Mohon tunggu...
Tanjung Sari Puji Rahayu
Tanjung Sari Puji Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Penulis amatir yang suka menjadi pengamat bidang kebijakan publik, hukum, sosial dan politik. Penulis yang suka tantangan untuk menulis segala jenis tulisan, fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khawla binti Al-Azwar: The Warrior Princess

20 Agustus 2021   23:21 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:24 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita mengenal beberapa pahlawan nasional wanita yang terkenal sebagai para pejuang tangguh, antara lain Cut Nyak Dien , Cut Meutia dan Martha Christina Tiahahu. Namun banyak yang belum terlalu banyak mengetahui bahwa di jaman Rasulullah pun ada beberapa muslimah yang berjuang demi tegaknya agama Allah di muka bumi. 

Salah satunya adalah Khawla binti Al-Azwar, the Black Rider, yang keberaniannya bahkan disejajarkan dengan Sayyidina Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid, panglima perang tentara Rasulullah.

Khawla adalah putri seorang kepala suku Bani Assad,  Malik atau Tariq bin Awsi yang memiliki julukan Al-Azwar.  Khawla digambarkan sebagai seorang gadis yang cantik dan cerdas, yang sangat menguasai ilmu kesusastraan.

Saudara laki-laki Khawla, Dhirar bin Al-Azwar dikenal sebagai prajurit muslim tangguh yang mahir berpedang dan berkuda. Darinya Khawla mempelajari seni berperang. Bersama sang kakak, Khawla kemudian bergabung dengan tentara muslim, di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid. Awalnya, Khawla berperan menjadi tenaga medis yang juga membantu ketersediaan logistik.

Khawla terlibat langsung dalam peperangan sebagai prajurit di Perang Yarmuk. Dalam perang melawan tentara Romawi tersebut, Dhirar tertangkap dan disandera oleh tentara Romawi. Mendengar hal itu, Khawla segera memakai peralatan perang dan masuk ke dalam barisan prajurit muslim.

Seorang ahli sejarah Arab, Al-Waqidi dalam bukunya yang berjudul 'The Conquering of Al-Sham, menggambarkan keberanian seorang Khawla dalam usahanya membebaskan sang kakak.

Saat itu, Khawla yang berpakaian serba hitam dan berniqab, dengan gagah berani melibas seluruh tentara Romawi yang menghadangnya. Keberanian Khawla membuat Khalid bin Walid takjub. Prajurit muslim mengira Khawla adalah Khalid bin Walid, hingga akhirnya Khalid muncul dan memerintahkan tentara lainnya untuk ikut maju membantu Khawla. Pertempuran tersebut akhirnya dimenangkan oleh tentara muslim.

Khalid bin Walid ingin mengetahui jati diri prajurit tangguh itu. Awalnya Khawla menolak menjawab, namun Khalid tidak menyerah, hingga akhirnya Khawla berkata, "Aku tak bersedia menjawab karena Anda adalah seorang panglima, pemimpin kami, sedangkan saya hanya seorang wanita yang hatinya sedang terbakar (dendam). "

Khawla mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuatu keharusan untuk dapat menyelamatkan kakaknya. Mendengar hal itu, Khalid bin Walid memerintahkan tentaranya untuk membebaskan seluruh tawanan perang muslim, termasuk Dhirar.

Dalam perang lainnya, yaitu perang Shahura yang berlangsung di Ajnadin, tak jauh dari Yerusalem, pasukan Romawi merangsek masuk ke perkemahan tentara Muslim. Khawla dan beberapa mujahidah lainnya ditawan oleh prajurit Romawi. Khawla mendengar bahwa para tawanan wanita akan diserahkan kepada pimpinan tentara Romawi. 

Khawla marah dan kemudian memimpin para mujahidah untuk melawan. Khawla mengatakan lebih baik mati daripada harus kehilangan martabat sebagai wanita. Dengan menggunakan tiang dan pasak tenda, mereka dengan gagah berani bertempur dan akhirnya membebaskan diri setelah membunuh lebih dari 30 orang tentara Romawi.

Khawla, The Islamic Warrior Princess, wafat akibat wabah penyakit pada saat kepemimpinan khalifah Ustman bin Affan. Namun keberanian dan kepahlawanannya disegani baik oleh sesama tentara Muslim maupun oleh musuh-musuhnya.

Dari Khawla, kita dapat mengambil ibroh bahwa sebagai Muslimah, kita juga dapat mengambil peranan dalam menjaga kemuliaan agama Allah.

Hal itu tidak hanya dapat dilakukan  dengan mengangkat pedang di medan tempur, tetapi juga dengan menjadikan anak-anak kita sebagai generasi rabbani, yang memiliki ghirah membela agama dan Rasulullah.

Semoga kita semua dapat meneladani perjuangan para mujahiddah zaman Rasulullah, dengan tetap mengobarkan semangat menggores pena, menggunakan aksara dalam menyebarkan kebaikan, yang insya Allah dapat menjadi inspirasi positif bagi banyak orang.

Catatan kecil penyemangat diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun