas tersebut adalah Institut Ibu Profesional (IIP). Komunitas yang didirikan oleh ibu Septi Peni Wulandari ini memulai komunitas online-nya pada tahun 2012. Berawal dari beberapa anggota ibu rumah tangga saja, namun di tahun 2019 telah ribuan anggotanya. Saat ini, keanggotaan IIP ada di berbagai daerah. Bukan hanya di  Indonesia tapi juga sampai di luar negeri.

Bunda Berdaya

Ibu rumah tangga seringkali diidentikkan hanya berputar pada urusan dapur, sumur, dan kasur. Meskipun pekerjaan rumah bunda sedemikian banyaknya seakan-akan tidak ada habisnya, beberapa bunda bahkan ada yang merasa kurang dihargai. Padahal sudah berjibaku bekerja keras menjalankan perannya di rumah. Meskipun, ada juga bunda yang merasakan kurang maksimal menjalankan tugasnya karena minim pengetahuan dan pengalaman.

Melalui komunitas IIP, para bunda dipahamkan bahwa sejatinya tugas dan peranan bunda sangat penting untuk keberlangsungan peradaban. Bunda merupakan salah satu kunci kesuksesan keluarga yang berimplikasi pada kesuksesan yang lebih luas lagi yaitu masyarakat bahkan negara. Irawati Istadi dalam bukunya Rumahku Tempat Belajarku mengatakan bahwa 80 % karakter anak dipengaruhi oleh kondisi keluarga.

Sukses di ranah domestik berarti seorang bunda mampu dan bangga  menjadi dirinya sendiri, menjadi ibu untuk anak-anak, menjadi istri bagi suami, dan menjadi manajer bagi keluarga. Komunitas ini berusaha mendorong para bunda untuk merasa berharga. Membantu mereka agar menemukan kebahagiaannya melalui kegiatan atau  sesuatu yang mereka suka dan mereka bisa. Para bunda harus meyakini bahwa bunda yang bahagia akan memberi dampak positif bagi sekitarnya terutama keluarga.

Bunda merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak. Sehingga seorang bunda harus mampu memberikan keteladanan, menjadi role mode bagi anak-anaknya. Seorang bunda harus bisa mendidik anak untuk menghasilkan generasi hebat yang beradab. Peran ini diejawantahkan dalam proses pendampingan anak dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan ini juga bergantung pada peran setiap anggota keluarga sehingga seorang bunda harus memastikan bahwa anggota keluarga lain harus terlibat. Bunda

Ketika urusan domestik sudah berjalan dengan maksimal, seorang bunda bisa dikatakan 'sudah selesai' dengan diri dan keluarganya. Selanjutnya, akan mudah bagi bunda untuk melibatkan diri dalam peran-peran di ranah publik seperti beraktivitas di organisasi wanita-kemasyarakatan. Termasuk turut aktif  mengikuti dan berkontribusi  dalam beragam kegiatan bermanfaat di pelbagai komunitas dengan penuh semangat dan hati yang bahagia.

Bunda Berbudaya

Untuk bertahan lama, sebuah komunitas harus dibangun dengan kesadaran dan kepedulian dari para anggotanya. Komunitas IIP terdiri dari para bunda dengan baragam latarbelakang dan profesi. Mereka memiliki tujuan sama yaitu menjadi para bunda yang sukses di dunia dan bahagia diakhirat. Komunitas IIP mengedepankan penerapan budaya positif untuk para anggotanya. 

Salah satunya adalah menjaga adab menuntut ilmu. Para bunda diminta membersihkan hati, membuka fikiran, dan menghormati guru agar setiap ilmu yang  diperoleh membawa keberkahan dalam kehidupan. Para bunda diharapkan selalu menjadi 'gelas kosong' dalam makna bahwa setiap bunda harus merasa 'kurang berilmu' sehingga memandang perlu untuk belajar. Hal ini dilakukan pada setiap kegiatan komunitas baik itu grup diskusi, rumah belajar, family gathering, seminar, atau workshop.

Selain itu, para bunda menjunjung tinggi budaya menghargai perbedaan pendapat, sikap sopan santun, dan legawa. Para bunda jangan terlalu baper atau terbawa perasaan. Tidak gampang tersinggung. Dengan mengembangkan sikap positif maka akan terbangun hubungan yang harmonis.

Di komunitas IIP kental dengan semangat kebersamaan. Tidak dikenal senior atau junior. Tidak ada yang merasa paling benar atau paling pintar. Walaupun anggota masih baru, namun jika ia memiliki ilmu atau keterampilan tertentu, maka ia akan didorong untuk berbagi kepada yang lain.

Beberapa kegiatan positif dilakukan komunitas IIP adalah pertama, pelatihan zero waste. Tidak dipungkiri bahwa sampah rumahtangga merupakan pemasok terbesar sampah yang selama ini meresahkan. Bunda dapat berkontribusi mengurangi sampah dengan cara mengurangi penggunaan plastik, dan beralih dengan menggunakan kantung belanja yang merupakan hasil karya mereka lewat pelatihan menjahit, memilah  sampah, dan mendaur ulang sampah. ada juga kegiatan mendaur ulang minyak jelantah menjadi pembersih lantai. 

Kedua, pelatihan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) sebagai ilmu mengatur rumah. Ringkas yaitu dibiasakan untuk memiliki barang yang benar-benar dibutuhkan dan tidak 'menimbun' barang yang tidak kita pakai. Kadang, ada baju yang sudah kekecilan tapi karena alasan sayang masih bagus akhirnya teronggok memenuhi lemari, padahal baju itu tidak dipakai. Akan lebih efektif jika diberikan kepada oranglain yang lebih membutuhkan. 

Rapi yaitu barang barang yg sudah disortir disusun diletakkan sesuai dengan tempatnya. Resik yaitu membuat jadwal dan ceklis untuk jadwal membersihkan. Rawat yaitu pola tindakan untuk mempertahankan Ringkas, Rapi dan resik. Rajin yaitu membentuk pola pikir untuk rutin dan disiplin. Semua pelatihan yang dilakukan membantu meningkatkan keterampilan dan kualitas diri anggotanya untuk menjalankan perannya sebagai bunda.

Tergabung dalam komunitas positif membuat para bunda dapat meningkatkan kualitas diri. Seorang bunda yang mampu mengelola rumah tangganya dengan baik dan beres dalam segala urusan di dalamnya, insyaallah akan lebih mudah untuk berdaya di masyarakat.

Oleh Tantri Mega Sanjaya, M.Pd. (Ibu Rumah Tangga, Anggota Institut Ibu Profesional Banten)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun