Mohon tunggu...
Tantra Ashari
Tantra Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan anak dan sejarah. Penulis yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca dan bermain dengan bocah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KAI Commuter: Merekam Jejak Kepahlawanan hingga Kisah Kemanusiaan

4 September 2023   16:36 Diperbarui: 4 September 2023   17:00 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lain waktu, saya bertemu ibu dengan dua orang anak. Satu yang besar agak pendiam, satunya aktif berceloteh riang. Si anak aktif ternyata keponakannya, yang baru pertama kali naik kereta. Pantas saja rautnya gembira tak terkira. “Selama ini cuma lihat dari jauh saja di perlintasan kereta,” tutur bibinya.

“Yang besar ini anak saya. Maunya tiap naik kereta pakai baju ini, dibelikan ayahnya,” ujarnya. Baju kuning bergambar bus lucu yang digemari anak-anak, tak secerah raut mukanya. “Nggak lama, ayahnya meninggal, Mbak.” Ah! Senyumku langsung memudar. Hatiku mencelos. Pantas saja ia begitu. Suasana kereta yang nyaman dan tenang memang melenakan untuk melihat rona lingkungan di luar jendela, atau itu sebuah pengalihan saja. Bocah itu sebenarnya sedang mengenang momen-momen bersama ayahnya. Commuter baginya tak sekedar alat berpindah. KAI Commuter adalah alat pembasuh rindu.

Mudik (Dokumentasi pribadi)
Mudik (Dokumentasi pribadi)

Agar tak salah arah (Dokumentasi pribadi)
Agar tak salah arah (Dokumentasi pribadi)
Penumpang KAI Commuter memang bervariasi. KAI Commuter mengantar penuntut ilmu dan pendulang nafkah yang berjubel di pagi dan sore hari. Di kala senggang, KAI Commuter tetap menjadi pilihan berbagai kalangan: pedagang yang kulak di pasar besar, orang-orang yang bertemu janji, atau keluarga yang hendak silaturahmi. 

Sebuah bukti bahwa saya sering kehabisan tiket menunjukkan KAI Commuter adalah moda pilihan. Ular besi tak bisa ugal, tak ada kemacetan, menawarkan kenyamanan dan keamanan daripada berjibaku dengan asap kotor di jalanan. Lebih dari itu, KAI Commuter menawarkan berbagai kisah-kisah kemanusiaan yang mengasah empati, yang tidak didapat dari kereta jenis lain. 

Ada kebaikan-kebaikan kecil yang tersirat. Seorang bapak yang menawarkan duduknya untuk ibu hamil, seorang gadis asing bercanda dengan bocah sementara ibunya sedang salat, atau anak kecil tak saling kenal yang berbagi makanan. Di dalam kereta yang murah, mudah, aman, dan nyaman, tersimpan segudang kisah yang melintasi waktu dan ruang. Semoga KAI Commuter tetap lestari melayani berbagai penumpang lintas generasi serta menjadi solusi transportasi publik, demi bumi dan untuk negeri.

Sumber:

Notosusanto, Nugroho. 1985. "Pertempuran Surabaya". Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

"Station Soerabaja Goebeng van de Staatsspoorwegen". 1935. KITLV, University Leiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun