Mohon tunggu...
Boeng Tan
Boeng Tan Mohon Tunggu... Buruh - Philosophy Activist

Membaca adalah melawan dan menulis adalah membunuh.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pancasila dalam Tarikan Sejarah Ideologi

7 Oktober 2024   12:31 Diperbarui: 17 November 2024   03:26 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pancasila tidak bersifat dogmatis atau kaku (dalam pengertian lain), sehingga tidak memaksakan satu cara berpikir atau satu pandangan politik tertentu kepada seluruh rakyat. Berbeda dengan ideologi seperti komunisme atau fasisme yang mengharuskan penerapan mutlak dan tidak boleh ada perbedaan pandangan, Pancasila membuka ruang bagi pluralitas pemikiran---lebih menyerupai panduan moral atau falsafah hidup daripada ideologi.

2. Pancasila tidak secara rinci mendikte setiap aspek kehidupan pribadi atau kelompok. Sebagai way of life (pandangan hidup), Pancasila hanya memberikan kerangka dasar untuk kehidupan bersama dalam negara, tetapi tidak mengintervensi hal-hal personal atau keyakinan individu.

3. Pancasila bukanlah ideologi politik praktis yang memberikan arah spesifik bagi kebijakan ekonomi atau sosial seperti yang ada pada liberalisme, sosialisme, atau komunisme. Sebagai dasar negara, Pancasila berfungsi sebagai kerangka nilai moral yang mengarahkan kebijakan negara, namun tidak secara rinci memberikan panduan tentang sistem ekonomi atau bentuk pemerintahan tertentu. Karena itu, Pancasila lebih bersifat kultural dan filosofis, dan bukan alat politik yang langsung mengarahkan kebijakan teknis.

4. Pancasila mencerminkan nilai-nilai yang bersifat universal, seperti kemanusiaan, keadilan, dan persatuan, yang sebenarnya bisa diterima oleh berbagai ideologi lain. Karena Pancasila tidak mempromosikan pandangan atau sistem ekonomi, politik, atau sosial tertentu, ada pandangan bahwa Pancasila lebih sebagai konsensus moral daripada ideologi yang menawarkan pendekatan tertentu terhadap isu-isu sosial dan politik.

5. Pancasila adalah paradigma yang terbuka, artinya prinsip-prinsipnya dapat diinterpretasikan dan diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini berbeda dengan ideologi seperti fasisme atau komunisme yang lebih bersifat mutlak dan tidak memberikan ruang untuk perubahan. Karena sifat keterbukaan inilah sehingga Pancasila kurang memiliki ciri khas sebuah ideologi dalam pengertian tegas yang mengatur kehidupan sosial-politik secara lebih rinci.

6. Pancasila lebih sebagai falsafah hidup atau pandangan hidup bangsa (weltanschauung) daripada sebagai ideologi. Pandangan ini menempatkan Pancasila sebagai sebuah pedoman moral atau etika yang membimbing masyarakat, tetapi bukan instrumen politik atau sosial yang menentukan bagaimana struktur masyarakat harus diatur atau dijalankan. Filosofi Pancasila lebih bersifat mengayomi, bukan memaksa.

7. Sebagai ideologi tentu menawarkan solusi ekonomis yang jelas, seperti kapitalisme yang menekankan pada pasar bebas, atau sosialisme yang mengutamakan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi. Pancasila, meskipun memuat nilai-nilai keadilan sosial, tidak memberikan pedoman ekonomi yang spesifik dan dapat diterapkan dalam konteks praktis tertentu.

8. Banyak ideologi dalam sejarah dunia, seperti sosialisme atau kapitalisme, lahir dari dinamika konflik kelas atau perjuangan ideologis yang kuat. Pancasila, sebaliknya, menekankan persatuan dan harmoni di atas segala bentuk konflik atau perpecahan. Karena itulah, ada pandangan bahwa Pancasila lebih sebagai kerangka untuk mencapai konsensus daripada ideologi yang mempromosikan pertentangan ideologis.

Pada akhirnya, alasan-alasan inilah yang menggambarkan bahwa Pancasila lebih sebagai falsafah hidup dan nilai-nilai dasar bangsa daripada ideologi yang kaku atau memaksa. Pancasila tidak memiliki karakteristik ideologi yang dogmatis, tidak memberikan pedoman spesifik terhadap sistem politik atau ekonomi, dan lebih bersifat terbuka serta fleksibel. Karena alasan-alasan ini, beberapa orang berpendapat bahwa Pancasila tidak sepenuhnya cocok disebut sebagai ideologi dalam pengertian yang umum digunakan dalam konteks politik atau sosial. Namun, pandangan ini bukan berarti mengurangi pentingnya Pancasila sebagai panduan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.:

Daftar Referensi

1. Cocks, J. (1989). The Search for Meaning in Ideology. New York: Macmillan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun