Mohon tunggu...
Tanti YohanaPurba
Tanti YohanaPurba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia

Mahasiswa Universitas Indonesia, program studi Ilmu Politik tahun 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Ideologi dan Kebijakan Partai Buruh Australia di Bawah Kepemimpinan Bill Shorten (2013-2019)

25 Oktober 2024   10:20 Diperbarui: 25 Oktober 2024   10:34 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini membahas transisi ideologis dan kebijakan Partai Buruh Australia (Australian Labor Party/ALP) selama periode 2013-2019 di bawah kepemimpinan Bill Shorten. Fokus artikel ini adalah bagaimana ALP berupaya menjembatani ketegangan antara agenda tradisional kelas pekerja dengan berfokus pada isu ekonomi dan pendekatan progresif yang semakin inklusif terhadap politik identitas, termasuk kesetaraan gender, hak-hak LGBTI+, dan politik rasial.

 

1. Partai Buruh Australia (Australian Labor Party)

Partai Buruh Australia (Australian Labor Party) merupakan partai politik tertua di Australia dan juga salah satu partai Buruh yang paling lama berdiri di dunia. Berdiri sejak tahun 1890, ALP berasal dari perpaduan tradisi radikal, buruh, dan sosialis di kalangan para pekerja serta reformis kelas menengah di kota dan desa Australia, termasuk di antara pekerja pedesaan dan petani kecil. Mayoritas pekerja memiliki keyakinan bahwa buruh hanya ingin agar kepentingan mereka diakui sebagai salah satu kepentingan di parlemen, bersanding dengan kepentingan pemilik tanah, pedagang, industri, dan kapitalis lainnya (Smith & Watson, 2000).

Berhasil dalam mobilisasi kepentingan pekerja, ALP memperoleh kursi di berbagai tingkat pemerintahan. Seiring waktu, partai ini mengalami transformasi yang signifikan, terutama setelah Perang Dunia II dengan meningkatnya partisipasi kelas menengah yang membawa isu-isu baru seperti lingkungan dan feminisme ke dalam agenda partai. Meskipun ALP masih mempertahankan tujuan sosialis yang telah ada sejak awal, makna sosialisme dalam konteks partai telah berubah seiring waktu, mencerminkan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang dinamis. Perubahan ini menimbulkan ketegangan antara serikat pekerja yang merasa terasing dari tradisi partai dan anggota kelas menengah. Meskipun ALP tidak lagi memiliki basis sosial yang jelas, partai ini terus berkomitmen pada prinsip keadilan sosial yang fleksibel, mengakomodasi berbagai keyakinan di dalamnya (Smith & Watson, 2000).

ALP ini juga dikenal sebagai "partai inisiatif" yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Australia (Labor Party History, n.d.).  Edwards (2018) mengidentifikasi tiga 'tradisi' dalam ideologi ALP. Pertama, ada 'Buruh lama' yang berfokus pada isu eksploitasi kelas dengan keyakinan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari sistem kapitalis. Selanjutnya, ideologi ALP mengalami perkembangan, terutama pada masa kepemimpinan Whitlam dengan mengadopsi politik 'pembebasan'. Tradisi ini tetap mempertahankan unsur konflik kelas dari Buruh lama, sambil juga mendukung gerakan-gerakan pembebasan, terutama yang berkaitan dengan hak tanah masyarakat pribumi dan pembebasan perempuan. Tradisi ideologis ketiga yang diidentifikasi oleh Edwards adalah 'rasionalisme ekonomi'.

2. Partai Buruh Australia (Australian Labor Party) di Bawah Kepemimpinan Bill Shorten (2013-2019)

Pada masa kepemimpinan Bill Shorten, isu kebijakan dibedakan menjadi dua ruang: materialis (ekonomi) dan postmaterialis (nilai budaya), menunjukkan bahwa kontestasi politik terjadi tidak hanya di sepanjang sumbu ekonomi, tetapi juga pada sumbu nilai dan budaya.

Di bawah kepemimpinan Bill Shorten, ALP menekankan ketidaksetaraan ekonomi dengan pendekatan sosial-demokratis yang lebih tradisional. Shorten mengkritik meningkatnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang mencapai titik tertinggi dalam 75 tahun, meskipun ada pertumbuhan ekonomi. Dia menegaskan bahwa ketidakpastian yang dirasakan masyarakat disebabkan oleh ekonomi yang tidak berpihak pada pekerja, menyoroti frustrasi terhadap praktik-praktik korporat yang merugikan.

ALP di bawah Shorten berfokus pada kebijakan yang dapat mengurangi ketimpangan, termasuk pembatalan konsesi pajak yang menguntungkan orang kaya dan penekanan pada kebutuhan akan pengeluaran sosial yang lebih besar (Koestanto, 2019). Isu pajak juga menjadi sorotan Andrew Leigh dalam salah satu tulisan publikasinya. Dia menekankan treaty shopping yang merupakan isu serius karena merusak sistem perpajakan, terutama ketika perusahaan-perusahaan multinasional merestrukturisasi urusan pajak mereka untuk memanfaatkan tarif pajak yang lebih rendah di yurisdiksi tertentu (Andrew Leight,2022). Dapat dilihat ALP berusaha merespons kekhawatiran kelas pekerja terhadap ketidakamanan ekonomi dan mengarahkan fokus kembali pada isu-isu ketidaksetaraan, sebagai cara untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun