Mohon tunggu...
Tantiiiaaa
Tantiiiaaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Kita bisa jadi apapun dan siapapun, tapi ingat kemampuan kita tidak mungkin melebihi kuasanya Allah. -Mee Mampir ke IG : @notestia_ yang berisikan quotes karya saya ya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai-nilai Fundamental dalam Aswaja

5 Juli 2024   22:20 Diperbarui: 5 Juli 2024   22:24 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologi aswaja terdiri dari tiga kata yakni "Ahlu" diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau pengikut. Kemudian "as-Sunnah" diartikan sebagai jalan atau karakter. Dan "al-Jama'ah " diartikan sebagai perkumpulan, al-jama'ah ialah penganut i'tiqad para jama'ah sahabat nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara terminologi adalah Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabat  beliau, baik dilihat dari aspek akidah, agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati. Secara umum ajaran Ahli Sunnah Wal Jama'ah adalah ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat, yang kemudian dikodifikasi, dihimpun dan ditulis ajaran tersebut oleh Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi. Ajaran ini secara garis besar memiliki 4 (empat) nilai fundamental, yaitu:

Tawazun

Dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) mengacu pada prinsip keseimbangan atau kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial. Nilai ini sangat penting dalam menjaga harmoni dan stabilitas dalam praktik keagamaan serta interaksi sosial umat Islam. Berikut adalah beberapa aspek tentang tawazun dalam Aswaja:

*Keseimbangan Antara Ketaatan dan Kebijaksanaan: Tawazun mengajarkan umat Islam untuk menemukan keseimbangan antara ketaatan terhadap ajaran Islam dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Ini termasuk memahami bahwa agama Islam memberikan pedoman yang jelas, tetapi juga memperbolehkan fleksibilitas dalam penyesuaian terhadap kondisi-kondisi khusus.

*Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat: Aswaja mengajarkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara persiapan untuk kehidupan dunia (duniawi) dan persiapan untuk kehidupan akhirat (ukhrawi). Ini mencakup menjalankan kewajiban-kewajiban dunia secara adil dan bermanfaat, sambil tetap fokus pada ibadah dan amal kebajikan yang membawa pahala di akhirat.

*Keseimbangan Antara Syariat dan Spiritualitas: Tawazun menekankan pentingnya memahami dan menjalankan hukum-hukum syariat Islam dengan tepat, sekaligus menjaga kehidupan spiritual yang mendalam. Hal ini mencakup keseimbangan antara ibadah ritual (seperti shalat, puasa, dan zakat) dengan pengembangan karakter moral dan spiritual yang lebih dalam.

*Keseimbangan Antara Individualisme dan Kolektivisme: Tawazun mengajarkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kolektif umat Islam. Ini mencakup sikap saling membantu, gotong royong, dan membangun komunitas yang solid dan berdampingan secara harmonis.

*Keseimbangan Antara Kepatuhan dan Kepemimpinan: Tawazun menekankan pentingnya memahami peran kepemimpinan dan kewajiban-kewajiban sosial, sambil tetap menghormati otoritas yang sah dalam struktur masyarakat Islam. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara ketaatan terhadap pemimpin yang adil dengan kewajiban-kewajiban sosial yang diperlukan untuk kesejahteraan bersama.

Dengan menerapkan prinsip tawazun, umat Islam yang mengikuti Aswaja diharapkan dapat menjalani kehidupan yang seimbang, harmonis, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat. Tawazun membantu menjaga stabilitas dalam berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang dipegang teguh.

Tawassuth

Dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) mengacu pada prinsip kesederhanaan atau moderasi dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam perilaku sosial umat Islam. Nilai ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ekstremisme dan kelebihan dalam praktik keagamaan serta interaksi sosial. Berikut adalah beberapa aspek tentang tawassuth dalam Aswaja:

*Kesederhanaan dalam Ibadah: Tawassuth mengajarkan umat Islam untuk menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur'an, tanpa berlebihan atau kurang. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara ketaatan ritual (seperti shalat, puasa, dan ibadah lainnya) dengan pengembangan spiritualitas yang mendalam dan penerimaan kehendak Allah SWT.

*Kesederhanaan dalam Hidup: Tawassuth mengajarkan umat Islam untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan sederhana dan tidak berlebihan dalam pemenuhan kebutuhan duniawi. Hal ini mencakup menjaga keseimbangan antara bekerja untuk mencari nafkah, memenuhi kebutuhan keluarga, dan berusaha untuk mencapai kesuksesan, sambil tetap fokus pada ibadah, kesehatan spiritual, dan amal kebajikan.

*Kesederhanaan dalam Hubungan Sosial: Tawassuth menekankan pentingnya berinteraksi dengan orang lain dengan penuh kesantunan, penghargaan, dan keadilan. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara hak-hak individu dengan tanggung jawab sosial, serta menghindari sikap ekstremisme atau fanatisme dalam pandangan atau tindakan terhadap orang lain.

*Kesederhanaan dalam Pendekatan Keagamaan: Tawassuth mengajarkan umat Islam untuk tidak terjebak dalam ekstremisme atau intoleransi terhadap pandangan atau praktik keagamaan yang berbeda. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara penghormatan terhadap keragaman pemahaman dan praktik keagamaan, sambil tetap teguh pada prinsip-prinsip tauhid dan Sunnah.

*Kesederhanaan dalam Pemikiran dan Sikap: Tawassuth mengajarkan umat Islam untuk mengembangkan sikap terbuka, objektif, dan moderat dalam menyikapi berbagai permasalahan kehidupan. Ini mencakup menjaga keseimbangan antara pendekatan yang bijaksana dalam pengambilan keputusan serta sikap rendah hati dan tidak sombong dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dengan menerapkan prinsip tawassuth, umat Islam yang mengikuti Aswaja diharapkan dapat menjalani kehidupan yang seimbang, penuh dengan kebijaksanaan, kesantunan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai Islam. Tawassuth membantu menjaga harmoni dalam hubungan sosial serta keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan ajaran Islam yang dipegang teguh.

Tasamuh

Dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) merujuk pada sikap toleransi, menghormati perbedaan, dan keberagaman dalam keyakinan dan praktik keagamaan. Nilai ini menjadi penting dalam mempromosikan harmoni antara umat Islam yang memiliki beragam latar belakang budaya, etnis, dan pemahaman agama. Berikut adalah beberapa aspek tentang tasamuh dalam Aswaja:

*Toleransi Terhadap Perbedaan Pemahaman: Aswaja mengakui bahwa dalam berbagai masalah keagamaan, terdapat ruang untuk beragam interpretasi dan pendapat. Tasamuh mengajarkan umat Islam untuk menghargai perbedaan ini dengan tetap menjaga kesatuan dalam prinsip-prinsip dasar tauhid dan Sunnah.

*Respek Terhadap Mazhab dan Tradisi Lokal: Aswaja memperbolehkan umat Islam untuk mengikuti mazhab-mazhab fiqh yang berbeda atau tradisi lokal yang ada dalam batas-batas yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Ini menunjukkan penghargaan terhadap keragaman dalam praktik keagamaan.

*Keadilan dan Non-Diskriminasi: Tasamuh dalam Aswaja mendorong umat Islam untuk memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau budaya. Keadilan menjadi prinsip utama dalam interaksi sosial dan hukum Islam.

*Kesediaan untuk Berdialog dan Berdamai: Sikap tasamuh mendorong umat Islam untuk terlibat dalam dialog yang produktif dengan pihak lain, baik dalam konteks internal umat Islam maupun antara umat Islam dengan masyarakat lainnya. Ini menciptakan landasan yang kokoh untuk perdamaian dan kerjasama antarumat beragama.

*Menjaga Keharmonisan Sosial: Tasamuh dalam Aswaja bertujuan untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat, dengan mengedepankan sikap saling menghargai dan membangun hubungan yang baik antarindividu dan komunitas.

Dengan mempraktikkan tasamuh, Aswaja berusaha untuk mengambil sikap inklusif dan terbuka terhadap keberagaman dalam segala aspek kehidupan umat Islam. Ini mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan kasih sayang, toleransi, dan perdamaian sebagai landasan bagi kehidupan sosial yang berdampingan secara damai.

I'tidal

Dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) mengacu pada sikap menegakkan keadilan, kebenaran, dan menghindari ekstremisme baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sosial. Nilai ini sangat ditekankan dalam ajaran Islam yang mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupan dengan keseimbangan dan proporsi yang tepat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang i'tidal atau sikap berpihak pada yang benar dalam Aswaja:

*Menegakkan Keadilan: Aswaja mengajarkan umat Islam untuk menegakkan keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hukum, ekonomi, sosial, maupun politik. Menegakkan keadilan berarti memberikan hak-hak yang sepatutnya kepada setiap individu dan kelompok, tanpa memihak dan tanpa pengecualian.

*Berpegang pada Kebenaran: Aswaja mendorong umat Islam untuk berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup mengambil sikap yang tegas dalam mempertahankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang tidak boleh dikompromikan.

*Menjauhi Ekstremisme: Aswaja menolak sikap-sikap yang ekstrem dalam berbagai bentuknya, baik dalam ibadah (seperti bid'ah atau inovasi dalam agama yang tidak disyariatkan) maupun dalam pandangan atau sikap sosial-politik. Sikap ini mendorong umat Islam untuk mengikuti jalan tengah yang dianjurkan dalam ajaran Islam.

*Penghormatan Terhadap Kebenaran: Aswaja mengajarkan umat Islam untuk menghormati kebenaran dan fakta yang objektif dalam segala hal, serta menghindari sikap fanatisme atau intoleransi terhadap pandangan atau keyakinan orang lain.

*Keberanian dalam Menegakkan Kebenaran: Aswaja membangkitkan semangat untuk berani dalam menegakkan kebenaran dan mengoreksi yang salah, tetapi dengan cara yang bijaksana dan proporsional sesuai dengan ajaran Islam.

Dengan demikian, i'tidal atau sikap berpihak pada yang benar dalam Aswaja tidak hanya mengacu pada menegakkan keadilan dan kebenaran secara luas, tetapi juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan proporsi dalam segala aspek kehidupan umat Islam. Hal ini membantu menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan penuh dengan nilai-nilai Islam yang sejati.

*Penulis merupakan mahasiswi UIN Bandung Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun