Mohon tunggu...
Mumin Boli
Mumin Boli Mohon Tunggu... Seniman - Human Rights Activist

Hidupilah hidupmu sehidup-hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Di Rumah Saja" Birokrasi Abai Menjamin Kebutuhan Masyarakat

13 April 2020   00:05 Diperbarui: 13 April 2020   00:06 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk itu buat kalian para wakil rakyat, jangan heran ketika masih ada masyarakat yang bebal dan tak mengindahkan anjuran birokrasi. Alasannya, jika tak keluar rumah mereka dapat nafkah dari mana? Keluarga bisa mati kelaparan sebelum corona menyerang. Begitulah komentar rakyat bawah. 

Sebab, selama ini mereka memang tak diurusi dengan benar oleh birokrasi dan kalian yang katanya sebagai wakil mereka. Cari nafkah, cari makan atas usaha sendiri. Birokrasi dan kalian berlepas diri. Sungguh dilematis. Di satu sisi, penanganan lamban dan edukasi minim membuat sinergisitas seluruh elemen masyarakat kurang terjalin.

Corona membuka rahasia terdalam bangunan politik kita yang memang porak poranda. Sistem bangunan politik hari ini ditegakkan di atas landasan yang rapuh: penjahat kemanusiaan tak pernah diadili, korupsi terus dibiarkan saja, dan diutamakannya logika ekonomi dalam urusan apapun. Sehingga kita memiliki sistem birokrasi yang mudah sekali mengabaikan nilai keadilan dan keberpihakan pada yang lemah. Corona menerobos sistem ini dengan mudah.

Kini Corona telah menusuk semua sel sistem pelayanan publik. Reaksi birokrasi masih memilih antara melindungi penumpang atau tetap membuat mobil bisa jalan. Mobil itu adalah pertumbuhan ekonomi dan penumpang itu sistem keadilan. Sayangnya sejarah memberi petunjuk pertumbuhan ekonomi selalu menang. 

Caranya tak lain mengatasi penyakit dengan logika stabilitas: melarang orang berkerumun, membiarkan daerah melakukan lock down, hingga menghukum siapa saja yang mengabaikan aturan. Uniknya yang terdepan dalam proses preventif bukan petugas kesehatan, tapi polisi dan serdadu. Lagi-lagi kita selalu memilih yang pragmatis ketimbang yang logis

Mengakhiri tulisan ini ada sebuah idiom yang mengatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang menjamin kepastiaan. Jangan mengesampingkan kepastian demi keadilan. 

Karena jika kepastian disampingkan maka keadilan juga tidak bisa dipastikan. Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan memberikan hak kepada sesuatu sesuai hak nya. 

Sebuah cangkir, adalah hak nya untuk terisi penuh, sampai batas kemampuan daya tampung nya. Jika sebuah galon, diisi dengan secangkir air, sehingga banyak ruang yang tersisa, ini dikatakan tidak adil. 

Karena si galon, belum mendapatkan haknya, sesuai kapasitas tampungnya. Dan jika, air dari satu galon, kita tuangkan sampai meluber kedalam sebuah cangkir, ini dikatakan mubazir: karena kita memaksakan si cangkir menerima sesuatu di luar kapasitas daya tampungnya.

Jadi sudah sudah sejauh mana keadilan di negeri ini kakak dan adik dorang?

Semoga kita semua adil dalam pikiran dan perbuatan di tengah wabah corona ini.



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun