Mohon tunggu...
Tanjung Sari Puji Rahayu
Tanjung Sari Puji Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Penulis amatir yang suka menjadi pengamat bidang kebijakan publik, hukum, sosial dan politik. Penulis yang suka tantangan untuk menulis segala jenis tulisan, fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Sosok Bapak Sosiologi dan Sejarah Dunia

14 September 2021   11:21 Diperbarui: 14 September 2021   11:32 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Islam memiliki begitu banyak tokoh mastermind yang memiliki peranan penting dalam sejarah dunia pada umumnya dan sejarah ilmu pengetahuan khususnya.

Salah satunya adalah Abdul Rahman bin Khaldun atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Beliau adalah seorang ilmuwan Muslim yang lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 Hijriah atau tahun 1332 Masehi.

Dibesarkan di lingkungan keluarga ilmuwan dan politisi, Ibnu Khaldun dikenal sebagai seorang hafidz Qur'an yang memiliki ketertarikan pada ilmu sejarah dan ekonomi. Ayahnya, Abu Abdullah Muhammad adalah salah seorang pejabat negara terkemuka di Tunisia, sebelum akhirnya mengundurkan diri dan memilih menjadi seorang sufi.

Tahun 749 Hijriah, Ibnu Khaldun memutuskan untuk hijrah ke wilayah  Maghrib karena wabah Pes. Wabah penyakit ini pula, yang menyebabkannya kehilangan orang tua dan beberapa gurunya di usia 18 tahun.

Dibesarkan di kalangan keluarga terpandang, Ibnu Khaldun memiliki kesempatan untuk menimba ilmu dari guru-guru yang hebat dalam bidangnya masing-masing. Di antara guru-guru yang paling mempengaruhi pemikiran Ibnu Khaldun, di antaranya adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Abili. Dari Syaikh Muhammad, Ibnu Khaldun mempelajari ilmu filsafat. Sedangkan dalam hal ilmu agama, Ibnu Khaldun belajar dari Syaikh Abd Al-Muhaimin bin Abd Al-Muhaimin Al-Hadlrami.

Berlatar belakang keluarga politisi, Ibnu Khaldun juga akhirnya menekuni profesi yang sama dengan keluarga besarnya. Karir politiknya dimulai sebagai pembawa stempel Sultan Tunisia. Namun intrik politik istana membuatnya di penjara selama 22 bulan karena dianggap melakukan kecurangan kekuasaan.

Perebutan kekuasaan di Istana membawa Ibnu Khaldun kepada karir yang lebih baik. Penguasa baru Tunisia mengangkatnya menjadi menteri, hingga akhirnya ia diangkat menjadi Hakim Agung.  Intrik politik kembali membawanya ke penjara. Setelah bebas, Ibnu Khaldun kembali melalukan hijrah ke wilayah Bougie dan karena kedekatannya dengan Sultan Bougie, ia diangkat menjadi Perdana Menteri.

Ketika terjadi perebutan kekuasaan di Bougie, Ibnu Khaldun sebagai perdana menteri dijebloskan ke penjara selama beberapa tahun. Di dalam penjara, Ibnu Khaldun memutuskan untuk mendalami ilmu agama dan mengundurkan diri dari dunia politik.

Sejak remaja, Ibnu Khaldun sudah mulai menuliskan hasil pengamatannya terhadap kehidupan masyarakat dan menuangkan hasil pemikirannya menjadi sebuah buku. Salah satu buku Ibnu Khaldun yang paling terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Al-Muqaddimah. 

Karya Ibnu Khaldun ini baru dikenal secara global di abad ke 17, sangat jauh rentang waktu dengan wafatnya Ibnu Khaldun di abad ke-15. Banyak ilmuwan-ilmuwan Eropa menaruh respek yang luar biasa terhadap buku yang dianggap sebagai peletak dasar ilmu sosiologi. Istilah sosiologi sendiri baru diperkenalkan oleh August Conte, seorang filsuf Perancis, di abad ke 19.

Seorang filsuf dan sejarawan Inggris, Arnold J. Toynbee bahkan menganggap pemikiran Ibnu Khaldun jauh melebihi Plato dan Aristoteles, para ahli tata negara dan filsuf dari Yunani. Bagi Toynbee, Ibnu Khaldun adalah orang pertama yang memperlakukan sejarah sebagai ilmu yang membutuhkan penelitian mendalam dan bukan hanya berdasarkan sebuah narasi subjektif. Ia bahkanmenobatkan Ibnu Khaldun sebagai Bapak Historiografi dunia.

Salah satu teori politik yang dituliskan dalam Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun menjelaskan mengenai bagaimana terbentuknya dan hancurnya suatu negara dilihat dari teori sejarah. Ibnu Khaldun meyakini  bahwa dasar suatu negara tergantung pada generasi pertama sebagai founding fathers. 

Generasi kedua akan menikmati stabilitas dan kemakmuran yang diwarisi oleh generasi pertama. Generasi ketiga yang tumbuh dalam suasana stabil, tenang dan makmur, cenderung lebih materialistik, sehingga perlahan-lahan pondasi spiritual yang telah terbangun terkikis dan akhirnya menghancurkan negara tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh lemahnya kekuatan internal atau serangan dari musuh eksternal yang memang ingin menghancurkan dan mengambil alih negara itu.

Selain sebagai ahli Sejarah dan Sosiologi, Ibnu Khaldun juga dianggap sebagai peletak dasar ilmu ekonomi Islam. Teorinya dianggap logis dan realistis sehingga menjadi dasar pemikiran bagi para ahli ekonomi terkemuka dunia, Adam Smith dan David Ricardo, untuk mengeluarkan teori-teorinya.

Kitab Al-Muqaddimah membuat takjub para ilmuwan barat, karena isinya yang sangat lengkap. Buku ini tidak hanya berisi tentang dasar-dasar ilmu sosiologi, sejarah dan politik, akan tetapi juga memuat dasar ilmu ekonomi dan pendidikan. Hingga kini, kajian keilmuan terhadap kitab ini masih terus dilakukan oleh para ilmuwan di dunia.

Sebagai seorang hafidz, Ibnu Khaldun menganggap Al-Quran sebagai sumber segala ilmu yang sangat hebat.

"Ketahuilah bahwa pendidikan Al-Quran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh karena itu pendidikan Al-Quran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Al-Quran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain." (Ibnu Khaldun)

Ibnu Khaldun menghabiskan sisa hidupnya di Mesir dan wafat di tahun 1406 Masehi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun