Tulisan "Jika Saya Anas" yang telah ditulis dan belum selesai itu, ternyata menarik beberapa sahabat untuk mengSMS bahwa saya tengah menjadi pengamat politik---ya setidaknya berproses.
Saya akan menjawabnya bahwa opini pada tulisan di atas bukan berarti saya sedang menjadi pengamat politik. Biarlah itu digulati dan digeluti kawan-kawan saya yang  sudah manggung. Sekali lagi, saya tidak sedang jadi pengamat politik.
Saya memosisikan Anas dalam konteks tulisan di atas sebagai subyek dari seseorang dengan "suryakanta"nya integritas. Integritas ini yang saya potretkan, saya arahkan, kepada sosok Anas maupun Partai Demokratnya. Jadi tulisan ini akan melanjutkan dari yang pertama.
***
2. Sebagai Ketua Partai, saya akan terjun langsung bersama kader, meyakinkan rakyat bahwa Partai Demokrat itu bukan Anas, bukan Andi, Â bukan Nazar, dan (bahkan) bukan SBY. Hanya dengan menyapa rakyat langsung maka "kekotoran" partai yang selama ini tengah diderita PD, bisa dibersihkan.
3. Saya mungkin akan mengabaikan pertemuan kamuflatif, tetapi justru akan mengadakan pertemuan-pertemuan kecil bersama rakyat. Mengajak seluruh aggota DPR (D) dari tiap dapil turun langsung membantu, mendengarkan, berbagi rasa, dan saling curhat bersama rakyat. Kadang, rakyat kecil itu hanya butuh didengar, bukan diberi. Apalagi pemberian yang hanya sekali-sekali tetapi setelah itu tidak peduli, hanya akan menjadikan partai makin dibenci.
4. Saya akan merangkul semua elemen kader demokrat. Jika ada yang "membangkang" atau seperti bersebrangan, langsung ajak turun ke lapangan. Ketimbang berkoar-koar, lebih baik melakukan tindakan nyata bersama rakyat.
5. Dua tahun ini, justru kalau perlu "kabur" dari ruang sidang. Tetapi bukan studi banding ke sana kemari tetapi tidak jelas. Lebih baik perintahkan semua kader "tidur" bersama rakyat. Â Tidur di 'saung" sawah, makan di kebun-kebun, berjalan kaki menelusuri jalan rusak. Kader yang malah tidur di hotel, makan di restoran, dan rakyat jalan kaki sementara dia naik mobil, ancam dipecat saja.
6. Jika semua itu tidak bisa saya lakukan, saya akan melakukan hal terakhir. Mengambil kertas, dan menulis: "SAYA MUNDUR SEBAGAI KETUA PARTAI DAN MEMILIH MENJADI RAKYAT JELATA YANG BEBAS!"
Itulah sebagian dari sikap integritas.
Salam Integritas!
Tantan Hermansah @InspirasiTantan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H