Mohon tunggu...
S M
S M Mohon Tunggu... Buruh - Artes Liberalis

Membaca adalah melawan dan menulis adalah membunuh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradoks Kiri

9 April 2022   11:33 Diperbarui: 9 April 2022   12:20 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sosialis dan Komunis, sebuah ulasan)

Saya sadari tulisan ini mungkin tidak begitu penting bagi kalangan yang sudah kelewat ngerti, juga mungkin masih sangat jauh dari kesempurnaan sebagai tulisan, yang jelas ini keresahan pada mereka yang kerap menyamakan Kiri dengan Komunisme. Saya tidak begitu anti juga pro terhadap Komunis, hanya kita tahu dari sejarah bahwa para tokoh penganut ideologi menerjemahkannya dalam lakon yang berbeda-beda. Bagiku tidak salah jika ada yang menggandrungi sosok Marx yang dianggap begitu reformis dan ada anti serta mengutuk keras Stalin dikarenakan peristiwa genosida yang pernah menggetarkan jantung dunia.

Baiklah, saya lanjutkan...!!!

"Terminologi kiri, dalam ruang kesadaran pemikiran kita dewasa ini, dianggap sebagai terminologi anti kemapanan, bersifat revolusioner, reaksioner, dan kadang menyeramkan. Namun esensi yang menyeruak dalam relung-relung terminologi kiri telah menggugah kesadaran kita bahwa akan selalu ada counterpart yang akan menyeimbangkan hidup kita. Wacana nihilisme, dekonstruksi, otoritarianisme dan status quo. Dari pertarungan inilah sebenarnya sintesis kesempurnaan terejawantah" (Baca: Listiyono Santoso, Epistemologi Kiri).

Sejarah Singkat

Asal mula Kiri berawal dari parlemen Prancis. Di mana tubuh pemerintahan legislatif punya pengaturan kelompok tempat duduk.
Tepatnya abad 18, saat itu prancis di bawah kekuasaan Rezim Ancien dengan sistem aristokratik pemerintahan dinasti Valois dan Bourbon, mereka yang menentang kebijakan pemerintahan pada gilirannya disebut sebagai orang-orang sayap Kiri. Berdasarkan beberapa literatur menerangkan bahwa mereka yang posisi duduknya di bagian kiri dari dewan legis adalah anggota parlemen yang konsisten menyuarakan kepentingan bersama, kesetaraan, keadilan, anti borjuis dsb. Sementara yang duduk pada sisi kanan adalah kelompok yang cenderung pro terhadap kebijakan penguasa.

Istilah Kiri populer sekitar tahun 1789 setelah Revolusi Prancis, sebuah perjuangan menggulingkan kekuasaan Ancien Regime (Rezim Ancien), kelompok (anggota parlemen) sayap Kiri dihubungkan sebagai kelompok wakil kelas tertindas atau dalam filsafat marxisme disebut sebagai kelas proletar, kelompok ini biasanya mengacu kepada aliran sosialis atau demokrasi sosial juga dianggap sebagai lawan dari sayap kanan.

Sekarang berbeda, meskipun sama-sama antagonistis terhadap kelompok atau sayap kanan rupanya resonansi Kiri dialamatkan kepada mereka yang "katanya" mengideologikan Marxisme, Leninisme, Stalinisme, Trotskisme, Maoisme, dkk. dengan tujuan untuk menggantikan sistem pemerintahan suatu negara dengan sistem Komune. Padahal jika dilacak secara teliti istilah Kiri dicetuskan pada tahun 1789 di prancis sementara Komunis baru lahir sekitar 1848 ditandai dengan terbitnya Manifesto Partai Komunis di london yang ditulis oleh Marx bersama karibnya Engels. Komunisme baru diterapkan sebagai ideologi saat meletus Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917--Komunisme sebagai ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Dan di tangan Lenin pemimpin Partai Bolshevik ini, gagasan Komunisme Marx dan Engels menjadi pedoman resmi praktik-praktik bernegara--dan Uni Soviet negara sosialis pertama yang yang menerapkannnya.

Lalu, bagaimana dengan perkembangan Kiri (sosialis atau komunis) di Indonesia. Ada banyak literatur yang menerangkan secara gamblang soal Kiri dan barangkali dengan membaca dan mengenali para tokoh misal: HOS. Tjokroaminoto, Darsono, Semaun, Alimin, Hi. Misbach, Musso, DN. Aidit, Nyoto, Tan Malaka, Ir. Soekarno. Muhammat Hatta, dkk. dapat memungkinkan diketahui atau paling tidak dengan menjejaki biografi mereka kita dapat menemukan navigasi untuk melacak sepak terjang historis serta pergumulan Kiri di Indonesia.

Ada banyak ihwal yang terjadi jika kita benar-benar berpikir objektif paling tidak ada tendensi yang amat memilukan bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia dan menggemparkan bagi dunia secara keseluruhan, tapi sudahlah saya tidak ingin bercerita soal ini, saya hanya akan sedikit menguliti sejarah Kiri di Indonesia agar setidaknya paradoks ini dapat dimengerti.

Sedangkal yang saya ketahui soal Kiri di bumi nusantara ini, saat itu belum ada Indonesia, baru Hindia Belanda.
Pada tahun 1913 Henk Sneevliet seorang tokoh berkebangsaan Belanda membawa paham Komunisme, bersama rekannya Adolf Baar pada tahun 1914 mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau yang sering disingkat ISDV--adalah cikal bakal lahirnya PKI.

Meskipun kini ideologi Komunis menjadi haram di Indonesia setidaknya PKI adalah dalang pertama yang memberontak terhadap kolonial. Peristiwa yang menggelikan, G30S/PKI melatari keharaman Komunis.

Meluasnya Komunis didasari oleh berhasilnya revolusi di Rusia, sebuah titik awal menjadi ideologi berskala global, seperti cita-cita Lenin saat mendirikan Comintern.

1912 Syarikat Islam (SI) dibentuk, tokoh sayap Kiri seperti Semaun dan Darsono muncul dari situ, ideologinya Sosialis.
Perbedaan pemikiran mengental di tubuh SI, dari catatan sejarah perbedaan pemikiran itu bermula dari setelah ke dua tokoh di atas (semaun dan dorsono) menempuh Pendidikan Politik Komunis kepada Sneevliet.
SI mengelami begitu banyak celah, salah satunya mengurangnya perhatiannya pada kaum buruh, inilah mengapa ide-ide radikal-progresif-revolusioner dengan leluasa masuk di dalamnya. Lima tahun berlalu, perbedaan pemikiran mencuat dengan tajam antara pihak HOS. Tjokroaminoto dan KH. Agus Salim dengan Semaun dan Darsono--faksi Kiri pun lahir, kentalnya sikap politik menemui jalan buntu, di tangan Semaun dan Darsono SI Merah lahir tapi hal ini sendiri nyatanya belum terlalu dibesarkan lantaran pembentukannya dilakukan secara sepihak dan diam-diam.

Dikarenakan kondisi inilah H. Agus Salim mencoba agar adanya disiplin partai bagi kader/anggota SI dengan tujuan segara membersihkan paham Komunis dari SI--alhasil tahun 1921 SI berubah nama menjadi PSI (Partai Syarikat Islam), setelah itu barulah PKI mencuat secara resmi di hadapan publik. Akan tetapi dalam buku Bung Hatta Menjawab menjelaskan bahwa: partai komunis itu tidak menemukan kekompakan akibat Tan Malaka yang juga merupakan seorang pendiri membikin PARI (partai rakyat indonesia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun