Mohon tunggu...
Egi  Adrian
Egi Adrian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prediksi Masa Penjajahan Indonesia Jilid 2

21 September 2016   00:05 Diperbarui: 21 September 2016   00:52 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua insan tadi mneganalogikan kesjahteraan tersebut dalam sebuah siklus kesejahteraan. Namun penulis menjelaskannya dalam bentuk gelombang transversal. Saat Indonesia di jajah, sebelumnya kenyamanan meraka belum pernah terusik dalam kehidupan kerajaan, kecuali adanya penyerangan dari kerajaan lain. 

Namun kemudian Indonesia secara massif diusik kenyamanan mereka hidup dan bersosial oleh penjajah yang semena-mena. Ini menjadi kondisi titik nadir (lembah dalam gelombang transversal) Indonesia saat pribumi diberlakukan tidak selayaknya manusia. Anak-anak pada masa ini, selanjutnya disebut Gen-1 (generasi 1) merasakan pedihnya kehidupan dan melihat secara langsung penderitaan orang tuanya. Mereka berada dikondisi lembah pada gambar diatas.

Kenyamanan yang terusik paling tidak menimbulkan sebuah keresahan oleh sebagian manusia yang cerdas namun tidak berpendidikan (barangkali) saat itu. Gen-1 yang merasakan melaratnya hidup tadi seiring bertambahnya waktu tumbuh besar hingga menjadi pemuda. Kita mengenal pemuda ini adalah yang hidup di masa sekitar kemerdekaan. Puncak perjuangan mereka yang bermimpi memerdekakan Indonesia terwujud,namun masyarakat sebenarnya belum sejahtera sepenuhnya. Tetapi sudah lebih baik dari masa mereka kecil dulu. Sehingaa otomatis putera – puteri mereka,Gen-2, lahir di saat menjelang kemerdekaan atau setelah kemerdekaan. 

Gen-2 tidak merasakan kehinaan dan penderitaan seperti yang dialami orang tua mereka. Namun mereka merasakan susahnya perekonomian dan kesejahteraan Negara yang baru merdeka. Gen-2 merasakan susahnya mencari sesuap nasi yang kini barangkali menjadi rimah makan bagi Gen-5 atau Gen-6. Kesejahteraan hidup Indonesia mulai bangkit dan mencapai puncaknya (Puncak pada gelombang trasversal) ketika Gen-2 ini memegang tampuk estafet (kekuasaan pemerintah) yang diberikan dari Gen-1 (masa Orde Baru, dengan mengabaikan sisi kebebasan berpendapat yang terbatas). 

Kita coba saja berkeliaran di pasar yang pedagangnya sudah sepuh, tanyakan mereka lebih senang berdagang atau sejahtera di masa reformasi sekarang atau Orde Baru, kita sudah bisa menebak jawabannya (atau silahkan buktikan sendiri). Sehingga bisa kita tarik benang merah bawah puncak pada gambar diatas adalah pada Masa Orde Baru dengan beberapa pengabaian.

Namun Gen-3 secara general merasakan kehidupan berkecukupan yang akan menjadi titik tolak kelalaian mereka. Kita bisa bawa perbandingannya dengan menganggap Gen-2 memiliki masa kecil yang tidak berkecukupan dan Gen-3 memiliki masa kecil yang berkecukupan. Perbedaan efek mereka kedepannya sudah dijelaskan diatas. Gen-3 akan menjadi inisiator yang membawa bumi pertiwi ini menuju lembah nadir itu nanti. Kini itu belum sampai, namun tanda-tandanya sudah mulai terlihat. Siklus atau trend inilah yang dua insan sekolah menengah atas tadi pikirkan. Mereka menebak bahwa Indonesia kelak akan kembali ke titik nadirnya, namun pastinya dengan warna yang lebih berbeda. Sesimpel itu.

Tinggal pilihan kita sebagai Gen-X (dimana X>3) yang menentukan kemna arah gelombang itu bergerak. Kita juga yang memilih apakah akan menjadi pemain atau penonton di dinamika kesejahteraan ini. Saat trendini benar-benar terjadi, penonton hanya akan bertepuk tangan (sindiran) dan menggunjing di tengah kegagalan para pemain. Sebaliknya , saat trend ini dipatahkan, yang merasa paling puas dan merasakan indahnya kemenangan adalah para pemain di garda terdapan. Penonton memang tetap bertepuk tangan, hanya porsi kesenangan mereka berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun