Mohon tunggu...
Ini Tanjung Tani
Ini Tanjung Tani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga

Suka sejarah, jurnalistik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tinggal di Kebumen Wajib Tahu: Tradisi Among-among, Ungkapan Syukur Kepada Tuhan

9 Maret 2021   21:51 Diperbarui: 9 Maret 2021   22:18 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Among-among sendiri berasal dari kata 'Pamomong', artinya yang 'Ngemong' atau yang mengasuh. Pengasuh disini maksudnya adalah Tuhan, tetapi ada juga yang mengartikannya sebagai roh halus yang diutus Tuhan untuk melindungi manusia. Masyarakat umumnya percaya bahwa setiap manusia memiliki pelindung di dalam dirinya. Oleh karena itu, dengan menyelenggarakan Among-among, menjadi tanda terimakasih karena telah ada yang menjaga (ngemong) di setiap langkah hidup kita.

Tradisi Among-among sejatinya merupakan bentuk syukur orang tua atas putra-putrinya yang telah diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan Among-among, wujud syukur diungkapkan lewat berbagi makanan dengan sesama. Selain sebagai bentuk syukur, Among-among juga merupakan bentuk doa orang tua kepada anaknya agar diberi kesehatan, panjang umur dan menjadi putra-putri yang sholeh sebagaimana harapan orang tua.

Prosesi

Among-among dilakukan saat hari kelahiran anak (ulang tahun) yang dihitung berdasarkan kalender jawa (legi, pahing, pon, wage, kliwon) orang jawa menyebutnya sebagai weton. Kemudian dipadukan dengan hari pada kalender masehi sesuai hari kelahiran anak, misalnya Minggu Wage, Kamis Pon dan sebagainya.

Biasanya, Among-among dilakukan pada sore hari dengan mengundang anak kecil berjumlah 10 sampai 15 orang lalu berkumpul di salah satu rumah yang mengadakan acara ini. Anak-anak ini duduk di teras rumah (masyarakat Kebumen menyebutnya sebagai Batur) dengan menggelar tikar dan duduk melingkari sebuah tampah yang berisi makanan.

Tampah yang berisi makanan ini umumnya diletakkan di atas baskom yang sebelumnya telah diisi air, daun Tawa (daun dadap serep) serta beberapa uang koin berjumlah Rp10.000 sampai Rp20.000.

Setelah semua anak-anak berkumpul, selanjutnya adalah berdoa bersama yang biasanya dipimpin oleh Mbah Putri. Di Kebumen sendiri terdapat perbedaan tentang pelaksanaan prosesi Among-among. Untuk memperingati 7 bulan kandungan (keba), maka akan ada tahapan dimana seorang ibu yang sedang mengandung akan mencolek bedak putih yang telah dicampur air kepada anak-anak yang hadir. Anak pertama yang dicolek bedak putih tersebut menjadi pilihan si ibu yang mengandung dengan harapan agar anak yang dikandungnya nanti bisa meniru kecantikkan serta ketampanan dari si anak tersebut. Namun, Among-among yang dilakukan pada acara tujuh atau delapan hari setelah bayi lahir (sesuai weton), maka tidak ada acara mencolek pipi anak-anak dengan bedak.

Selanjutnya, makan bersama dilakukan dengan mengambil nasi beserta lauk pauk dari atas tampah. Selain makan bersama, orang tua yang hadir mengantarkan anaknya biasanya diberi berkat (nasi yang dibungkus dengan daun jati atau pisang setelah dibacakan doa) untuk dibawa pulang dan dimakan di rumah.

Setelah makan bersama, anak-anak diminta untuk mencuci tangan (wijikan) di dalam baskom berisi uang koin dan rendaman daun dadap serep. Saat mencuci tangan, mereka juga berebut uang koin yang telah disediakan. Tujuan dari hal tersebut adalah agar diberikan rezeki yang lancar. Lalu, sebelum pulang mereka disiram air daun dadap serep dengan tujuan agar hidup menjadi damai dan terhindar dari marabahaya.

Makna Filosofis Makanan

Makanan yang di letakkan di atas tampah pada saat Among-among berupa tumpeng nasi putih dengan tujuh macam sayuran tanpa lauk ayam. Masyarakat Kebumen biasa menyebutnya dengan 'Tumpeng Bucu', yaitu tumpeng nasi putih tanpa ayam. Tujuh jenis sayuran tersebut adalah kacang panjang, kangkung, bayam serta sayuran lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun