Mohon tunggu...
fauzan abdurrahman
fauzan abdurrahman Mohon Tunggu... -

menjadikan kata untuk berkelana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Don Quixote

24 Oktober 2018   15:23 Diperbarui: 24 Oktober 2018   15:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya dan istri lagi keranjingan membaca. Istri lagi menyelesaikan novel Yusi Avianto, "Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi", dan saya sudah menyelesaikan tiga buku cerpen, "Bidadari Yang Mengembara" A.S Laksana, "Cemara" Hamsad Rangkuti, dan "Tuhan Tidak Makan Ikan" Gunawan Tri Atmodjo. 

Sekarang lagi menyelesaikan kumpulan cerpen Seno Gumira Adji, "Saksi Mata". Dan anak saya lagi diceritakan kisah Winnie The Pooh, A.A Milne, sebagai bacaan sastra anak. Semua yang sampaikan mohon kiranya tidak usah kalian baca, karena tidak ada sangkut pautnya terhadap paragraf selanjutnya.

Sebagai mahasiswa yang bukan anak sastra, saya lebih tertarik dengan sastra. Sebagai mahasiswa membaca, menulis, dan diskusi hal yang paling tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa. 

Diktat-diktat kuliah, tugas makalah, dan presentasi tugas makalah didepan seluruh mahasiswa dan dosen. Ini menjadikan mahasiswa dihadapan masyarakat sebagai tulang punggung negera. Karena, diharapkan dari mereka yang berkuliah bisa memberi pencerahan dan membawa perubahan kepada sistem di masyarakat.

Alkisah, pada abad 17 lahirlah sebuah novel yang mampu mengguncangkan dunia kesusastraan pada masa itu. Yang disebut Goenawan Mohamad sebagai, buku fiksi yang kocak mampu membangkitkan respons dari pengarang-pengarang ternama --dan serius- di pelbagai penjuru. Migeul De Cervantes, dengan karyanya Petualangan Don Quixote. 

Menceritakan sosok lelaki tua yang gandrung dengan buku-buku kisah ksatria jaman dulu. Kehidupannya ia habiskan dengan kisah-kisah itu, sehingga muncullah ide dalam otaknya untuk menjadi seorang ksatria diusia yang sudah tak lagi muda.

 Karena pengaruh bacaan itu, dimulailah petualangan Alonzo Quinjano. Seperti kisah-kisah ksatria yang mempunyai nama keren, ia mengganti nama Don Quixote De La Mancha. Karena ksatria butuh kuda, ia ambil kuda dalam kandangnya yang kurus dan tak terawat, ia beri nama pula si "Rozinante". 

Setiap ksatria butuh teman dalam perjalannya, Don Quixote mengangkat temannya Sancho Panza sebagai pengikutnya, lelaki yang gemuk dan bodoh. Begitulah, ide gila ini akhirnya berlanjut. Misi, untuk menyelamatkan negeri dari penjahat sampai menikahi putri Dulcine del Toboso.

Sebelum ide gila itu mempengaruhinya, sosok Alonzo Quinjano terkenal dengan kebaikannya. Begitu juga ketika ia telah menjadi ksatria. Dalam sebuah cerita, dikisahkan dalam perjalanannya ia mendapati para tawanan yang dibawa oleh para pengawal. Ia menyangka, bahwa para tawanan itu adalah orang-orang baik yang disiksa. 

Dengan kebaikan hatinya sebagai ksatria, ia bertempur dengan para pengawal untuk "menyelamatkan" para tawanan. Dalam pertempuran itu, Don Quixote diceritakan menang. Namun para tawanan yang ia sangka adalah orang baik, berbalik menyerangnya hingga Don Quixote babak belur dan kalah. 

Kegilaan ini terus berlanjut. Yang ia lihat di dunia nyata, dia ubah ke dunia imajinasinya. Begitulah ksatria itu mengembara. Menemukan hal-hal yang luar biasa, meksipun kita menganggapnya gila atau bodoh bin dungu. Tetapi lelaki tua itu tidak menanggapi komentar siapapun.

Jorge Luis Borges mengomentari karangan ini sebagai Parabel Cervantes dan Don Quixote. "Bagi mereka berdua, bagi seorang pemimpi dan seseorang yang tengah bermimpi, jejaring dari seluruh alur petualangan itu tersusun rapi dalam kontraposisi dua dunia: dunia tak nyata dari buku-buku kisah petualangan para kesatria dan dunia keseharian yang lazim dari abad tujuh belas".

Dari kisah itu berabad-abad setelahnya, banyak pengarang yang lahir dan menceritakan kisah sosok laki-laki tua dengan beragam cerita. Hemingway membuat kisah seorang laki-laki tua dengan laut. 

Menjadi seorang yang selalu sial dalam mencari ikan, membuatnya tak putus asa. Sehingga ia mencoba peruntungan untuk mencari ikan hingga ke tengah laut. Delapan puluh empat hari tanpa menangkap seekor ikan. 

Hingga ia dijuluki salao, bentuk terburuk dari ketidakberuntungan. Luis Sepulveda juga menulis kisah "Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta". Kisah yang mereka buat tidak jauh dari realita meskipun bumbu imajinasinya banyak. Itulah namanya sastra. Sastra membuat kisah real menjadi kisah yang ajaib. Sehingga mampu hidup hingga sekarang.

Dalam kenyataan, kita masih menemukan pak tua yang masih suka bermimpi menjadi orang kaya. Dengan segala cara ia bisa berkhayal menjadi politisi, pengusaha, hingga apa saja agar tercapai mimpinya. Padahal, ini hanya sastra sebuah cerita. Ntah kenapa selalu ada di dunia nyata dan terus berlanjut orang-orang seperti Alonzo Quinjano.

Mungkin itu dulu, kurasa cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun