Mohon tunggu...
Mumin Boli
Mumin Boli Mohon Tunggu... Seniman - Human Rights Activist

Hidupilah hidupmu sehidup-hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilik Eksistensi Kurikulum Merdeka

3 Juni 2022   06:53 Diperbarui: 3 Juni 2022   07:00 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus diketahui dulu bahwa "merdeka belajar" ini sebenarnya bukan suatu konsepsi baru dalam dunia pendidikan. Sebab Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara sudah mencetuskan ide ini jauh sebelum republik ini merdeka.

Selanjutnya, kita harus mengajukan pertanyaan untuk menggugat efektifitas dari kebijakan ini. Sudah merdeka kah kita dalam belajar? Ataukah kita harus belajar untuk merdeka? Pertanyaan-pertanyaan ini patut kita lontarkan untuk menguji konsepsi "merdeka belajar" dari Mas Menteri Nadiem. Apalagi ini masih dalam momentum suci perayaan Hardiknas.

Berbicara mengenai merdeka, maka Ki Hajar selalu konsisten dalam mendiseminasi ide ini. Sebab roh dan spirit awal perjuangan beliau dalam memerdekakan Indonesia pun lewat medium pendidikan. Ini terbukti dengan berdirinya "Tamansiswa" sebagai lembaga pendidikan nasional pertama di Indonesia pada 3 Juli 1922. 

Tujuan berdirinya lembaga ini adalah sebagai antitesis atau perlawanan terhadap pendidikan kolonial Belanda saat itu yang menggunakan konsep reegering, tucth, en orde (paksaan, hukuman, dan ketertiban) yang pada dasarnya model pendidikan ini merupakan bentuk perkosaan atas kehidupan batin anak-anak sehingga anak-anak tidak merdeka jiwanya dan rusak budi pekertinya.

Bagi Ki Hadjar, pendidikan haruslah memerdekakan  kehidupan manusia. Pendidikan pun harus disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat. Lagi-lagi Ki Hadjar menekankan bahwa kemerdekaan sebagai prasyarat penting agar tujuan pendidikan untuk membentuk kepribadian dan kemerdekaan batin bangsa Indonesia bisa kokoh serta berdiri dengan tegas membela perjuangan bangsanya bisa terwujud.

Sekali lagi, kita harus belajar merdeka dari spirit yang Ki Hajar contohkan lewat perjuangan beliau di dunia pendidikan. Beliau mengatakan bahwa kemerdekaan itu menjadi hal yang wajib diraih dalam tujuan pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, sistem pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Ini juga harus dirumuskan dengan bahan-bahan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan hidup rakyat.

Sekali lagi, bagi Ki Hajar, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan diri, inilah konsepsi merdeka yang harus kita ciptakan dan raih dalam dunia pendidikan kita.

Akhirnya, pandemi covid-19 membuka tabir sekaligus menjadi bukti bahwa sistem pendidikan perlu dibenahi secara menyeluruh. PISA adalah tolak ukur kegagalan uji coba kebijakan pendidikan Indonesia yang selalu berganti setiap ada perubahan menteri. Sudah saatnya kita merevolusi dunia pendidikan kita.

Perlu upaya serius dengan jalan mengevaluasi secara menyeluruh sistem yang dibangun hingga tataran teknis pelaksanaan program yang terintegrasi dengan perkembangan teknologi yang masif. 

Hal ini agar pendidikan yang humanis dan subtainable dapat terwujud. Tentu kesemuanya itu harus dilandaskan dengan paradigma pancasila sebagai alat evaluasi sekaligus inspirasi untuk mengkonstruksi pendidikan yang relevan dengan sistem sosial kemasyarakatan kita dan mampu bersaing secara global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun