Saya mencoba Menyusun modul ajar tema potensi ekowisata di kabupaten Belitung ini, dan membuat proposal untuk mengusulkan kegiatan tersebut ke sekolah , karena pembelajaran ini membutuhkan dana yang cukup besar. Saya diskusikan rencana pembelajaran ini Bersama dengan kepala sekolah dan beberapa orang guru pendamping.Â
Rencana ini pun saya diskusikan Bersama murid-murid. Mereka saya beri tugas untuk membuat pertanyaan wawancara tentang apa yang mereka ingin ketahui tentang potensi ekowisata di kabupaten Belitung, khususnya di tempat wisata yang nanti akan kami kunjungi.Tidak lupa kami juga Menyusun beberapa kesepakatan yang akan berlaku Ketika kami melakukan karyawisata, seperti disiplin waktu, menghargai orang lain dan harus kooperatif.Â
Untuk merefleksikan apa yang mereka fahami setelah kegiatan karyawisata ini, mereka dibebaskan untuk menggunakan media atau cara yang mereka minati, misalnya mereka boleh mengungkapkannya dengan media foto-foto kalau mereka suka fotografi, video jika mereka suka mengambil gambar video dan editing, puisi, cipta lagu, membuat artikel, pantun dan lain-lain.
Penerapan pembelajaran deferensiasi yang saya terapkan adalah pembelajaran deferensiasi konten dengan cara murid dapat membuat pertanyaan atau membahas hal-hal yang mereka ingin ketahui tentang potensi ekowisata di kabupaten Belitung, dan pembelajaran deferensiasi produk dengan membebaskan murid merefleksikan apa yang mereka dapatkan/ketahui dengan berbagai media dan cara yang mereka minati.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah :
- Kegiatan pembuka
- Aktifitas yang dilakukan dalam kegiatan pembuka adalah :
- Berdoa
- Mengecek kehadiran murid sebelum berangkat ke lokasi wisata
- Mengingatkan Kembali kesepakatan yang telah dibuat Bersama
- Memberikan pengarahan
  Â
- Kegiatan   inti
- Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Belitung Mangrove Park HKM Seberang Bersatu kecamatan Tanjungpandan. Belitung Mangrove Park (BMP) adalah salah satu destinasi wisata di pesisir Pulau Belitung, yang menawarkan konsep ekowisata berbasis ekosistem mangrove diatas lahan yang terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas area kurang lebih 52,02 Ha. BMP didirikan oleh Hutan Kemasyarakatan (HKm) Seberang Bersatu, bekerja sama dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Di lokasi ini murid akan belajar tentang contoh potensi-potensi apa saja yang dapat dikembangkan dalam mendukung konsep ekowisata. Narasumber yang berperan di sini adalah bapak Jufri dan Bapak Miftahudin lulusan S2 dari jurusan studi pembangunan ITB .
- Murid-murid dibagi dalam 2 kelompok besar. Kelompok pertama terlebih dahulu belajar tentang konservasi terumbu karang dalam mengembangkan konsep ekowisata Bersama bapak Miftahudin. Kelompok 2 belajar tentang potensi konservasi mangrove Bersama bapak Jufri. Â Setelah itu kelompok 1 dan 2 bertukar pembelajaran.
- Dalam sesi pembelajaran ini, murid mendapatkan wawasan tentang konsep ekowisata yang sudah diterapkan di Belitung Mangrove Park, menyangkut Pendidikan, pemberdayaan masyarakat (budaya, ekonomi ) dan konservasi alam secara terpadu. Yang saya amati mereka sangat antusias mengikuti sesi ini, terbukti dari pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilemparkan oleh beberapa murid kepada narasumber.
Untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional , dalam pembelajaran ini dilakukan juga kegiatan yang bersifat peduli terhadap lingkungan  berupa adopsi bibit mangrove dan menanamnya di lokasi wisata Belitung mangrove Park oleh seluruh murid dan beberapa guru pendamping SMKN 1 Tanjungpandan. Kegiatan ini tentunya memberikan dampak positif bagi lingkungan dan bagi penerapan profil pelajar Pancasila, yaitu mandiri, bergotong royong, berpikir kritis dan kreatif.
Aktifitas selanjutnya, kami menuju Taman Wisata Batu Mentas Kecamatan Badau, kira-kira 30 KM dari lokasi Belitung Mangrove Park .Taman Wisata Batu mentas menyuguhkan hal yang berbeda. Belitung yang terkenal dengan kecantikan pantai dan ekosistem pesisir dan laut, ternyata memiliki Kawasan hutan tropis dan keanekaragaman hayati di dalamnya.. Di lokasi ini terdapat hewan yang hampir  punah  keberadaannya, dan disinyalir merupakan sisa hewan zaman Purba yaitu tarsius Belitung .
Setelah melakukan makan siang dan sholat dzuhur bagi yang muslim, kami berkumpul di pendopo untuk belajar dan berdiskusi Bersama Bapak Budi Setiawan , pengelola Taman Wisata Batu Mentas sekaligus ketua Yayasan Tarsius Indonesia.
Dalam diskusi ini dibahas tentang potensi-potensi ekowisata yang dapat dikembangkan di kabupaten Belitung. Belitung kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Misalnya di Belitung terdapat banyak spesies capung  dari mulai ukuran yang terkecil sampai yang terbesar, Tarsius , hewan unik yang hampir meruntuhkan teori Wallace tentang pembagian wilayah sebaran flora dan fauna dunia.Bahkan bapak Budi Setiawan memberikan ide yang sangat cemerlang tentang potensi wisata yang berbasis penelitian. Banyak fenomena-fenomena atau kearifan lokal yang dapat digali dan dikembangkan menjadi sebuah potensi wisata. Salah satu contoh tentang kearifan lokal masyarakat Belitung yang sering menggunakan pohon simpor laki sebagai alat untuk mengusir binatang buas. Belum ada penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan secara saintifik kearifan lokal tersebut. Dalam diskusi ini hadir juga dua orang pemuda yang inspiratif dalam  melakukan aksi sosial dengan mengajar di pulau-pulau kecil yang terdapat di provinsi kepulauan Bangka Belitung. Tentunya hal ini juga bisa menjadi salah satu paket wisata yang bisa dikemas dalam mengembangkan potensi ekowisata di kabupaten Belitung. Saya mengamati, diskusi ini sangat menarik. Para murid antusias dalam menyimak diskusi dan aktif dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Terakhir tidak lupa para murid juga menikmati salah satu bagian di Taman Wisata Batu mentas , yaitu mandi di sungai yang airnya begitu jernih dan menyegarkan, menghilangkan kelelahan setelah seharian beraktifitas.
Â- Kegiatan Penutup
- Kegiatan penutup diisi dengan kegiatan refleksi dan berdoa, serta penugasan untuk merefleksikan  apa yang mereka fahami dalam media sesuai dengan minatnya masing-masing.
- Saya sangat puas dengan hasil pembelajaran kali ini, karena beberapa faktor, diantaranya :
- Semua murid terlihat berusaha melaksanakan kesepakatan kelas dengan baik, mereka berusaha disiplin terhadap waktu yang ditentukan, kooperatif dan saling menghargai
- Profil pelajar Pancasila yaitu gotong royong.mandiri, berpikir kritis dan kreatif sangat terlihat dalam setiap aktifitas yang dilaksanakan murid
- Pembelajaran berdeferensiasi bisa terlaksanakan dengan baik, dilihat dari produk yang dikumpulkan para murid. Dengan kreatifitasnya, ada yang merefleksikan pemahamannya melalui video, artikel, fotografi, poster, puisi bahkan menciptakan sebuah lagu. Mereka membuat tugas refleksinya  sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Konten yang dituangkan juga berbeda-beda. Ada yang bercerita tentang terumbu karang, mangrove, tarsius atau  potensi ekowisata pada umumnya.
Pembelajaran berdeferensiasi yang saya lakukan pastinya tetap memiliki kekurangan dan perlu pengembangan. Salah satunya adalah belum berkolaborasi dengan guru dari mata pelajaran lain untuk membuat projek Bersama. Ke depannya saya akan melaksanakan pembelajaran berdeferensiasi ini dengan berkolaborasi dengan guru pelajaran lain yang berkaitan, misalnya dengan guru Bahasa Indonesia, guru agama dan budi pekerti,guru  profil pelajar Pancasila dan budaya kerja dan lain-lain , sehingga murid merasakan bahwa tiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan dan saling terhubung satu dengan lainnya. Dengan pemahaman diharapkan murid mempunyai pemahaman yang integral
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H