Mohon tunggu...
Tantan Hermansah
Tantan Hermansah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Trainer materi NUN-Integrity. Pelatihan yang bisa menganalisis kinerja perusahaan/lembaga, memetakan sumberdaya manusia yang tepat, membangun TEAM Work yang solid dan mampu menerjemahkan visi-misi perusahaan/ lembaga di lapangan. Pelatihan dilengkapi alat tes yang sudah teruji. Kontak: 0818 800 528

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bicara #Optimis

3 Februari 2014   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika saya membicarakan tentang optimisme yang harus kita bangun, banyak dari mereka yang justru semakin pesimis. Mereka antara lain berkata:

"Bagaimana kita harus optimis, sementara harga-harga bahan pokok terus melambung".

"Bagaimana bisa optimis, negeri kita dipimpin oleh mereka yang seperti ini".

Begitu seterusnya.

Saya tersenyum. Jadi teringat ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib juga diprotes oleh rakyatnya dengan nada pesimis.

"Wahai Khalifah. Mengapa ketika di Jaman Khalifah Abu Bakar, rakyat demikian nyaman dan bahagia. Sementara di Jaman Anda, kok seperti ini?"

Ali dengan senyum kecil menjawab:

"Jika di Jaman Abu Bakar, rakyatnya adalah (orang seperti) saya; sedangkan pada jaman saya, rakyatnya (orangnya) seperti kamu."

***

Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, kelas sosial, variasi sistem hidup, dan sebagainya. Dengan ilmu sosiologi, saya memahami beberapa hal berikut:

1. Masyarakat merupakan cerminan dari realitas sosial. Artinya, apa yang terjadi pada masyarakat, berarti itu merupakan kebenaran sosial. Dari kebenaran sosial inilah maka energi sosial ditransformasikan sedemikian rupa menjadi tindakan yang legal-rasional.

Contoh jika kita menganggap bahwa pemimpin kita itu bobrok, tidak ada benarnya sama sekali, selalu salah, dan sebagainya, maka realitas yang muncul kepada kita pun akan demikian. Coba lihat para pebisnis itu, mereka selalu optimis di tengah ketidak pastian politik dan sosial tersebut. Bagi mereka, satu-satunya kepastian, adalah ketidakpastian itu sendiri.

2. Seperti dijelaskan dalam artikel sebelumnya tentang #Optimis, bahwa kita tidak sendiri. Jadi meski Anda sosok individu dengan segala kekuatan lebihnya, tetapi ingatlah bahwa Anda bagian dari sesuatu yang besar: masyarakat. Pada masyarakat Anda harus melakukan integrasi sosial. Apa itu? menyatukan diri dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang hidup dalam keyakinan mereka.

Saya yakin, energi #optimis itu masih ada, menyelip di antara pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Hanya saja, banyak media lebih senang mengumbar pesimis--yang celakanya lagi masyarakat kita juga senang sekali dengan berita-berita pesimis itu.

Oleh karena itu, dalam rangka membebaskan diri realitas pesimis itu, sudah cukup lama saya tidak terlalu memperhatikan berita-berita, informasi, dan sebagainya hal-hal yang menunjukkan sikap atau perilaku pesimis.

Saya yakin, masih banyak pribadi optimis di sana. Dan mereka semua adalah teman saya.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun